x

Iklan

Ahmad Mustofa Akbar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dua Azwar Anas dalam Lintasan Sejarah Pemimpin Politik

Bagi publik, apalagi yang lama mengikuti perkembangan politik Indonesia, nama Azwar Anas mengingatkan pada mantan menteri dan politisi yang populer dan cuk

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagi publik, apalagi yang lama mengikuti perkembangan politik Indonesia, nama Azwar Anas mengingatkan pada mantan menteri dan politisi yang populer dan cukup berpengaruh di era Orde Baru dulu.

 

Azwar Anas zaman Presiden Suharto adalah Azwar Anas mantan Gubernur Sumatera Barat dua periode yang kemudian ditunjuk menjadi Menteri Perhubungan (1988-1993) dan Menko Kesejahteraan Rakyat (1993-1998). Ia adalah seorang militer (terakhir berpangkat Letnan Jenderal purnawirawan) dan seorang birokrat yang baik. Azwar Anas ini adalah putra daerah kebanggaan warga Sumatera Barat. Memiliki banyak prestasi dan sempat pula memimpin PSSI selama hampir 8 tahun. Di bawah Azwar Anas PSSI pernah menikmati peringkat tertingginya di FIFA yakni 76 di dunia. Sebuah rekor yang sampai saat ini masih belum bisa tertandingi oleh para ketua umum PSSI setelahnya. Di masa itu, sepak bola Indonesia mengalami perkembangan positif khususnya di bidang kompetisi (dimulainya Liga Indonesia), pembinaan pemain sejak muda dan pembinaan pemain nasional, serta kepengurusan dan kepelatihan yang baik. Begitupun sayangnya Azwar Anas terpaksa mundur dari PSSI setelah terjadi skandal sepak bola gajah yang menimpa tim nasional. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Azwar Anas era kekinian lengkapnya bernama Abdullah Azwar Anas. Ia adalah Bupati Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur, yang terpilih secara demokratis sejak Oktober 2010 dan masih memimpin dua periode sampai saat ini. Anas, 44 tahun, masih muda usianya. Dalam usia semuda itu prestasinya cemerlang sebagai seorang politisi. Anas di usia 24 tahun pernah menjadi anggota MPR termuda. Pada tahun 2004 sampai 2009 ia menjadi wakil rakyat untuk Fraksi PKB di DPR RI. Anas kemudian memutuskan pulang kampung dan ingin membesarkan Banyuwangi. Pada usia 37 tahun ia terpilih sebagai bupati kabupaten paling pojok di Jawa Timur itu.

 

Banyuwangi saat itu adalah Banyuwangi yang nyaris tertinggal. Banyuwangi yang sebelumnya dikenal angker sebagai daerah hitam kota santet, tertutup minim investasi dan nyaris tak dipandang oleh publik, di tangan Anas berubah menjadi sebuah daerah yang paling berprestasi dan meroket perkembangannya di seluruh Indonesia. Perubahan di tingkat pelayanan publik, inovasi di bidang pemerintahan daerah, dan daya tarik pariwisatanya berhasil meningkatkan popularitas Banyuwangi menembus mancanegara.

 

Sebagai seorang yang dibesarkan di suasana pesantren dan mengambil studi kuliah di dua kampus besar bersamaan, UI dan IKIP Jakarta, Anas menggunakan pendekatan keagamaan, kebangsaan dan inovasi berkemajuan khususnya di bidang IT dalam membangun Banyuwangi. Menurutnya, Banyuwangi bisa maju seperti sekarang harus disyukuri karena merupakan hasil dari kerja keras dan kerja ikhlas segenap masyarakat dan potensi Banyuwangi secara keseluruhan. “Bukan superman yang membangun Banyuwangi menjadi seperti sekarang, namun super team”, kata Anas.

 

Satu hal yang menjadi ukuran adalah meningkatnya partisipasi masyarakat Banyuwangi dalam berbagai bidang pembangunan selama dipimpin oleh Anas. Bupati muda ini berhasil meningkatkan rasa percaya diri dan tingkat kebahagiaan publik dengan berbagai program peningkatan kesejahteraan kampung, festival rakyat dan kegiatan berkelas internasional. Survey yang dilakukan tingkat kepuasan publik Banyuwangi terhadap kepemimpinan Anas mencapai 91 persen. Betapa tidak? “Income per kapita Banyuwangi dulu Rp 15 juta. Sekarang Rp 25,5 juta. Dari situ, ekonomi rakyat menggeliat. Ini terjadi bukan hanya karena bupatinya, tetapi karena partisipasi rakyat. Kami menggalang partisipasi publik”, ujar Anas.

 

Bagi Anas Pendapatan Asli Daerah (PAD) bukanlah nomor satu. Menurutnya yang paling utama adalah kebahagiaan rakyat. Menurut Anas “PAD itu ada yang direct impact dan  indirect impact. Contoh, ketika saya memperbaiki Pantai Boom, saya tidak menghitung PAD, tapi bagaimana rakyat kami bisa bahagia. Yang tadinya kumuh, sekarang bersih, orang jadi bahagia. PAD kami, naik dari Rp 90 miliar menjadi Rp 200 miliar. APBD kita naik dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 2,5 triliun”.

 

Anas berhasil merubah Banyuwangi yang dulu tertutup dan terbelakang menjadi terbuka dan terdepan. Rakyat sumringah dengan berbagai inovasi pelayanan publik mulai dari pendidikan, kesehatan dan sosial budaya. Anas mengembangkan teknologi informasi dalam mendukung berbagai program pelayanan publik. Satu yang paling terkenal adalah program “Smart Kampung”. Dengan melaksanakan program ini hasil yang muncul dalam hal peningkatan ekonomi warga desa sebelumnya tidak pernah terbayangkan.

 

Salah satu yang sukses adalah Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi yang mana mendapat penghargaan menjadi Desa Wisata terbaik oleh Kementerian PDT beberapa waktu lalu. Desa Tamansari melalui dukungan pengembangan teknologi informasi berupa jaringan internet dan aplikasi online telah berhasil pula mengoptimalkan dana desa dengan membangun BUMDes yang maju berbasis wisata kaki Gunung Ijen di daerahnya.

 

Sekarang kita saksikan di Banyuwangi, masyarakat setempat berlomba-lomba untuk berpartisipasi membantu membangun daerahnya untuk menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih sehat, lebih nyaman dan lebih keren. Hal ini karena strategi Azwar Anas yang memimpin Banyuwangi dengan mengandalkan inovasi, pelayanan dan partisipasi warga secara menyeluruh.

 

Azwar Anas, politisi cemerlang era Suharto dulu mungkin tidak pernah terpikir bahwa ada sosok muda yang namanya menyerupai namanya akan menjadi pemimpin cemerlang juga di kemudian hari. Bahkan Azwar Anas versi politisi era milenial bisa jadi akan memiliki kesempatan lebih banyak dalam menoreh prestasi dibanding Azwar Anas era lalu. Sejarahlah tentunya yang nanti akan membuktikannya.

 

Namun yang jelas, Azwar Anas tua dan Azwar Anas muda sama-sama memulai karir kepemimpinan dari daerah. Azwar Anas tua sudah pernah menjabat gubernur selama dua periode, sementara Azwar Anas muda yang telah menjadi bupati dua periode masih menunggu kepastian soal pencalonannya maju dalam kontestasi Pilgub Jawa Timur 2018. Semakin banyak kepala daerah yang berprestasi maka akan semakin bahagia rakyatnya, semakin kuat dan semakin maju pula Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Ahmad Mustofa Akbar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler