x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Belajar ihwal Air dan Daun dari Bahauddin

Belajarlah menyerap kearifan dari Bahauddin, ayah Rumi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Nama Bahauddin Walad barangkali kurang mashur bila dibandingkan Jalaluddin Rumi. Namun, sungguh, tanpa Walad, Rumi mungkin tidak ada—atau ada tapi Rumi lain yang berbeda. Sebagai ayah genetis Rumi, Walad menyerap kearifan yang kurang dikenal dibandingkan putranya yang hingga kini Rubaiyyat-nya masih bertengger di deretan buku terlaris di belahan Barat.

Walad bagai spons yang menyerap kearifan dari sekelilingnya, yang dekat maupun yang jauh, yang kasat mata maupun yang tak terlihat bila hanya dengan mata. “Berjalanlah di atas selubung yang menyekat kemampuan kita melihat,” tulis Walad. Menembus selubung, sayangnya, bukanlah lompatan seketika. “Bergerak melalui selubung adalah jalan panjang.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan para nabipun, yang sudah dibukakan dadanya, memerlukan waktu untuk menapaki selubung dan menembusnya. Bukan tidak dimampukan, melainkan agar tidak terlampau terkejut seperti Musa ketika mengikuti perjalanan Khidir yang ajaib. Tapi Khidir memang telah lebih dulu dibukakan misteri untuknya. “Sang Nabi (Muhammad) bergerak dari yang terlihat ke yang gaib dan kembali lagi yang terlihat,” tutur Walad dalam Maarif. “Para Nabi memiliki penglihatan.”

Keajaiban bukan hanya yang spirit. Tatapkalh lempung padat, gumpalannya menyerupai batu. Bukan Walad bila tidak takjub pada beragam keajaiban yang ditumbuhkan Sang Pencipta. “Bukan sekedar tumbuh-tumbuhan hijau, tapi juga hidup kita, persahabatan, dan kasih sayang yang cerdas ini,” tulis Walad, “juga kesadaran dan jiwa, cara air memasuki tanah—begitu banyak penyusupan air yang sulit dan ada antusiasme yang mengalir melalui bebatuan kasar di dataran gurun yang tinggi.”

Dari Walad, siapapun dapat belajar tentang membaca—membaca daun, batu, air, apapun dan berusaha menemukan rahasianya, rahasia yang menyingkapkan pula siapa diri kita. “Pikirkanlah ihwal daun bunga metalik nan tebal yang melingkupi serat katun yang lembut,” tulis Walad. Yang satu kaku dan yang lain demikian halus.

Misteri, menurut Walad, mengatur apa yang kaku dan apa yang sangat halus sedemikian sehingga keduanya bekerja bersama. Bila ada kekurangan dalam densitasnya, misteri mentransformasikan yang keropos menjadi seperti batu bata. “Gambaran itu menjelaskan bagaimana kelembaban iklim melonggarkan benih yang terikat rapat, lalu tanaman tumbuh dari benih, berdiri tegak dan melingkupi hujan yang turun mengitarinya.”

Lewat prosa-prosa pendeknya, Bahauddin Walad mengajak kita menyusuri jalan-jalan penyingkapan rahasia—puasa, salah satunya. “Aku tengah duduk, bertanya-tanya, apa yang sebaiknya kulakukan ketika aku menerima pencerahan ini: Bukalah hatimu. Rasakan kedekatanmu dengan Sang Pencipta. Lihatlah ke dalam dirimu. Temukan kesadaran di dalamnya.”

Kata-kata Bahauddin itu membuatku termangu. IA ada di sekelilingku, tanda-tandanya ada pada batu, daun, air, benih tanaman, juga hujan, mengapa selama ini aku merasa IA jauh. Puasa jadi salah satu jalan untuk mendekati-Nya kembali. Agaknya seperti itu. (Sumber foto ilustrasi: pixabay.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu