Masuk G-20 Tak Gampang, Jangan Sia-siakan Warisan SBY

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

G-20 adalah kelompok 20 negara dengan pendapatan tertinggi di dunia, dan Indonesia satu di antaranya

Pada era pemerintahan SBY yang didukung penuh Partai Demokrat, Indonesia menorehkan sejarah di kancah internasional. Indonesia masuk dalam kelompok G-20.

G-20 adalah kelompok 20 negara dengan pendapatan tertinggi di dunia. Dari Asia Tenggara, hanya Indonesia yang jadi anggota G-20. Untuk kawasan Asia, Indonesia dianggap setara dengan Jepang, Korea Selatan, India dan China. Di dunia, kita disetarakan dengan Amerika, Uni Eropa, Kanada dan negara besar lainnya.

Artinya, masuknya Indonesia ke dalam G-20 adalah apresiasi masyarakat internasional atas kesuksesan pencapaian Indonesia. Perekonomian Indonesia besar dan sangat berpotensi untuk terus membesar. Indonesia dianggap sebagai negara dengan kekuatan ekonomi yang bakal semakin mempengaruhi perekonomian global.

Masuknya Indonesia ke dalam G-20 sudah tepat. Ibarat mau jadi pelukis, tentu kita harus bergaul dengan para pelukis hebat. Jadi, kalau Indonesia mau menjadi negara maju, tentu harus bergaul dengan negara maju, jangan cuma dengan negara terbelakang. Pencapaian ini mesti jadi momentum bagi rakyat Indonesia untuk bangkit bersama. Mengembangkan sikap optimisme dan positif, agar bahtera Indonesia terus melaju di samudera kesempatan. Lawan semua hal negatif!

Masuknya Indonesia ke dalam G-20 juga membuktikan kalau Indonesia berhasil berbenah setelah terjangan krisis moneter pada 1997-1998. Kala itu pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok ke titik -13,16%. Dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di Rp 16.650. Utang luar naik berlipat-lipat, hampir 10 kali lipat dari cadangan devisa Indonesia.

Tak sampai di situ, kemudian ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat bertumbangan. Terjadi gelombang besar PHK yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja. Akibat PHK dan melesatnya harga-harga barang, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat. Ketika itu, angkanya tercatat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk. Bahkan ILO mencatat dua dari tiga penduduk Indonesia, berada dalam kondisi yang sangat miskin pada 1999 jika ekonomi tak segera diperbaiki.

Indonesia tertatih-tatih mengatasi kehancuran ini. Zaman Habibie dan Gus Dur, kita masih berada pada masa peralihan. Barulah pada masa pemerintahan Megawati, stabilitas politik mulai membaik, tapi stabilitas ekononi baru terjadi pada era pemerintahan SBY yang didukung penuh Partai Demokrat.

Akhirnya pertumbuhan ekonomi bisa tembus rata-rata 6%. Jumlah orang miskin turun 10,96%, tak sampai 1% lagi menuju 1 digit. Jumlah pengangguran turun drastis. Pendapatan perkapitan Indonesia naik hampir 4 kali lipat, sementara kelas menengah bertumbuh sampai dari 37 % menjadi 56,7%.

Semua pencapaian ini jelas tak gampang. Pemerintah SBY, Partai Demokrat dan seluruh rakyat Indonesia bahu-membahu untuk memperjuangkannya. Alhamdulillah, berkat rahmat Allah swt, Indonesia bisa mencapai semua itu.

Dengan rekam jejak itu, saya percaya SBY dan Demokrat akan berjuang untuk membenahi segala yang belum pas pada era pemerintah kali ini. Dan dorongan Demokrat akan semakin besar apabila Demokrat dipercaya pada di Pemilu 2019. Jadi, jangan ragu-ragu lagi. Coblos partai nomor 14 pada 17 April 2019 mendatang.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Yuliana Dina

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Misteri Polisi Dukung Pemenangan Jokowi

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

SBY di Pusaran Republik Ketoprak HAM

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua