x

Iklan

Rosse Hutapea

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

UPH Tuan Rumah ‘Indonesia Housing Forum’ Pertama

Forum ini dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai pihak, yang terdiri dari instasi, praktisi, NGO, birokrasi, organisasi, dan akademisi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untuk pertama kalinya Indonesia menggelar sebuah forum yang membahas secara komprehensif permasalahan-permasalahan terkait pemukiman untuk masyarakat kelas bawah, dalam sebuah acara yang dinamai ‘Indonesia Housing Forum 2017'. Forum ini dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai pihak, yang terdiri dari instasi, praktisi, NGO, birokrasi, organisasi, dan akademisi. Forum bertema‘Inclusive and Resilient Housing: Indonesia’s Experience’ ini diinisiator oleh Habitat for Humanity, sebuah global NGO yang berfokus membangun rumah layak huni bagi masyarakat desa tertinggal. 

Forum ini merupakan bagian dari Asia Pacific Housing Forum yang telah terselenggara sejak tahun 2007 dan dilaksanakan setiap dua tahun sekali. ‘Asia Pacific Housing Forum 6’ akan diadakan pada 4-7 September 2017 di Hongkong.  Forum ini bertujuan mengumpulkan pemikiran-pemikiran terbaik untuk mewujudkan perumahan layak huni di Indonesia yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). 

Forum ini diprakarsai oleh Habitat for Humanity, sebuah global NGO yang berfokus membangun rumah layak huni bagi masyarakat desa tertinggal bekerjasama dengan Universitas Pelita Harapan (UPH), sekaligus menjadi tuan rumah terselenggaranya ‘Indonesia Housing Forum 2017’ pada tanggal 30 Agustus 2017.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Habitat for Huma­­nity Indonesia menganggap rumah adalah faktor yang sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan, maka forum ini diusung. Dari forum ini sendiri, Habitat berharap bisa mendapat pemikiran terbaik untuk  diwujudkan kepad­­a masyarakat kelas bawah.

Rektor UPH Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, M.Eng. Sc. yang juga sebagai salah satu pendiri Habitat for Humanity di Indonesia, dalam sambutannya juga menyampaikan pentingnya forum ini diadakan.

“Forum ini sebagai cermin kepedulian terhadap masyarakat. Peduli terhadap perumahan, peduli mengenai pendidikan, peduli mengenai kualitas pendidikan. Pembangunan masyarakat tidak saja di kota tapi juga di daerah terpencil. Itulah semangat dari Habitat dan UPH. Indonesia adalah negeri tercinta yang dikaruniakan kepada kita, karena itu kewajiban kita untuk berpikir apa yang bisa kita lakukan bagi negara, khususnya permasalahan housing yang akan dibahas. Semoga forum ini menghasilkan pemikiran untuk anak bangsa untuk kesejahteraan ”, ungkapnya.

Hadir empat pakar sebagai  keynote speaker untuk menyampaikan pandangan terkait persoalan pemukiman di Indonesia. Mereka merupakan para ahli yang memiliki latar belakang sebagai arsitektur, diantaranya adalah Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M.Arch., Ph.D, Guru Besar Purnabakti UI sebagai ketua tim ahli bangunan Gedung Arsitektur Perkotaan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Nurul Wajah Mujahid, ST., MPA dari Kasubdit Perumahan Direktorat Perkotaan, Perumahan dan Permukiman dari BAPENAS; Prof. Dr.Ir. Arief Sabaruddin, CES dan Ir. Pauline Boedianto, M.Sc. Arch, spesialisasi pemulihan kampung kumuh dan pedalaman.

Dalam sesi sharing mereka memaparkan latar belakang, persoalan, data,  dan keadaan nyata dari masyarakat kelas bawah yang tinggal di kawasan kumuh.

Menurut Prof.Ir. Gunawan pembangunan adalah untuk membentuk manusia yang utuh dan luhur yang mampu mengatasi segala macam tantangan yang ada, “Membangun adalah membangun manusia, tidak hanya jumlah angka saja yang menunjuk kepada jumlah kebutuhan tapi bagaimana menerjemahkan angka tersebut menjadi suatu bentuk nilai luhur. Saya berharap apa yang didiskusikan dapat berdampak kepada para pihak pengambil kebijakan,” ujarnya .

Sejalan dengan hal tersebut Nurul menyatakan bahwa kunci kemajuan suatu bangsa adalah tercukupinya kebutuhan yang paling dasar yaitu pangan, sandang dan papan.

“Kunci untuk pembangunan adalah diawali dengan kreativitas dan punya inisiatif. Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah bagaimana orang tersebut menjadi lebih baik,” paparnya.

Bagian kedua dari forum ini dilanjutkan dengan diskusi yang dibagi menjadi lima kelompok dimana para peserta didampingi oleh masing-masing penyaji dan moderator. Setiap kelompok memiliki lima sub-tema gagasan yaitu Technology for Affordable Housing, Innovative Partnership, Resilience and Social Development, Sustainable urbanization & Housing, dan Financing and Regulation. Alasan pemilihan sub-tema tersebut karena kelima sub-tema itulah yang menjadi persoalan penting. Pengembangan dari lima sub-tema tersebut diharapkan dapat membantu pergerakan pembangunan secara lebih cepat dari gagasan yang terbaik yang bisa di implementasikan dan diaplikasikan pada housing forum.

Lebih lanjut Dr. Julia Dewi, ST., MT sebagai ketua panitia menjelaskan bahwa forum ini bertujuan untuk dapat mendengarkan masalah-masalah yang biasa dihadapi di lapangan dari berbagai pihak terkait, baik itu dari segi industri, pemerintahan, akademisi dan NGO.

“Jadi kami mengumpulkan setiap kalangan agar bersinergi untuk mengumpulkan isu-isu apa  yang perlu kita pikirkan bersama-sama. Dimana permasalahan dari Indonesia ini nantinya juga akan di-share pada Asia Pacific Housing Forum”.

Lebih lanjut UPH akan mengumpulkan seluruh hasil diskusi dan berencana untuk mempublikasikan hasil Forum Diskusi ini dengan harapan permasalahan-permasalahan rumah layak huni tersebut dapat lebih tersosialisiasi.

“Karena UPH sebagai akademisi tidak hanya sebatas melakukan pengajaran dan penelitian, tapi juga terjun memberikan kontribusi bagi masyarakat. Tidak hanya cukup hanya berwacana tapi juga berpraktik menghasilkan karya nyata untuk membangun masyarakat”, tandasnya. 

 

Ikuti tulisan menarik Rosse Hutapea lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler