x

Iklan

sura din

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 April 2020

Sabtu, 2 Mei 2020 10:22 WIB

Kenangan Sewaktu Mengajar di SMAN 1 Mataram


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

TEPAT pada tahun pembelajaran 2018-2019, saya diterima menjadi pendidik di SMAN 1 Mataram. Setelah memasukan lamaran di semester sebelumnya dan juga atas bantuan Bunda Nana, akhirnya saya diberikan kesempatan untuk menjadi bagian keluarga besar smansa singkatan SMAN 1 Mataram.

Sebagai orang baru, ibarat pertama kali masuk hutan belantara, saya harus menebas semak-semak, menyingkirkan duri, menentukan arah dan membuka jalan untuk bisa mengenal medan. Setidaknya dengan mengenal medan, saya bisa menentukan daya jelajah. Saya mencoba membangun hubungan baik dengan beberapa guru, menyapa, melempar senyum, menegur kala bersua. Beberapa di antaranya bisa ditaklukan dan menjadi sahabat yang dikenang hingga kini.

Sebagaimana boomerang, sesuatu di lempar akan kembali kepada yang melempar. Itulah kehidupan, sangat tergantung langkah yang diambil, semua yang ditanam, itulah yang akan panen. Hidup adalah soal pilihan. Pilihan lah yang akan menentukan kita akan seperti apa hari ini dan di masa mendatang. Semua berkorelasi.

Beberapa kepingan kenangan, hari ini menyeruak di pemikiran ketika mengingat masa itu. Masa di mana, setiap hari saya masuk kelas pagi-pagi, menyapa guru, salam kepada siswa, mengabsen satu persatu dan menyampaikan materi di depan kelas, lalu tertawa bersama, kala foto di desktop leptop menampilkan wajah mereka.

Awal mengajar, pikiran saya membayangkan berhadapan dengan kumpulan siswa yang kutu buku, belajar dengan teknologi tingkat Enstein, menerabas lipatan teori, membungkam guru dengan kekuatan narasi yang menghentak. Ternyata dugaan saya agak meleset, setiap siswa tidak memiliki keragaman minat terhadap suatu mata pembelajaran. Dari setiap kelas, ada yang menaruh minat pada mata pelajaran yang saya ajarkan, ada pula yang menaruh minat pada mata pelajaran lain.

Setelah satu pekan, akhirnya saya tahu bahwa Smansa sangat menguatkan sains. Karena dari keseluruhan kelas, mulai kelas X sampai kelas XII lebih dikuasai oleh kelas mipa. Sehingga siswa-siswa Smansa lebih menguasai mata pelajaran eksata, hal ini dibuktikan dengan berbagai piala penghargaan yang selalu diumumkan setiap upacara digelar.

Satu tahun menjadi warga Smansa, saya menemukan kepingan-kepingan proses pembelajaran yang tidak pernah saya jumpai sebelumnya. Ekskul-Nya begitu 'hidup', kedisiplinan siswanya begitu massif, fasilitas mumpuni, kultur akademiknya sangat mengakar.  Sehingga wajar smansa dijadikan sebagai alat ukur bagi peningkatan mutu pendidikan di propinsi Nusa Tenggara Barat.

Di atas itu semua, saya mengenang kembali masa-masa kebersamaan saya dengan siswa di sekolah itu. Sekolah dimana banyak orang yang antri untuk menjadi bagian dari Smansa, baik menjadi pendidik bahkan menjadi cleaning service sekalipun. Smansa serasa gadis cantik yang molek, tinggi semampai dengan rambut terurai, dan senyumnya yang menawan, sehingga setiap mata memandang akan tergoda dan jatuh hari dibuatnya.

Saya sangat bersyukur bisa menjadi warga Smansa, walau hanya setahun mengabdi. Di sana saya mendapatkan embun pengalaman, bersua dengan orang-orang hebat, mendapatkan wawasan yang kini menjadi nutrisi yang menguatkan langkah ini dalam menatap masa depan.

Ketika saya menyampaikan untuk berhenti. Seorang siswa bertanya dengan penuh harap agar pilihan saya diurungkan. Sebenarnya saya mulai betah untuk berlama-lama menjadi warga Smansa, namun pilihan lain mengharuskan saya angkat kaki dan berjuang di medan yang lain.

Kini, masa-masa itu hanya bisa di kenang, menjadi bagian pengalaman hidup, mengambil hikmah atas semua yang saya rasakan bersama mereka. Hidup memang sesuatu yang misteri, kadang tidak pernah tahu, esok kaki akan berpijak di belahan bumi yang mana, walau pun direncanakan sebelumnya.

Di sini, saya hanya bisa membuka kembali segala kepingan kisah yang pernah terukir bersama warga smansa, mengenangnya, merindukan, dan memetik pelajaran sebagai vitamin yang menguatkan kaki ini untuk terus melangkah menuju masa depan yang cerah.

Ikuti tulisan menarik sura din lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB