Silat Lidah Lem Aibon Rp 82,8 M: Anies Gagal Manfaatkan Warisan Ahok?
Kamis, 31 Oktober 2019 12:51 WIBCara Gubernur Anies menanggapi pengisian anggaran yang kacau itu juga kurang tepat. Ia semestinya tidak menyalahkan sistem e-bugeting yang dibuat oleh Ahok. Jika menganggap sistem ini masih mengandung kelemahan, ia seharusnya memperbaikinya sejak dini.
Kisruh anggaran Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta memperlihatkan kelemahan Gubernur Anies Baswedan dalam mengawasi proses pembuatan anggaran. Ia tidak menggunakan secara maksimal sistem e-bugeting yang dirintis oleh gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Gubernur Anies bahkan tidak menampilkan rancangan anggaran DKI di situs resmi provinisi ini. Ia juga tak berupaya membenahi sistem itu jika memang masih mengandung kelemahan. Akibatnya, meletuplah kritik dari banyak kalangan begitu muncul angka-angka aneh dalam rancangan anggaran DKI yang kini sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Modus Asal Isi Anggaran
Anggaran janggal yang kini diributkan itu antara lain pembelian lem aibon yang mencapai Rp 82,8 miliar dan anggaran pulpen Rp 123 miliar dalam APBD DKI 2020. Nilai anggaran untuk dua kegiatan itu memang sulit diterima akal sehat.
Gubernur Anies dan pejabat yang membikin anggaran itu telah menjelaskan soal tersebut. Intinya, Anies mengatakan bahwa ada kelemahan sistem e-budgeting sehingga angka yang tak wajar itu lolos dari penginputan data. Adapun si pejabat yang membikin anggaran mengatakan bahwa item itu sebetulnya bukan untuk lem dan pulpen. Pejabat itu mengaku hanya asal mengisi item yang nanti akan diganti dengan item anggaran yang sebenarnya.
Mengisi item anggaran secara sembangan atau sengaja menaruh angka yang keliru sebetulnya bukan masalah sepele. Pengisian anggaran yang tidak tertib menunjukkan bahwa pejabat DKI tidak merencanakan anggaran secara akurat sejak awal. Cara-cara seperti itu bahkan bisa dicurigai sebagai langkah awal untuk merencanakan korupsi, atau setidaknya menghambur-hamburkan duit negara dan daerah untuk kegiatan yang kurang penting.
Mengkambingkan sistem
Cara Gubernur Anies menanggapi pengisian anggaran yang kacau itu juga kurang tepat. Ia semestinya tidak menyalahkan sistem e-bugeting yang dibuat oleh Ahok. Jika menganggap sistem ini masih mengandung kelemahan, ia seharusnya memperbaikinya sejak dini.
Sistem e-bugeting yang diikuti dengan penayangan rancangan anggaran di situs resmi DKI sebetulnya lebih bertujuan untuk melibatkan publik dalam pengawasan anggaran. Kalau ada anggaran yang aneh, masyarakat bisa berteriak. Perencanaan anggaran secara transparan itulah yang tidak dilakukan oleh Anies.
Gubernur Anies semestinya paham, sehebat-hebatnya sebuah sistem e-bugeting, tetap mengandung kelemahan. Artinya tetap harus dilakukan pengawasan secara manual. Inilah yang dulu dilakukan oleh Gubernur Ahok, yakni memangkas anggaran yang aneh. Langkah ini tampaknya juga diabaikan oleh Anies sehingga ada pejabat yang mengisi rancangan anggaran secara serampangan.
Gubernur Anies sebaiknya pula tidak menggunakan “retorika” dalam membela diri. Menutup kelemahan pemerintah DKI dengan menyalahkan sistem atau menyerang pihak lain tidak menyelesaikan masalah. Cara ini hanya akan mengundang sinisme publik. ***
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Dahsyatnya Corona: 300 Lebih Orang Tewas, 14 Ribu Terinfeksi, 24 Negara Tertular
Minggu, 2 Februari 2020 19:38 WIBMensesneg Minta Revitalisasi Monas Distop, Inilah 3 Blunder Gubernur Anies
Senin, 27 Januari 2020 21:12 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler