x

Kapal melintas di Raja Ampat

Iklan

elvano leo yordanes

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Desember 2019

Senin, 6 April 2020 06:12 WIB

Nautical Tourism in Indonesia : Hidupkan Kembali Perahu Kanjang warisan Nenek Moyang sebagai Objek Atraksi di Wisata Raja Ampat

Mengenal Nautical Tourism dengan kearifan lokal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nautical tourism atau akrab disebut sebagai kegiatan wisata yang menggabungkan kegiatan berlayar dan berperahu, dengan memiliki fungsi untuk berlayar ke pelabuhan satu ke pelabuhan yang lain, dan juga dapat digunakan untuk mengunjugi destinasi yang hanya bisa dijangkau dengan perahu.

Nautical tourism pertama kali dicetuskan di Amerika Serikat, Australia, dan Eropa. Kegiatan wisata ini biasanya aktif dilakukan oleh wisatawan pada musim panas dan musim semi. Dalam perkembangan hingga saat ini jenis wisata nautical tourism sangat digemari oleh banyak wisatawan, dikarenakan objek yang digunakan adalah di lautan atau di perairan yang notabene adalah wisata bahari dengan jumlah peminat yang cukup banyak.

Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan nautical tourism meliputi: berlayar menuju suatu destinasi atau sekedar menikmati pemandangan, olahraga air dengan objek perahu, dan tinggal beberapa hari di kapal pesiar. Melihat peluang begitu sangat besar di jenis wisata ini, maka banyak sektor ekonomi yang berkembang baik seperti, penyedia barang berupa perahu dan aksesoris bernuansa bahari untuk disewakan dan beberapa sektor jasa lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia merupakan negara dengan luas perairan atau laut terluas di dunia setelah Kanada, tetapi dalam industri wisata bahari masih mengalami kelambatan. Industri wisata kelautan Indonesia hanya menyumbang 10% dari seluruh sektor wisata yang ada, sunggah sangat parah. Mentri wisata Indonesia Arief Yahya pada tahun 2019, menyampaikan dengan tegas bahwa akan berusaha memfokuskan industri wisata bahari, sehingga di tahun berikutnya dapat mengalami kenaikan, yang semula hanya 10% menjadi 20%.

Keterlambatan industri wisata kelautan Indonesia disebabkan beberapa kasus seperti : lamanya perijinan masuknya kapal asing, yaitu dibutuhkan beberapa hari untuk mendapatkan ijin, sedangkan di Thailand hanya satu jam saja.

Studi kasus pada artikel ini akan memfokuskan pada destinasi wiata Raja Ampat. Pasti ketika mendengar nama destinasi ini akan tergelitik untuk ingin datang dan berwisata, karena hamparan laut yang biru, perbukitan yang menyejukkan mata, kebudayaan masyarakat yang masih kental, dan kekayaan biota laut yang berkelas internasional. Surga dunia ini (Raja Ampat) terletak di Papua Barat.

Perahu Kanjang

Berbicara tentang atraksi di Raja Ampat maka akan sangat identik dengan wisata bahari atau nautical tourism, karena Raja Ampat merupakan destinasi bahari unggulan di Indonesia. Artaksi yang sangat unik dan terkenal adalah perahu kajang sebagai media untuk menikmati lautan dan perbukitan yang sangat indah dan juga bisa digunakan untuk olahraga air.

Sejarah singkat tentang perahu kajang sebagai ikon wisata Raja Ampat. Pada abad VII - XIII sebelum Masehi kapal kajang sudah dioperasikan oleh masyarakat Kerajaan Sriwijaya. Kapal kajang memili jalur yang sangat luas, meliputi, Sungai Komering, Sungai Musi, Selat Bangka, Laut Cina Selatan, hingga sampai di laut Jawa. Jalur yang dilalui oleh kapal kajang adalah jalur perdagangan dimasa itu, dengan fungsi untuk mengangkut barang dagangan berupa, getah damar, gambir, gerabah, tembikar, periuk, dan beberapa peralatan rumah tangga.

Kapal kajang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: atap kapal ini terbuat dari daun nipah, bahan pokok kayu kapal kajang yaitu kayu renggas yang sangat langka yang hanya di temukan di wilayah Kayuagung, dan kapal ini belum menggunakan paku sebagai pengait, melainkan dengan kayu padak dan di ikat dengan tali. Pada bagian awak kapal memiliki tipe desain Asia tengga dengan adanya simbol tuga lubang dan kapal ini memiliki panjang 5 meter, dengan pembagian 3 meter untuk badan kapal dan 2 meter untuk tempat kemudi.

Perahu Kanjang

Kapal kajang pada tahun 1890-an mengalami keterpurukan dan sudah jarang ditemukan lagi, hal tersebut dikarena beberapa sebab, yaitu susahnya mencari bahan pokok pembuatan kapal dan maraknya transportasi modern yang berkembang. Berbagai sebab itu membuat peninggalan nenek moyang ini seakan sudah punah dan hanya beberapa saja di sudut wilayah perairan, tetapi sudah banyak di biarkan tidak terawat dan hilangnya fungsi pokok dari kapal kajang.

Menjawab permasalahan itu, dengan maraknya kegiatan wisata nautical tourism dan wisata bahari di wisata Raja Ampat, maka kapal kajang seakan mulai hidup kembali. Dengan mendapatkan predikat sebagai ikon wisata Raja Ampat. Berabagai kegiatan terkait dengan kapal kajang mulai marak dilakukan, seperti pada tanggal 25 November 2019, di lakukan festifal pesona Misol, dengan berbagai kegiatan seperti jelajah pagi wisata Raja Ampat dengan menggunakan kapal kajang dan beberapa kegiatan olahraga air, salah satunya yaitubalapan kapal kayu. Semua ini dilakukan untuk promosi wisata Raja Ampat dan juga untuk melestarikan peninggalan sejarah berupa kapal kajang dapat selalu lestari.

Ikuti tulisan menarik elvano leo yordanes lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB