x

Iklan

Syiqqil Arofat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Definisi Optimisme: Seri Motivasi

mencoba mendefinisikan istilah optimisme

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada seorang teman yang bertanya, "Apakah kita optimis untuk mengembangkan bidang ini?" Tentu saja aku bingung menjawabnya karena sudah lama tak pernah kugunakan istilah "optimisme". Aku mencoba mengorek-ngorek perbendaharaan kata di dalam otakku. Tetap saja tidak ketemu. Lalu, aku menemukan kata "pesimisme" yang terkubur di dalam tumpukan berkas-berkas lama yang sudah kuanggap tidak penting lagi. Kenapa aku menguburnya di dalam situ? Mungkin pertanyaan ini bisa mengantarkanku untuk menemukan lagi definisi "optimisme". Ternyata, berkas-berkas lama yang mengubur kata "pesimisme" itu adalah kata-kata tentang "gagal", "nyerah", "takut", "berhenti belajar", dan sebagainya. Oh, tentu saja,  aku mengubur istilah pesimisme, sebab yang kuletakkan di paling  atas perbendaharaan kataku adalah "terus belajar" dan tepat di bawahnya adalah "selalu siap menghadapi segala kemungkinan", termasuk "kematian" (weiih, serreemm). Setelah kata pesimisme terpendam, tak heran kalau kata optimisme menguap dari benakku, sebagaimana aku juga kesulitan menemukan definisi tentang "gagal dan sukses", "kalah dan menang", dan sebagainya.

Lalu, aku pun menemukan titik terang. Mungkin aku tidak perlu kesulitan mendefinisikan "optimisme"; aku hanya perlu menyusun kalimat dari perbendaharaan kata yang kumiliki. Akhirnya, aku membuat definisi optimisme berikut: "selalu siap menghadapi beragam kemungkinan dan tidak pernah menyerah untuk belajar". Lalu, apa itu pesimisme dan kegagalan? Jawabannya tentu kebalikannya: "menyerah untuk membaca dan mempelajari kemungkinan". Barangkali banyak pembaca yang bingung tentang maksud dari "kemungkinan" itu. Oh, kalau itu aku tidak kesulitan menjawabnya, karena sudah tersimpan rapi dalam otakku. Yang kumaksud "kemungkinan" adalah "titik-titik dalam perjalanan hidup  yang terbentuk dari perpaduan antara "keahlian, relasi-relasi eksternal, dan keberuntungan". Mungkin, beberapa pembaca masih bingung apa itu maksudnya? Kok ada "titik-titik", "relasi eksternal", "keberuntungan"? Wah, kalo itu aku juga bingun menjelaskannya. Sudahlah, biarlah dipahami sendiri oleh para pembaca sekalian. Eh, ada sedikit clue nih: "tiitk-titik " itu adalah materi-materi pembelajaran dalam kehidupan. Hayo lo, tambah bingung gak?

Nah, dari situlah definisi optimisme dan pesimisme bisa ditetapkan. Seperti halnya, penetapan definisi "gagal" dan "sukses". Tidak ada kegagalan. Yang ada hanyalah "berhenti berusaha", karena di balik kegagalan itu kan banyak pelajaran penting untuk mengembangkan "keahlian" sebagai salah satu potensi, selain "relasi eksternal dan keberuntungan" itu tadi, untuk mencapai titik keberhasilan. Jadi, sekali lagi, tidak ada kegagalan. Yang ada hanyalah kegagalan sementara.  Lalu, bagaimana dengan "sukses"? Dari perbendaharaan kata-kata sebelumnya, bisa ditetapkan bahwa definisi sukses adalah pencapaian titik kemungkinan yang dikehendaki dalam perjalanan hidup. Terus, apakah masih bisa dimaknai "sukses" kalau kemudian berhenti belajar dan mengembangkan diri untuk berbuat lebih baik? Nah, itulah, berarti juga tidak ada istilah "sukses".  Yang ada adalah "sukses sementara". Lalu, kenapa disebut sukses kalau cuma sementara? Wah, itu juga yang bikin aku bingung.  Sudahlah, ketimbang tambah bingung lagi, mending kita kubur aja istilah "gagal" dan "sukses" itu. Haha. Gimana? Cocok gak, aku jadi motivator?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Syiqqil Arofat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB