Bumi Pertiwi saat ini sedang berperang. Bukan berperang menghadapi desingan peluru, meriam ataupun nuklir, namun menghadapi “tentara tidak terlihat”. Tentara tersebut bernama virus corona. Tidak berlebihan menganggap corona ini sebagai ancaman negara.
Pada fakta yang terjadi, virus ini mampu melumpuhkan segala sektor domestik terutama sektor ekonomi dan kesehatan. Benar-benar seperti bencana perang sungguhan. Hari ini di Indonesia per 9 April 2020 pasien positif corona mencapai 3.293 kasus dan korban meninggal sebanyak 280 meninggal dan 252 sembuh.
Sungguh angka yang signifikan melihat perkembangan hanya beberapa hari sejak pertama kali virus Covid-19 (Coronaviruse Disease – 19) ini diumukan sejak awal bulan Maret. Tampaknya istilah “santuy” di negeri ini berubah statusnya menjadi “tidak santuy” lagi.
Teringat ada sebuah thread di twitter awal Januari lalu yang berisi tweet-tweet bahwa orang Indonesia kebal terhadap virus ini. Tujuan si pembuat thread tersebut baik, berusaha menghibur masyarakat Indonesia agar supaya tetap tenang. Tetapi isi yang terkandung cenderung naif, menimbulkan kesan meremehkan situasi.
Situasi dibuat semakin panik karena menurut pengakuan beberapa pasien positif corona dari negara lain mengaku sehabis pulang dari Indonesia. Badan kesehatan dunia WHO pun telah mewanti-wanti agar Indonesia bersiap menghadapi virus ini. Namun pemerintah juga cenderung menganggap remeh dan ditanggapi tidak dengan “gercep”.
Pasien posiif corona yang pertama dilaporkan dari Depok berjumlah beberapa orang dan sudah sembuh saat ini. Pemerintah masih bisa tersenyum melihatnya. Seiring berjalannya waktu tanpa diduga masyarakat yang terjangkit kian bertambah jumlahnya dan membludak.
Masyarakat di Indonesia sendiri masih kurang memahami situasi genting. Pemerintah sudah menghimbau masyarakat untuk 14 hari mengkarantina diri tetapi pada kenyataannya, banyak masyarakat yang justru pergi berlibur bersama keluarga mereka. Seakan menganggap penyakit ini hanya sekedar “mengusap ingus” belaka.
Lambat laun sesuatu yang dikhawatirkan perlahan mulai nampak. Semakin banyak masyarakat yang dinyatakan positif virus ini. Korban mulai berjatuhan di rumah sakit. Keluarga pasien tidak bisa menjenguk dari dekat. Sampai pemakaman korban yang meninggal pun hanya boleh diantar beberapa orang saja dengan kondisi jasad terbungkus rapat.
Selanjutnya: Ujian Kekuatan Ideologi
Ikuti tulisan menarik Muhamad Riza lainnya di sini.