x

Iklan

Flo K Sapto W

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kimkas, Seychelles, dan Pasar Afrika

Penetrasi Produk UMKM ke Pasar Afrika

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kimkas, Seychelles, dan Pasar Afrika   

Oleh: Flo. K. Sapto W.

Jumat (07/07), saat menjadi moderator diskusi antara Nico Barito, utusan khusus Presiden Republik Seychelles untuk ASEAN, dengan pelaku industri ekspor yang tergabung dalam Kimkas, saya mencatat dua hal menarik. Pertama, sebuah peluang pasar baru di luar destinasi pasar tradisional selama ini (AS, Eropa). Kedua, sebuah tawaran model bisnis yang sangat relevan dengan profile UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah).

Terkait hal pertama, Kimkas sebagai koperasi industri mebel dan kerajinan asal Soloraya mendapatkan gambaran positif atas kondisi pasar Afrika. Benua dengan populasi 1.2 miliar lebih tersebut kini menjadi pasar yang sedang tumbuh (emerging market). Situasi ekonomi yang membaik dari 1.5 persen di 2016 menjadi 2.6 persen di 2017 dan terindikasi terus menguat di 2018. Seturut rilis World Bank per April 2017, pertumbuhan itu ditopang oleh 3 kekuatan ekonomi terbesar di Afrika yaitu Angola, Nigeria, dan Afrika Selatan (worldbank.org). Perbaikan pasar itu juga turut didukung oleh tingkat konsumsi publik yang baik di Comoros, investasi infrastruktur di Madagaskar dan Mauritius, serta industri pariwisata di Cabo Verde, Mauritius dan Seychelles.

Sehubungan dengan negara terakhir yang disebutkan di atas, yaitu Seychelles, merupakan segmentasi geografis pasar yang strategis. Negara dengan 115 pulau dan baru merdeka dari Inggris pada 1976 ini memiliki daya beli per kapita (GNI) sebesar 14,760 US dollar (doingbusiness.org). Kondisi itu selaras dengan laporan International Monetary Fund (IMF) yang menempatkan Seychelles sebagai salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di kawasan Afrika (imf.org, 04/17).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terkait catatan kedua, hal menarik dari negara yang letaknya kurang lebih 1.500 km sebelah timur daratan Afrika itu adalah dalam struktur pendapatannya. Salah satu porsi besarnya –tidak kurang dari 24.8 persen- adalah dari pariwisata. Uniknya, konsep pariwisata yang dikemas sedikit berbeda dengan kemasan pariwisata di negara-negara lain. Misalnya bahkan dengan dua pesaing terbesar di bisnis pariwisata yaitu Macau dan Maladewa. Di dalam riviewnya tentang industri pariwisata kawasan Samudra Hindia, World Bank (2013), memberikan beberapa fakta menarik. Berdasarkan rerata pendapatan per tahun dari pariwisata yaitu sebesar 232.8 juta Euro (setara Rp 3.5 triliun), dan dengan 25.8 persen penduduknya bekerja di industri ini, Seychelles hanya perlu menerima kedatangan sekitar 200 ribu wisatawan. Bandingkan dengan Macau dan Maladewa yang musti menerima kedatangan satu juta wisatawan untuk mendapatkan pemasukan yang comparable. Bandingkan pula dengan Bali sebagai ikon wisata nasional -yang 70 persen lebih dari PAD-nya adalah dari pariwisata (asumsi sekitar Rp 3 triliun) namun dengan menerima kedatangan turis sebanyak hampir 4 juta orang per tahunnya.

Di dalam paparannya, Nico Barito, yang sekaligus juga duta besar Republik Seycelles untuk Indonesia, menitikberatkan perbedaan itu pada segmentasi pasar pariwisata. Pasar yang dibidik adalah strata high end tourist. Pilihan ini tentunya disertai dengan konsekuensi-konsekuensi logis yang harus diupayakan oleh 92.000 penduduknya. Sehingga mau tidak mau Seychelles harus menerapkan eco-tourism terhadap pulau-pulaunya. Kini, sekitar 40 persen lebih teritori Seychelles telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai kawasan World Heritage Site.

Sebagai catatan kecil, Nico Barito, dalam kapasitasnya sebagai direktur R-20, yaitu sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada isu pemanasan global, tentu juga sangat berkepentingan dengan kebijakan eco-tourism tersebut. Di dalam LSM yang didirikan oleh aktor laga dan sekaligus mantan Gubernur California, Arnold Schwarzenegger itu juga bertaburan beberapa jet set dunia seperti Julia Robert dan Leonardo DiCaprio. Salah satu proyek yang kini sedang dijalankan di Indonesia adalah pengolahan sampah menjadi energi listrik (waste to power).

Selebihnya, Nico Barito adalah sekjen FORSEAA (forum of small medium economic Africa-ASEAN), sangat korelatif dengan pemberdayaan terkait kondisi UMKM yang berkapasitas produksi terbatas. Maka gagasannya untuk memasuki pasar yang terbatas dalam kuantiti namun bernilai jual tinggi terasa sangat pas. Artinya, melalui industri pariwisata di Seychelles (hotel project, restaurant, state building, art shops) bisa dijadikan pintu masuk untuk potensi pasar yang lebih luas, yaitu Afrika.

Gagasan lain yang mengemuka dalam diskusi yang berlangusng di gerai Kimkas di The Park Mall, Solo Baru, itu adalah tentang branding. Padanan bisnis yang diambil adalah Starbuck, Luis Vuiton, dan berbagai merek produk kelas atas lainnya. Produk elite high end dunia itu bahkan nyaris tidak memiliki pabriknya sendiri. Namun pemasarannya tersebar di hampir semua gerai kelas atas berbagai negara. Kimkas, dalam hal ini ditantang untuk juga memiliki mindset bisnis seperti mereka. Sehingga, tidak menutup kemungkinan ada gerai Kimkas juga di berbagai destinasi segmen pasar tertinggi. Dengan demikian,  salah satu kekhawatiran yang selama ini menyelimuti bisnis UMKM dalam persaingan harga terhadap produk dari Vietnam atau China, tidak lagi terlalu dipusingkan. Maka, selagi sebagian UMKM nasional sedang berupaya bersaing dan memberdayakan diri dalam kualitas, kapasitas dan efisiensi dengan para kompetitornya, sebagian kecil UMKM naisonal lainnya juga bisa memberdayakan diri untuk segmented di kelas atas ini.

Sebagai catatan akhir, sebuah program kongkret dari diskusi itu adalah rencana fasilitasi sejumlah delegasi Kimkas untuk ditemukan dengan para pelaku bisnis terkait di Seychelles. Agaknya, beginilah kalau para pemain lapangan saling melakukan pendekatan bisnis. Sederhana dan mengena. Semoga.

Penulis adalah praktisi pemasaran, senior merchandiser di Flo Home Deco.

Ikuti tulisan menarik Flo K Sapto W lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB