x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Merasakan Kimiawi Membaca

Banyak pembaca dengan cepat menemukan ikatan kimiawi dengan sebuah buku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Salah satu sensasi unik yang saya rasakan ketika membaca sebuah buku, fiksi maupun bukan, ialah gravitasi—seolah saya tersedot oleh narasi di dalamnya. Beberapa buku ‘menghisap’ saya untuk terus membaca halaman demi halaman dan membuat saya enggan meninggalkannya kecuali telah tiba di halaman terakhir.

Ibarat larutan, ada ikatan kimiawi yang timbul antara saya sebagai pembaca dengan buku. Sebagian buku mampu menciptakan ikatan kimiawi yang kuat, sementara lainnya longgar—saya berhenti sejenak membacanya, lalu melanjutkan di lain waktu. Meskipun, sering pula itu dikarenakan saya perlu waktu lebih banyak untuk mampu mencerna narasinya, bukan karena buku itu kurang bagus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi sesungguhnya, gravitasi ataupun ikatan kimiawi itu lebih terkait dengan hati plus rasio, bukan urusan otak semata. Saya kira banyak pembaca buku yang merasakan momen: “Wah, ini dia, buku wajib baca.” Sebagian orang memang bisa dengan cepat menemukan ‘ikatan kimiawi’ dengan teks yang ia baca. Mereka dengan mudah merasakan koneksi dengan buku dan bahkan dapat memutuskan terus membaca atau berhenti dan meninggalkannya.

Yang lain mungkin tak kunjung merasakan gravitasi sebuah buku meski ia telah bersusah-payah mencoba menikmati pembacaan itu. Terkadang, sebagai pembaca kita memang tidak memahami sepenuhnya apa yang tertulis, tapi kita menikmati ‘sesuatu’ darinya. Sayangnya, mungkin pula kita tidak merasakan aura apapun setelah menekuni beberapa waktu—bukan karena buku itu tidak bagus, tapi mungkin kita tidak suka saja.

Meninggalkan sebuah buku untuk sementara dan beralih ke buku lainnya adalah cara untuk menarik jarak, hingga tiba waktunya kembali lagi ke buku semula. Membaca 2-3 buku lazim dilakukan oleh para penulis yang terkadang merasa terganggu lantaran saluran imajinasinya mampet. “Buku yang berbeda adalah kamar yang berbeda dari rumah saya yang sama,” ujar seorang penulis. Inilah salah satu cara menemukan ikatan kimiawi dengan sebuah buku. Jalannya sedikit memutar.

Banyak ragam cara dalam membaca buku. Dalam buku How to Read a Book: The Classic Guide to Intelligent Reading, Mortimer J. Adler dan Charles van Doren memberi panduan membaca buku. Adler mengurai cara yang sederhana hingga bagaimana menyarikan pesan penulis. Ia juga menawarkan berbagai teknik membaca untuk jenis buku yang berlainan: novel, drama, sejarah, sains, filsafat, hingga politik.

Kendati karya Adler dan van Doren ini dianggap sebagai panduan yang bagus, namun semuanya berpulang kepada Anda sebagai pembaca bagaimana menemukan cara terbaik membaca buku. Masing-masing pembaca niscaya dapat menemukan kimiawinya dengan cepat: “Wow, buku ini bakal asyik.”

Membaca buku, bagi sebagian orang, boleh jadi bukan sekedar menyerap isi tetapi juga cara—bagaimana penulis mengekspresikan pikiran, perasaan, dan emosinya. Inilah cara pembacaan yang lazim dilakukan penulis: membaca bukan sekedar untuk menyerap isi, melainkan mempelajari cara berekspresi untuk kemudian mengasah keprigelannya sendiri dalam menulis.

”Membaca tidak akan banyak membantumu kecuali engkau belajar membaca seperti penulis,” kata David Jauss dalam ‘Articles of Faith’. “Kamu mesti memandang sebuah buku dengan cara seorang tukang kayu memandang rumah yang dibangun orang lain, menemukan detail agar dapat melihat bagaimana rumah itu dibangun.” Iktiar ini akan membantu kita menyerap ikatan kimiawi dengan buku. (Foto pameran buku, tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

15 jam lalu

Terpopuler

Penumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

15 jam lalu