x

Iklan

Rian Antony

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Agustus 2019

Sabtu, 28 September 2019 18:11 WIB

Nyanyian Grisostomo, Nyanyian Putus Asa Terhadap Sikap Pemimpin Bangsa

Aksi #GejayanMemanggil dan aksi-aksi mahasiswa lainnya adalah Nyanyian Grisostomo. Nyanyian yang melambangkan kepedulian dan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Nyanyian yang juga menggambarkan keputusasaan dan kekecewaan terhadap keputusan pemimpin bangsa, nyanyian yang mewakilkan kekekecewaan atas berbagai keputusan dan rancangan undang-undang yang melemahkan demokrasi dan nyanyian yang melambangkan kecintaan dan kepedulian terhadap terhadap berbagai persoalan bangsa dan dan nyanyian kecurigaaan akan upaya-upaya yang semakin melemahkan prinsip demokrasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pekan lalu, seorang teman bertanya tentang sebuah kisah dari Novel Don Quijote yang sedang saya baca. Novel karya Miguel De Cervantes -yang juga menduduki urutan pertama dalam enam karya fiksi terbaik sepanjang masa- memang menyajikan berbagai kisah petualangan -lebih tepatnya imajinasi- Don Quijote. Imajinasi yang membuatnya selalu terbayang dalam suasana peperangan, layaknya Amadis dari Galia. Bertemu musuh dan memeranginya.

Baginya, adalah hukum bagi seorang kesatria untuk membela yang lemah dan menegakkan keadilan serta membela kebenaran.

Pada sore itu, saat mentari hampir berpulang keperaduannya, saya tiba-tiba bercerita tentang kematian seorang hidalgo kaya bernama Grisostomo. Dikisahkan bahwa Grisostomo adalah seorang terpelajar dan juga mahasiswa Salamaca -Universitas Salamanca didirikan pada 1218 dan merupakan Universitas tertua di Spanyol- yang telah mati akibat cinta yang tak berbalas dari seorang gadis terkutuk bernama Marcella. Gadis itu terkutuk karena kecantikannya yang tiada banding dan membuat setiap orang jatuh hati ketika berjumpa dengannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kematian itu semakin menghebohkan banyak orang karena meninggalkan sebuah surat wasit untuk menguburkannya di sebuah lembah di mana ia mencinta sekaligus kecewa, memuja sekaligus dihina oleh seorang Mercella untuk pertama kalinya. Di tempat itulah kenangan dan kesedihan saling menyapa satu dengan yang lainnya.

Saat ini, di tempat kaki ini berdiri, Gadis itu juga terlihat, namun dengan nama dan kekuatan yang berbeda. Di sini, Ia bernama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dengan kekuatannya bisa terlelap bahkan menghilang saat rapat. Kekuatan itu membuat berbagai kebijakannya yang pro rakyat menjadi kabur bahkan tidak terlihat. Kekuatan itu juga membuat tindakannya begitu dihormati dan ucapannya begitu didengar meskipun banyak yang tidak benar. Dengan kekuasaannya Ia menghebohkan seluruh lapisan masyarakat dengan kinerja yang tidak memuaskan dan rancangan Undang-undang yang sangat kontroversial.

Di tempat itu, saya melihat harapan sekaligus ketidakpercayaan menyatu.

Di halaman selanjutnya, cerita tentang ketulusan cinta Grisostomo berlanjut saat seorang musafir membacakan sajak-sajak putus asa yang dibawa dalam upacara kematiannya. Singkat cerita, sajak-sajak itu berisi nyanyian Grisostomo yang mengeluhkan kecemburuan, kecurigaan, ketidakhadiran bahkan semua hal yang merusak nama baik dan reputasi Marcella. Padahal, Marcella bukanlah seorang yang jahat, tetapi pilihannya untuk hidup dalam kesendirian telah membuat banyak pria patah hati, termasuk sang hidalgo yang memilih untuk menghilang dalam kelenyapan abadi.

Nyanyian itu terdengar begitu menyedihkan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa nyanyian Grisostomo benar-benar menggambarkan sisi melankolis seorang pria dalam mendambakan seorang wanita yang sangat dicintainya.

Saat ini, nyanyian Grisostomo terdengar bahkan terjadi di seluruh penjuru Negeri. Bagi saya aksi yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa -di berbagai tempat- adalah nyanyian Grisostomo. Nyanyian yang melambangkan kepedulian dan kecintaan terhadap bangsa dan negara. Nyanyian ketulusan yang mendambakan Indonesia yang adil, maju dan bermartabat.

Nyanyian Grisostomo adalah nyanyian yang penuh dengan kejujuran.

Nyanyian Grisostomo yang bergema di sudut persimpangan jalan sekaligus menggambarkan keputusasaan terhadap perilaku pemimpin bangsa yang gagal dalam mengurus negara. Nyanyian yang juga mewakilkan kekekecewaan atas berbagai keputusan dan rancangan undang-undang yang merugikan rakyat dan nyanyian kecurigaaan akan upaya-upaya yang semakin melemahkan pilar-pilar demokrasi.

Meskipun demikian, masih ada sepercik harapan layaknya Don Quijote yang percaya bahwa Marcella bukanlah orang jahat, saya juga percaya bahwa anggota DPR yang terhormat itu bukanlah orang jahat yang tega merusak bangsa dengan berbagai kepentingan dan tujuan pribadi. Namun sampai saat ini saya harus jujur bahwa saya tidak menemukan semangat untuk membela yang lemah, menegakkan keadilan serta membela kebenaran layaknya hukum seorang kesatria. Oleh sebab itu, sangat wajar jika saya berpegang dengan apa yang disampaikan oleh Caesar Agustinus “berhati-hatilah karena banyak perbuatan jahat dapat berasal dari permulaan yang baik”.

 

Ikuti tulisan menarik Rian Antony lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler