x

Iklan

Trisna Wulandari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tempe, Pangan Lokal yang Mendunia

Selama ini tempe didiskreditkan sebagai makanan rakyat jelata. Siapa sangka ia malah mendapat hati di masyarakat dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seorang pria “bule” terdengar fasih mempromosikan usahanya berjualan tempe di London dengan bahasa Indonesia. Namanya William Mitchel, sudah 3,5 tahun ini ia berjualan ragam olahan tempe di sudut Pasar Leather Lane di London, Inggris. Di kios sederhana berukuran sekitar 2x3 meter miliknya tertera tulisan berwarna putih, kontras dengan tenda yang berwarna dasar hitam.

 

“Authentic Organic Indonesian Tempeh.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Mitchel mengakui sengaja belajar cara membuat tempe langsung dari para ahli tempe di Malang, Blitar, dan Bandung sekitar tahun 2013. Sepulangnya dari berguru, ia langsung mempraktekkan ilmu yang didapat untuk membuat tempe di London. Perlu waktu hingga empat bulan untuk membuat tempenya memiliki cita rasa khas Indonesia.

 

“Di Jawa mungkin bikin di luar saja bisa, tapi di sini dingin sekali. Jadi saya pakai inkubator untuk membuatnya,” tuturnya dalam sebuah wawancara.

 

Kecintaan Mitchel pada tempe bermula dari rasa penasarannya mencicip tempe orek di salah satu warteg di Kelapa Gading. Ketika itu, dirinya sedang bekerja di Indonesia sebaga guru bahasa Inggris. Alih-alih menghemat pengeluaran untuk makan, Mitchel justru jatuh cinta pada tempe. Hampir setiap hari selama tujuh tahun berada di Indonesia, ia terus makan tempe.

 

Tempe dan cita rasanya yang unik tak hanya digemari oleh Mitchel. Terbukti, kios dagangannya selalu ramai dipadati pengunjung yang mengantri membeli tempe olahan Mitchel. Ketenaran tempe juga sudah mendunia, sebut saja di Jepang dan Amerika. Kedua negara ini bahkan sempat diisukan telah mengklaim hak paten pembuatan tempe karena terlalu menggemarinya.

 

Penelitian Diah M. Utari tahun 2010 pada jurnal Gizi Indonesia mengemukakan kandungan lemak tempe jauh berada di bawah kandungan lemak hewani. Namun kadar protein keduanya setara. Nilai tambah lain yang ada pada tempe, yakni kandungan asam lemaknya merupakan lemak tak jenuh rantai panjang. Sehingga bermanfaat bagi kesehatan jantung, menurunkan kolesterol LDL, dan meningkatkan HDL kolesterol (kolesterol baik).

 

Melihat kepopuleran tempe di tingkat dunia, mungkin sudah sepatutnya kita mengubah makna “mental tempe” dari kalimat yang mendiskreditkan menjadi ungkapan kejumawaan : Bahwa produk lokal kita, juga bisa mendunia! 

Ikuti tulisan menarik Trisna Wulandari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler