x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ramadhan, Momen Self-Awareness

Ramadhan adalah momen self-awareness yang sangat intens: memberanikan diri untuk melihat dan menelisik kelemahan diri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Setiap orang punya kelemahan. Tapi orang lebih suka melihat kelemahan orang lain: ia kurang ini, kurang itu, coba kalau ia begini, kalau begitu. Orang juga lebih cepat mengomentari kelemahan orang lain ketimbang membenahi kelemahan diri sendiri. Saat becermin sekalipun, orang lebih suka memandang keindahan dirinya dan enggan menatap kelemahannya—andaikan ia tahu, ia akan menutupinya.

Sebagian orang mampu mengatasi kelemahannya. Orang-orang ini juga punya cara menangani kelemahannya, sehingga kelemahan itu tidak memengaruhi benar keseluruhan efektivitas dirinya. Mereka tidak terganggu, langkah mereka tidak terintangi. Sebagian lainnya mampu beraktivitas dengan lancar justru karena tidak menyadari kelemahan mereka, sehingga tidak ada sesuatu yang mengganggu perhatiannya. Sebagian lagi tidak mampu melihat kelemahan dalam dirinya, padahal orang lain dapat melihatnya dengan jelas, yang membuat ia tampak lemah di mata orang lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kebanyakan orang memandang kekuatan dirinya dan bahkan banyak yang berusaha menonjolkan kekuatannya. Dalam banyak aktivitas, kekuatanlah yang ditonjolkan. Ketika melamar pekerjaan, kita menonjolkan kekuatan dan menyembunyikan kelemahan. Tatkala berbicara di depan umum, kita memperlihatkan kekuatan dan berusaha agar kelemahan kita tidak terlihat orang lain. Bahkan, sering terjadi, kita enggan melihat kelemahan diri, apa lagi mengakuinya.

Ramadhan adalah momen untuk becermin—refleksi. Refleksi bermakna bukan hanya melihat yang serba baik, bagus, indah, tapi juga lebih memberanikan diri untuk melihat dan menelisik kelemahan diri. Becermin dengan wajah fisik dan wajah batiniah tanpa polesan kosmetik apapun yang selama ini mungkin kita kenakan agar kelemahan tidak terlihat di mata orang lain.

Inilah masa-masa baik untuk meningkatkan self-awareness, mengenal lebih dekat, mengenali kembali, menelisik hal-hal tersembunyi, menemukan kebenaran di dalam diri. Menemukan kebenaran bisa jadi sangat menyakitkan dan juga mencemaskan. Kebenaran itu menyakitkan sebab di dalamnya mungkin terkandung kesalahan, kelemahan, ketidakmampuan, serta keburukan—segala hal yang kita sembunyikan dari manusia lain, bahkan kita sembunyikan dari diri kita sendiri.

Namun, para arif mengajak kita untuk menemukan kebenaran tentang diri kita, sebab di sanalah tersedia potensi untuk menemukan kesembuhan dari kesakitan, menguatkan diri dari kelemahan, maupun memulihkan apa yang sempat rusak. Para arif mengatakan bahwa tersedia peluang besar bagi siapapun untuk lebih self-aware: lebih mengenal diri sendiri, lebih menyadari siapa diri kita, lebih memahami kemana tujuan kita. Inilah momen untuk menaiki jenjang tangga yang lebih tinggi oleh karena kita semakin sembuh, semakin kuat, dan semakin pulih.

Ramadhan adalah momen untuk menyerap umpan balik 360 derajat dengan lebih jujur, sebab malam-malamnya terasa lebih terang, lebih hening, lebih sejuk, dan membuat kita lebih terbuka untuk mengenali diri sendiri. Di keheningan malam itulah kita akhirnya menyadari siapa diri kita di tengah semesta yang luar biasa besar ini. Ramadhan dapat menjadi momen self-awareness yang sangat intens, andai kita mau.***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu