Berawal dari Akhir dan Berakhir di Awal

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tujuan yang berbeda akan memengaruhi jalan dan cara yang ditempuh.

 

 

Seperti halnya memasak, permainan sepakbola juga mengajari kita tentang sejumlah kearifan. Menyenangkan bukan bila kita menonton Liga Primer Inggris sembari belajar tentang hikmah. Salah satunya: tujuan melakukan serangan dari sayap kiri adalah membobol gawang lawan bermain dalam tempo cepat.

Pelajaran ini kelihatannya sepele, tapi di baliknya terdapat prinsip penting yang diterapkan bahwa sebuah serang dilakukan untuk suatu tujuan, yakni mencetak gol secara cepat. Tujuan ini ditetapkan lebih dulu sebelum serangan dirancang.

Bila tujuannya berbeda, misalnya saja mengulur-ulur waktu sebab dengan hasil seri pun sudah juara, manajer tim akan merancang serangan yang berbeda. Manajer barangkali akan menginstruksikan para pemainnya agar ‘mempermainkan bola’, tidak usah mengambil risiko terlalu jauh meninggalkan gawang sendiri. Operkan bola ke depan belakang, maka waktu pun berlalu hingga peluit ditiup, gelar juara ada di tangan.

Prinsipnya: tetapkan dulu tujuan, baru melangkah. Inilah yang disebut ‘berawal dari akhir’. Akhir adalah tujuan, untuk apa suatu tindakan dilakukan, dan ini akan memengaruhi pilihan tindakan yang akan dijalani.

Dalam bisnis, mungkin ada perusahaan yang dibangun karena pendirinya ingin masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Namun, banyak pula perusahaan yang dibangun karena pendirinya ingin menyejahterakan masyarakatnya melalui kegiatan ekonomi-bisnis. Tujuan yang berbeda akan memengaruhi jalan dan cara yang ditempuh, bahkan juga jenis bisnis yang ditekuni. Ibaratnya, niatnya apa. Bila tujuannya menyejahterakan masyarakat, maka bisnisnya akan diarahkan melalui jalan yang sampai kepada tujuan itu.

Roger Kauffman, pakar strategic thinking, mengingatkan bahwa prinsip ‘berawal dari akhir’ akan memengaruhi cara pandang kita dalam melihat tantangan dan persoalan. Mereka yang bertujuan memakmurkan diri sendiri akan cenderung memakai segala cara tak peduli bila itu merugikan orang lain. Mereka yang bertujuan menyejahterakan masyarakat akan menjadikan bisnisnya mampu membuka seluas mungkin lapangan kerja.

Seorang pemimpin—dalam lapangan apapun, bukan hanya bisnis, kata Kauffman, perlu menetapkan pegangan sebelum melangkah, yaitu apa yang ingin ia capai. Tujuan akan memengaruhi orientasi ketika bergerak, jalur mana yang ditempuh, bagaimana cara mencapai tujuan itu, bersama siapa, dan dengan peranti strategis apa. Di antara pebisnis mungkin memiliki tujuan yang sama, menyejahterakan masyarakat, tapi masing-masing punya jenis bisnis, jalan, cara, maupun peranti yang berbeda-beda.

Mendiang Stephen Covey meletakkan pentingnya membuat Personal Mission Statement di urutan kedua dari 7 Habits-nya. Fokusnya, tulis Covey, terletak pada Anda ingin jadi apa dan apa yang ingin Anda lakukan. Tetapkan tujuanmu sebagai fokus dan bergeraklah menuju ke sana. Nasihat Covey ini akan mengantarkan kita kepada tujuan yang kita tetapkan di awal perjalanan—inilah yang disebut ‘berawal dari akhir dan berakhir di awal’.

Mengetahui apa kemauan kita, keinginan kita, tujuan kita memang bukan hal mudah. Sebab itulah, kita kerap pontang-panting melewati berbagai jalan, mencoba beragam cara, dan mengerahkan banyak waktu, tenaga, dan uang, tapi sayangnya kita terdampar entah dimana. Mula-mula kita merasa sudah punya tujuan, namun ketika sampai kita pun berkata: “Bukan ini yang saya inginkan.” **

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua