Peran HOS Tjokroaminoto dalam Pendidikan

Minggu, 10 November 2019 08:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidikan bagi HOS Tjokroaminoto tidak terbatas pada persekolahan, tetapi para pembentukan karakter untuk menjadi bangsa yang kuat.

Judul: HOS Tjokroaminoto

Penulis: Sayyidah Mawani

Tahun Terbit: 2017

Penerbit: Sociality                                                                                                   

Tebal: iv+212

ISBN: 978-602-6673-59-6

 

Buku ini membahas Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto dari sisi perannya dalam pendidikan secara luas. Pendidikan untuk membangun bangsa.

Pada bagian 1, Mawani membahas tentang pendidikan dan sejarah pendidikan di Indonesia. Dalam membahas pendidikan, Mawani tidak saja berkutat kepada pendidikan di sekolah, tetapi juga pendidikan yang mengakibatkan pergerakan kebangsaan. Baru di bagian 2 dan bab 3, Mawani membahas sosok Tjokroaminoto secara khusus. Di bab 4, Mawani menghubungkan konsep pendidikan HOS Tjokroaminoto dengan pendidikan Indonesia masa kini.

 

Siapakah HOS Tjokroaminoto?

HOS Tjokroaminoto adalah anak dari seorang bangsawan pribumi dari Madiun. Ia mendapatkan pendidikan yang cukup baik, hingga lulus pendidikan untuk pegawai Belanda (OSVIA). Setamat OSVIA HOS Tjokroaminoto sempat bekerja di pabrik gula dan menjadi masinis sebelum bergabung dengan Sarekat Islam. Ia menggunakan pengetahuannya saat sekolah untuk membangun organisasi Sarekat Islam.

Kegetolannya dalam pergerakan menimbulkan pertengkaran dengan mertuanya. HOS Tjokroaminoto yang rela keluar sebagai pegawai dan menanggalkan gelar kebangsawanannya membuat mertuanya murka.

HOS Tjokroaminoto meniupkan ruh Islam dalam pergerangan melawan penjajah Belanda dalam Sarekat Islam. Ia memilih gerakan non kooperatif. Mawani membedakan pandangan HOS Tjokroaminoto muda dengan saat tuanya. HOS Tjokroaminoto muda (sebelum 40 tahun) menggunakan Islam sebagai alat perjuangan. Sementara HOS Tjokroaminoto setelah 40 tahun menganggap Islam sebagai ideologi perjuangan. Memperjuangkan bangsa adalah sekaligus memperjuangkan Islam.

HOS Tjokroaminoto sangat getol mengungkapkan sosialisme dan Islam. Beliau mencari kesamaan antara keduanya. Kesamaan antara keduanya adalah perikemanusiaan, persamaan (manusia), persatuan dan persaudaraan (hal. 129). Oleh sebab itu dalam perjuangannya, HOS Tjokroaminoto menggunakan dua pisau, yaitu Islam dan Sosialisme.

 

Apa peran HOS Tjokroaminoto dalam pendidikan?

Peran terbesar HOS Tjokroaminoto dalam pendidikan adalah dalam hal menyiapkan para pendiri bangsa. Rumah di Gang Peneleh, Surabaya telah menghasilkan pemuda-pemuda yang hebat yang berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia. Mereka itu adalah Sukarno, Moeso dan Kartosuwiryo yang indekos di rumah HOS Tjokroaminoto. Selain dari tiga pemuda yang indekos, ada juga pemuda yang sering datang ke Gang Peneleh, yaitu Alimin dan Semaun. Meski pemuda-pemuda tersebut memilih jalan ideologi yang berbeda dalam perjuangan, tetapi mereka semua berperan besar dalam membuat kemerdekaan Indonesia terwujud. Kita tahu bahwa Sukarno memilih jalan Nasionalisme, Moeso, Alimin dan Semaun memilih jalan Komunisme dan Kartosuwiryo memilih jalan Islam dalam perjuangannya. HOS Tjokroaminoto sampai dijuluki sebagai “guru bangsa” karena perannya yang besar dalam menyiapkan para pemuda tersebut.

Peran HOS Tjokroaminoto lainnya di bidang pendidikan adalah pandangannya tentang pendidikan. Bagi HOS Tjokroaminoto, pendidikan bukan sekedar persekolahan. Tetapi pendidikan adalah tentang berbagi dan menyalurkan berbagai kemampuan yang kita miliki kepada orang lain, dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu baru (hal. 181). Bagi HOS Tjokroaminoto, semua orang adalah guru.

 

Apa yang bisa kita pelajari dari HOS Tjokroaminoto?

Pelajaran yang bisa kita petik dari HOS Tjokroaminoto adalah sifat humanisnya. Beliau senantiasa memperhatikan manusia lain, terutama mereka yang tertindas.

Pelajaran kedua yang kita peroleh dari beliau adalah hidupnya yang sederhana. Demi perjuangan, HOS Tjokoroaminoto rela untuk kehilangan status kebangsaannya dan pindah ke rumah yang sangat sederhana.

 

Dalam hal pendidikan karakter, HOS Tjokroaminoto mengedepankan keunggulan jiwa dan kecerdasan emosional tanpa sedikitpun mengurangi keserdasan akal manusia itu sendiri (hal. 188). Pendidikan karakter harus diarahkan kepada rasa nasionalisme. Oleh sebab itu dalam pendidikan harus ditanamkan paham demokrasi dan kesetaraan.

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua