Dunia serba cepat, seakan 24 jam sehari tidak cukup. Semua berlomba-lomba untuk segera selesai, menghargai dan menikmati proses menjadi hampa. Siapakah yang membatasi waktu? Setiap hari kita menikmati waktu yang sama, selama 7 (tujuh) hari tidak ditemukan waktu yang kurang maupun lebih dari 24 jam, namun sering orang berkeluh “hari yang pendek”.
Pagi ini, 1 September 2017 umat muslim merayakan Hari Idul Adha yang juga dikenal dengan Lebaran Haji. Ciri khas dari Idul Adha adalah hewan kurban seperti Domba, Kambing, Sapi, Kerbau. Pilihan hewan untuk kurban dipengaruhi kultur atau budaya daerah, misal di Kudus dan sekitarnya wilayah Provinsi Jawa Tengah, memilih Kerbau sebagai hewan kurban dari pada Sapi.
Di sebuah masjid yang strategis di Jalan Menoreh, Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang juga melaksanakan sholat berjamah. Rumah-rumah di wilayah ini luas dan bagus, sebagian dijadikan kos-kosan untuk mereka yang menempuh pendidikan di kampus-kampus wilayah Bendan. Usai sholat, takmir masjid mengumumkan “Setelah sholat Idul Adha akan segera dilakukan penyembelihan hewan kurban, jamaah diharap segera datang khususnya bagi pemberi hewan kurban. Hal ini mengingat hari ini bersamaan dengan sholat Jumat sehingga waktunya pendek”.
Waktu menunjuk pukul 09.00 WIB, di halaman masjid sudah tidak dijumpai 3 ekor sapi, 11 ekor kambing yang semula terikat di halaman. Semua sudah tergeletak tak bernyawa di halaman belakang masjid. Di lokasi ini tampak 5 (lima) warga setempat, membantu 8 (delapan) jagal yang mahir memproses penyembelihan dan membersihkan hewan ternak. Sementara itu seekor sapi dan 6 (enam) kambing masih terserak di tanah menunggu giliran. Selesai dibersihkan kurban dibawa ke sisi kiri masjid untuk dipotong kecil-kecil dimasukkan dalam kantong plastik dan ditimbang selanjutnya menuju proses dibagikan. Di lokasi ini terdapat sekitar 15 orang yang di dominasi ibu-ibu, umumnya berasal dari warga yang tinggal di sekitar masjid.
Sekitar radius 150 meter dari masjid ini terdapat 2 masjid lain yang juga melaksanakan pemotongan kurban. Situasi di kedua masjid ini juga tidak jauh berbeda, bahkan salah satunya lebih banyak diikuti anak-anak muda yang berasal dari luar warga lingkungan masjid.
Beberapa tahun yang lalu, Idul Adha juga jatuh di hari Jumat. Di sebuah kampung di Kota Semarang, wilayah Kelurahan Jomblang juga terdapat 3 masjid namun hanya 2 masjid yang melaksanakan sholat berjamaah dan memotong hewan kurban. Di masjid tertua di kampung, usai sholat takmir mengumumkan agar jamaah, warga dan pemberi hewan kurban untuk segera ke halaman masjid untuk menyembelih hewan kurban. Di sini terdapat 2 ekor sapi dan 9 ekor kambing yang akan disembelih, satu persatu hewan kurban disembelih oleh jagal di ruang yang di desain khusus agar tidak dilihat hewan kurban lain dan langsung dilanjutkan proses mengkuliti, membersihkan dan memotong kecil-kecil oleh warga yang datang sehingga tidak berserak ditanah. Usai sholat Jumat, Panitia Kurban, jamaah dan warga makan bersama menikmati hidangan yang sudah disiapkan ibu-ibu.
Ruang-ruang waktu mungkin semakin sempit, bukan waktu yang berkurang tanpa disadari pikiran telah meracuni keputusan yang seolah-olah waktu tidak bersahabat. Cara-cara instan dan perilaku mekanis menghasilkan ide ataupun gagasan menjauh dari tradisi yang menjadi pilihan. Proses kebersamaan, gotong royong yang menjadi bagian dari “pesta kebersamaan kurban” meredup lambat laun akan berganti menjadi kaleng-kaleng kemasan dengan beragam imajinasi keunggulan. (MQ)
Ikuti tulisan menarik Mohamad Qunut lainnya di sini.
