x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Melintas Garis Batas: Dari Sejarah ke Novel Historis

Seorang ‘sejarawan’ menulis novel historis dan terkejut ketika melintasi garis batas di antara kedua ranah itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Lulus dari Yale Law School (1978) dan sempat berkiprah di bidang hukum, David O. Stewart kini lebih dikenal sebagai penulis yang menekuni era Revolusi Amerika. Sebagai ‘sejarawan’, Stewart telah melahirkan sejumlah buku, di antaranya Madison’s Gift: Five Partnerships That Built America dan The Summer of 1787: The Men Who Invented the Constitution.

The Lincoln Deception (terbit pada 2013), boleh dibilang, karya Stewart yang berbeda dibanding bukunya yang lain. Ia memang menulis tentang pembunuhan Abraham Lincoln, Presiden AS yang memimpin bangsanya di tengah perang saudara. Meski begitu, ketimbang karya sejarah, buku ini lebih merupakan sebuah novel—sebuah kisah misteri pembunuhan, malah.

Fakta historisnya, Lincoln ditembak oleh aktor muda John Wilkes Booth saat menyaksikan pertunjukan panggung di Ford’s Theatre, 14 April 1865, menjelang berakhirnya perang saudara. Serangan Boothe terhadap Lincoln hanya salah satu dari upaya pembunuhan yang berlangsung hari itu. Sejumlah orang memperoleh tugas membunuh Menteri Luar Negeri William Seward dan Wakil Presiden Andrew Johnson.

Konspirasi, persekongkolan—banyak orang menolak teori konspirasi, tapi banyak orang ingin mengetahui tentang kebenaran adanya konspirasi. Desas-desus perihal persekongkolan selalu mengundang rasa ingin tahu, dan Stewart agaknya menyadari benar hal ini. Di antara sekian banyak orang yang ditangkap menyusul pembunuhan Lincoln, terdapat nama Mary Surratt, yang dalam The Lincoln Deception, membuat pengakuan rahasia menjelang kematiannya. Mary memberitahu jaksa mengenai skema pembunuhan Lincoln, yang bila diungkapkan akan meruntuhkan Republik. Jaksa itu, juga menjelang kematiannya, mengatakan kepada dokternya bahwa ia memiliki rahasia tentang pembunuhan Lincoln dan akan membawanya serta ke alam kubur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi, apa sebenarnya pembunuhan Lincoln itu? Benarkah bermula dan berakhir pada diri Booth, pemain teater berusia 26 tahun? Apakah ini sekedar pembunuhan, ataukah sebuah upaya kudeta? Melalui The Lincoln Deception, Stewart membawa pembaca mengikuti perjalanan yang menguji pemahaman yang selama ini berlaku mengenai pembunuhan Presiden AS itu.

Ketika menulis The Lincoln Deception, Stewart terkejut bahwa ia sedang melintasi garis batas antara teks sejarah dan novel historis, walaupun dengan menulis karya ini ia merasa memperoleh pengayaan dalam upayanya memahami peristiwa pembunuhan Lincoln. Dapat dimengerti bahwa imajinasi Stewart lebih leluasa berkelana di alam fiksi ketimbang di dunia sejarah yang telah menetapkan pakem-pakem tertentu untuk penulisannya.

Peristiwa bersejarah, terlebih lagi peristiwa kontroversial, selalu mengundang beragam tafsir. Para sejarahwan tidak cukup tahu untuk dapat menceritakan secara utuh peristiwa masa lampau. Jamak dijumpai, ada bagian-bagian tertentu yang masih kabur atau belum terungkap. Tak heran bila perbedaan pendapat di antara sejarawan seringkali begitu tajam.

Novel historis, sepanjang tidak berniat menyesatkan, dapat membantu pembaca dalam memahami suasana yang terjadi di suatu masa. Lebih dari itu, dan yang barangkali terasa lebih bernilai, lewat kepekaannya, penulis menyingkapkan sisi manusia dalam suatu peristiwa historis: wataknya, kehidupannya, kecondongannya. Betapapun, teks sejarah maupun novel historis mempunyai ujung yang sama: memelajari watak dan pengalaman manusia. Bila teks sejarah terasa sunyi, novel historis mengisi kesunyian itu. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler