x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jejak Gelap Sejarah Amerika Belum Terhapus

Gagasan supremasi kulit putih masih berakar di sebagian masyarakat Amerika dan mengalir dalam darah generasi mudanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

James Alex Fields, Jr. belum lagi lahir ketika negara bagian Virginia memisahkan diri dari Amerika Serikat pada April 1861. Virginia dan sejumlah negara bagian lainnya menyatakan diri sebagai negara Konfederasi Amerika. Dalam sejarah, Konfederasi Amerika dikenal sebagai ‘Selatan’, sedangkan negara bagian pendukung bentuk Serikat disebut ‘Utara’.

Di balik pemisahan diri Virginia terdapat sebuah gagasan tentang supremasi kulit putih yang menolak penghapusan perbudakan. Ketika perbedaan pandangan tidak dapat lagi dijembatani, pecah perang saudara. Menghadapi situasi sulit ini, Jenderal Robert E. Lee—perwira tinggi di Angkatan Bersenjata AS—memutuskan untuk mengikuti keputusan negara bagian asalnya, Virginia. Lee menolak tawaran Presiden Abraham Lincoln untuk memegang komando Angkatan Bersenjata AS dan memilih jadi penasihat militer senior Presiden Konfederasi Jefferson Davis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah sempat memetik sejumlah kemenangan, strategi Lee dihadapkan pada strategi Jenderal Ulysses S. Grant—sejawatnya di Uni Amerika. Lee menyerah kepada Grant tepat empat tahun setelah Virginia melepaskan diri dari AS. Lee kemudian menyerukan rekonsiliasi Utara-Selatan dan persatuan Amerika, tapi sebagian orang lebih mengenangnya sebagai ‘pahlawan Selatan’. Mereka mendirikan patung Lee di sebuah taman, di kota Charlottesville, Virginia.

Lebih dari 1,5 abad setelah Perang Saudara pecah, patung Lee hendak diturunkan oleh pemerintah kota, tahun ini. Beberapa minggu terakhir ini, kaum nasionalis kulit putih turun ke jalan-jalan kota kecil ini untuk memprotes. Di antara mereka terdapat James Alex Fields, Jr., anak muda berusia 20 tahun yang entah melalui apa ia mewarisi gagasan yang pernah memicu Perang Saudara itu. Bahkan, untuk membuktikan spirit Selatan-nya, Fields, Jr. tanpa ragu menabrakkan mobil ke arah kerumunan kulit putih dan berwarna yang menentang pawai ‘Satukan Kelompok Kanan’—yang didukung anggota Klu Klux Klan, neo-Nazi, maupun kelompok rasis lain. Kejadian pada Sabtu, 12 Agustus 2017, itu menewaskan satu orang di tempat dan 19 lainnya terluka.

Untuk sekian kali, bukti-bukti memperlihatkan bahwa jejak-jejak rasisme masih memiliki akar di masyarakat Amerika dan gagasannya mengalir dalam darah generasi yang lebih muda. Bahkan, setelah lebih dari 1,5 abad kemudian. “Rasisme telah jadi bagian Amerika sejak awal-mulanya,” kata Ta-Nehisi Coates, penulis Between the World and Me. “Rasisme bukan sekedar ‘orang kulit putih lebih berarti ketimbang orang kulit hitam’,” ujarnya lagi, “tapi merupakan unsur struktural kunci bagi bangsa dan masyarakat kita.”

Di sebagian ‘Selatan’ lainnya, jejak ide rasisme masih belum terhapus. Menyusul kematian Michael Brown oleh enam kali tembakan polisi kulit putih, yang kemudian dibebaskan oleh para juri, kerusuhan tidak terhindari pecah di Ferguson, sebuah kota di negara bagian Missouri. November 2014, jalan-jalan di Ferguson dipenuhi amarah terhadap ketidakadilan. Akankah jejak-jejak gelap ini masih akan membentuk masa depan Amerika? Agaknya tidak akan terelakkan.

Biaya kemanusiaan bagi gagasan supremasi kulit putih terlampau besar, seperti digambarkan Colson Whitehead dalam novel yang meraih Hadiah Pulitzer 2017, The Underground Railroad. Sayangnya, banyak orang masih mempertahankan gagasan ini betapapun mahal ongkos kemanusiaan yang harus dibayar. Perjuangan keras Cora untuk membebaskan diri dari perbudakan, dalam novel yang berlatar Amerika menjelang Perang Saudara ini, beresonansi dengan situasi Amerika masa kini, yang masih menguarkan aroma rasisme. Perjuangan Cora untuk bebas adalah perjuangan warga Amerika sekarang: membebaskan diri dari belenggu gagasan supremasi kulit putih. (Foto: Bentrok antara pendukung supremasi kulit putih dan penentangnya, di Charlottesville, Virginia, 12 Agustus 2017, sumber foto: tempo.co/reuters)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu