x

Iklan

Amirudin Mahmud

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dian Sastro dan Kartini Abad 21

Kartini memang wanita hebat di jamanya. Diantara kehebatannya menginspirasi lahirnya tokoh wanita Indonesia setelahnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rencananya mulai tanggal 19 April kemaren, film Kartini garapan sutradara tersohor Hanung Bramantyo akan diputar di bioskop-bioskap. Film yang menceritakan tokoh legendaris wanita Indonesia itu menjadi penampilan ketiga Kartini di layar lebar setelah film biografi R.A. Kartini(1984) dan film kisah fiksi asmara Kartini berjudul Surat Cinta Untuk Kartini (2016).  Tokoh Kartini dalam film tersebut diberperankan  oleh Dian Sastrowardoyo.  Dian Sastrowardoyo beradu akting dengan dengan sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Reza Rahardian dan Christine Hakim.

Awalnya sang sutradara, Hanung Bramntyo melakukan audisi guna mencari pemeran utama. Ia ingin mencari pemain berusia 12-23 tahun yang  memerankan tokoh Kartini di film yang akan digarapnya. Sebab, Hanung ingin menggambarkan tokoh Kartini di usia itu. Setelah  casting dilakukan, ternyata Hanung tak menemukan anak usia 12-23 tahun yang pemikirannya secerdas Kartini.  Akhirnya pilhan jatuh pada Dian Sastrowardoyo walaupun usianya  sudah melampaui syarat usia yang diinginkan.  Dalam penglihatan Hanung,  Dian Sastrowardoyo memiliki spirit dari seorang Kartini. Selain itu, Dian dinilai Sastrowardoyo sebagai icon pop bisa membawa anak muda untuk menonton film ini.

Namanya Dian Paramita Sastrowardoyo. Populer dengan sebutan Dian Sastrowardoyo atau Dian Sastro. Lahir di Jakarta pada tanggal 16 Maret 1982. Adalah seorang pemeran (artis) Indonesia ternama. Dian Sastrowardoyo meraih kepopuleran setelah tampil memukau di film Pasir Berbisik tahun 2001. Kemudian  berperan sebagai Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta? tahun 2002. Setelah vakum selama 6 tahun pasca menikah Dian Sastro kembali tampil memukau di film 7/24 tahun 2014 dan Ada Apa Dengan Cinta? 2.

Sebagai orang awam dalam dunia perfilman, saya melihat pilihan Hanung Bramantyo sangat tepat. Kenapa? Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan argumentasi. Pertama, Dian Sastrowardoyo tak hanya cantik tapi juga dikenal cerdas. Dia tak hanya fokus dalan dunia akting tetapi mengimbangi kompetensi dirinya dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Menyelesaikan S.1  Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia pada tahun 2007. Kemudian menamatkan S.2 Fakultas Ekonomi, Magister Manajemen di Universitas Indonesia dengan  lulus cumlaude dengan nilai IPK 3.70 di tahun 2014. Seperti diketahui, tak banyak artis yang memperhatikan pendidikan. Dan Dian Sastro diantara yang sedikit tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, berbagai prestasi diraih.  Memulai kariernya di dunia hiburan pada tahun 1996 sebagai juara pertama di ajang GADIS Sampul majalah GADIS. Dian Sastrowardoyo pernah dianugerahi pemeran wanita terbaik pada Festival Film Internasional Singapura (2002) dan Festival Film Asia di Deauville, Perancis (2002). Menjadi aktris terbaik  sebagai pemeran utama wanita dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2004.  Dian juga berkesempatan melangkahkan kakinya di Cannes Film Festival 2012 di Perancis mewakili Asia Tenggara sebagai brand ambassador L'Oreal Paris yang merupakan official make-up gelaran bergengsi. Pernah pernah akting bersama aktor besar seperti Christine Hakim, Didi Petet, dan Selamat Rahardjo. Soal akting, istri  Maulana Indraguna Sutowo yang itu tak bisa diragukan lagi. Kemapuan aktingnya luar biasa. Tak berlebihan berbagai prestasi lain dianugrahkan kepadanya.

Ketiga, berkarakter dan berintegritas tinggi. Berlatar belakang pendidikan yang cukup, Dian Sastro merupakan artis atau selebriti yang memilki kerakter. Dia memilki pendirian kuat. Memilki visi jauh kedepan dalam memandang kehidupan. Integritasnya tak diragukan. Jauh dari kehidupan glamaor ala kaum selebriti.

Keempat, mencerminkan wanita Indonesia. Dian Sastro merupakan salah satu icon wanita muda sukses di Indonesia saat ini. Wajah cantik dan penampilan sederhananya  menegaskan kekuatan dirinya sebagai wanita Indonesia. Banyak artis, selebriti yang gagal menampilkan ke-Indonesian. Mereka silau dengan fatamorgana luar negeri. Mereka seakan tak percaya diri bahwa wanita Indonesia bisa bersanding, duduk sama renda dan berdiri sama tinggi dengan wanita lain dari belahan dunia.

Kelima, menginspirasi. Kecantikan dan kecerdasan Dian Sastro sangat menginspirasi anak muda Indonesia. Dia layak menjadi contoh bagi wanita muda di tanah air. Kompetensinya di bidang yang digeluti sepantasnya ditiru oleh anak-anak kita. Bahwa hidup itu harus berkarya. Bermartabat. Maka, bekalilah dengan penguasaan terhadap  ilmu pengetahuan. Belajar adalah solusinya. Pendidikan tinggi adalah bekalnya.

Kartini Abad 21

Indonesia selalu membutuhkan figur wanita kuat seperti Kartini sampai kapanpun. Saat ini, Indonesia  telah  memilki banyak kartini. Sederet tokoh besar hadir dari kalangan wanita. Ada Megawati Soekarno Putri yang pernah memimpin negeri ini. Sri Mulyani, sang Menteri Keuangan yang kiprahnya di bidang ekonomi diakui dunia. Menteri Kelautan, Susi Pujiastuti yang dinilai sukses membantu Presiden Jokowi di Kabinet Kerja dalam menata dan menjaga  laut Indonesia. Masih banyak lagi.  Di antara mereka ada figur muda seperti Dian Sastrowardoyo. Dian pantas menjadi contoh bagi anak muda Indonesia di abad 21 ini.

Momentum 21 April harus menjadi pelajaran bersama, terutama bagi para wanita. Bahwa hidup itu perjuangan dan pergerakan. Hidup tak boleh diam. Hidup harus kreatif. Berinovasi dibutuhkan setiap waktu dalam menjemput kesuksesan. Bercerminlah pada Kartini. Mengacalah pada tokoh-tokoh besar yang kita miliki. Jangan putus asa. Jangan gampang atau muda menyerah. Yakinlah bahwa kesuksesan akan datang seiring kerja keras yang dilakukan.

Kemudian jadilah pembelajar abadi. Ketokohan Kartini diantaranya dikenal sebagai wanita terpelajar. Kartini belajar di tengah keterbatasan karena ketertindasan gender. Kartini dikenal sebagai pembelajar otodidak serta kutu buku. Dia banyak membaca De Locomotief, surat kabar dari Semarang yang ada di bawah asuhan Pieter Brooshoof. Kartini juga mendapatkan leestrommel, sebuah paketan majalah yang dikirimkan oleh toko buku kepada langganan mereka yang di dalamnya terdapat majalah-majalah tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Sejak kecil Kartini sering  mengirimkan  tulisan  ke salah satu majalah wanita Belanda yang ia baca, yaitu De Hollandsche Lelie. Sebelum usia 20 tahun, Kartini sudah membaca buku-buku seperti De Stille Kraacht milik Louis Coperus, Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta yang ditulis Multatuli, hasil buah pemikiran Van Eeden, roman-feminis yang dikarang oleh Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, dan Die Waffen Nieder yang merupakan roman anti-perang tulisan Berta Von Suttner. Semua buku-buku yang ia baca berbahasa Belanda.

Akhir kata, Kartini memang wanita hebat di jamanya. Diantara kehebatannya menginspirasi lahirnya tokoh wanita Indonesia setelahnya. Sebut Dian Sastrowardoyo diantaranya. Film Kartini yang diperankan terasa pas dengan dirinya. Kartini abad 21 akan bermunculan terus. Tak hanya Dian, masih banyak yang lain. Bisa jadi anda salah satunya. Wa Allahu Alam

 

 

Ikuti tulisan menarik Amirudin Mahmud lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler