x

Iklan

Kuntoro Boga Andri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sektor Pertanian dan Andil Penurunan Angka Kemiskinan

Program-program yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian selama empat tahun terakhir, sukses dalam menurunkan angka kemiskinan khususnya di perdesaan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Terimakasih sekali Bapak Menteri, Bapak Presiden, sudah dikasih bantuan. Terimakasih sekali. Nggak susah-susah amat sekarang. Bisa ngasih cucu ongkos sekolah. Nggak punya uang bisa jual telur. Terimakasih sekali."
Berkali-kali lisan Cicih melirihkan ungkapan dan rasa terimakasih atas bantuan 50 ekor ayam kampung petelur unggul yang diterimanya sekira 6 bulan lalu.
Situs Kantor Berita Nasional Antara (Rabu, 16/1/2019) memuat, program bantuan ayam kampung dalam bentuk Day Old Chick (DOC) dari Kementerian Pertanian (Kementan) di Tasikmalaya, Jawa Barat, telah meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Cicih, buruh tani di Desa Kiarajangkung, Kec. Sukahening satu di antaranya.
 
Ayam bantuan yang dipelihara Cicih, mulai  bertelur. Selain dimakan sendiri, telur-telur itupun menghasilkan rupiah karena bisa dijual.
"Yang kecil untuk makan cucu 3 orang sekolah SD. Yang besar kalau sudah banyak saya jual. Seminggu bisa dapat 30 telur, dijual ke Bumdes Rp 1.500 per butir,” ujar Cicih.
 
Sebelum memelihara ayam kampung petelur unggul bantuan Kementan, pendapatan Cicih dan suaminya sebagai buruh tani tak menentu. Bergantung ada tidaknya orang yang meminta bantuan. Saat tidak ada lahan yang digarap, maka tak ada pendapatan.
 
Beginilah gambaran bagaimana salah satu program unggulan Kementan "Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera" (BEKERJA) membantu perekonomian Rumah Tangga Miskin (RTM) di pedesaan. Sejak diluncurkan, program BEKERJA memang bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Pada pelaksanaan tahun 2018 program BEKERJA menyasar 200.000 Rumah Tangga Petani Miskin (RTM) yang tersebar di 10 provinsi.
 
Waktu berlalu, tahun telah berganti. Adakah program ini menunjukkan hasil?
Data profil kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Selasa (15/1/2019) lalu telah membantu menjawab pertanyaan di atas.
 
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2018 mencapai 25,67 juta orang, yang merupakan 9,66% dari total penduduk Indonesia. Di mana 60% di antaranya berada di pedesaan (15,54 juta jiwa), dan 40% berada di perkotaan (10,13 juta jiwa).
 
Ini berarti sejak September 2017, jumlah penduduk dengan kategori miskin sudah berkurang sebanyak 908,4 ribu jiwa.
Penurunan Jumlah Penduduk Miskin Pedesaan Lebih Tinggi dari Perkotaan
Sepanjang September 2017-September 2018, BPS mencatat penduduk miskin di pedesaan berkurang 770 ribu orang. Angka ini lebih tinggi dari penurunan jumlah penduduk miskin di perkotaan yang hanya berkurang 140 ribu orang.
Rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2018 yang naik sebesar 2,07% dibanding Maret 2018, menjadi salah satu dari beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan selama periode Maret 2018-September 2018. Ditambah lagi secara riil upah butuh tani naik 1,6%.
 
Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani juga naik 1,21% dari Maret 2018. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Nilai Tukar Petani (NTP) mencerminkan daya beli atau kesejahteraan petani terus membaik.
 
Selanjutnya, selama periode Maret 2018-September 2018 inflasi umum terbilang cukup rendah, yaitu berada sebesar 0,94%. Kemudian, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok tercatat mengalami penurunan. Beras turun 3,28%, daging sapi turun 0,74%, minyak goreng turun 0,92%, dan gula pasir turun 1,48%.
 
Hal ini membuat daya beli riil masyarakat secara umum meningkat, karena kenaikan pendapatan nominal tidak banyak tergerus oleh inflasi (kenaikan harga-harga). Sementara angka inflasi yang rendah, menunjukkan keberhasilan Pemerintah menjaga kecukupan pasokan kebutuhan masyarakat, utamanya bahan pangan sebagai penyumbang inflasi dominan.
 
Jurang Kemiskinan Terus Mengecil
 
Bagaimana dengan data ratio gini ?

Selama pada periode September 2018, BPS mencatat rasio gini sebesar 0,384.

Jumlah tersebut menurun dari capaian Maret 2018 yang sebesar 0,007 dan lebih kecil dari September 2017 yang sebesar 0,391.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, rasio gini di daerah perkotaan pada September 2018 tercatat sebesar 0,391. Turun dibanding Maret 2018 yang sebesar 0,401 dan September 2017 yang sebesar 0,404.
Sedangkan di daerah pedesaan pada September 2018 tercatat sebesar 0,319. Turun dibanding Maret 2018 yang sebesar 0,324 dan September 2017 yang sebesar 0,320.
 
Apa arti dari angka-angka di atas?
 
Rasio gini adalah gambaran atas ketimpangan pengeluaran penduduk. Bila nilainya 0 (nol) sempurna, artinya setiap penduduk memiliki tingkat pengeluaran yang sama. Dan bila nilainya 1, maka berarti pengeluaran penduduk sangat timpang satu sama lain.
 
Dengan demikian turunnya nilai rasio gini dapat menjadi indikator jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin mengecil.
 
Dengan kata lain, rilis data BPS mengenai profil kemiskinan di tanah air secara  sederhana dapat dibaca bahwa : jumlah penduduk miskin menurun dan kesejahteraan penduduk membaik. Pada saat yang sama juga terjadi penurunan ketimpangan pendapatan masyarakat baik di perkotaan dan perdesaan, yang ditandai oleh menurunnya indek gini rasio.
 
Kebanyakan jumlah penduduk miskin berada di pedesaan. Dan mayoritas profesi masyarakat pedesaan adalah petani dan peternak. Maka sejumlah program yang dirancang Kementerian Pertanian secara perlahan namun nyata dan pasti, telah memberi andil pada perbaikan pengentasan kemiskinan dan kondisi perekonomian Indonesia.
 
Program BEKERJA yang kisah manfaatnya membuka tulisan ini, barulah satu dari program-program itu. Pemerintah melalui Kementan menyinergikannya dengan program unggulan lain. Seperti upaya khusus (Upsus) peningkatan produksi padi - jagung - kedelai (Pajale), hortikultura, serta program Sapi Indukan Wajib Bunting (Siwab).
 
Juga program pembenahan rantai pasok dan distribusi pangan, untuk membuat harga jual produk yang diterima petani terus membaik. Dengan juga memperhatikan kenyamanan konsumen membeli pangan pada tingkat harga yang terjangkau.
 
Kerja belum selesai, kemiskinan harus terus dientaskan. Dengan dilakukan bersama, seberat apapun tugas yang diamanatkan negara dalam menjalankan roda pemerintahan - dalam hal ini pembangunan pertanian, akan menjadi lebih mudah dituntaskan. Pemerintah butuh dukungan semua pemangku kepentingan.
 
Dan, ucapan terimakasih serta penghargaan tinggi selayaknyalah disampaikan pada para peternak-petani di negeri ini. Yang dengan tulus telah bekerja keras penuh ikhlas, memanfaatkan secara optimal tiap program yang diluncurkan Pemerintah hingga peluh mengucur deras. Untuk mencapai sebuah cita-cita bersama. Menjadi bangsa dengan kemapanan, berkedaulatan pangan, sejahtera, terbebas dari jerat kemiskinan.

Ikuti tulisan menarik Kuntoro Boga Andri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler