Dari Berdamai dengan Corona, Komplain MUI, dan Bocornya Skenario Penyelamatan Ekonomi

Minggu, 10 Mei 2020 05:53 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebijakan pemerintah yang mencla-mencle dalam pencegahan dan penanganan corona dan membikin rakyat resah, mereka asyik-asyik saja

Di tengah situasi pandemi corona yang terus mewabah, meski sudah ada upaya pencegahan, antisipasi, dan penanganan Covid 19 (PAPC19) di Indonesia yang hanya satu instruksi dari pemerintah pusat/Istana negara, ternyata hingga kini seluruh upaya dan model PAPC19 hingga adanya kebijakan PSBB dan Larangan Mudik, tetap sulit dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. 

Malah, atas tak patuhnya masyarakat terhadap PSBB dan Larangan Mudik, mengemuka opini, bahwa masyarakat masih jauh dari kesadaran untuk bersama-sama berupaya dalam PAPC19. 

Sejatinya, pemerintah juga sangat paham mengapa masyarakat menjadi tidak patuh, abai dan terkesan melawan aturan. Pemerintah sangat paham yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya. 

Sayang, pemerintah juga akhirnya memberikan kelonggaran kepada masyarakat meski tak mematuhi peraturannya, sebab, barangkali, karena takut masyarakat menuntut balik tanggungjawab pemerintah yang memang sebelum corona datang pun kurang berpihak kepada rakyat, namun lebih membela kepentingannya sendiri, gerbongnya sendiri sesuai tuntutan cukong dan tak bergeming tetap memikirkan membangun Ibu Kota Baru dan bagi-bagi kursi pemerintahan. 

Rakyat sangat membaca ini. Karenanya, bila ada pihak yang coba mengganggu niat dan tujuannya, tentu akan segera ditekan dan terus dibikin permasalahan. 

Kembali ke masalah corona, Presiden dan para menterinya pun terus tak henti membikin resah masyarakat. Terbaru, Jokowi meminta masyarakat berdamai dengan corona. Sebelumnya sangat santai menghadapi corona dan membuat polemik mudik dan pulang kampung. 

Masalah permintaan berdamai dengan corona, ternyata cukup membuat masyarakat reaktif, sampai-sampai untuk mengatasi reaksi masyarakat, Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan maksud Presiden Joko Widodo yang mengajak masyarakat berdamai dengan Covid-19. 

Menurut Bey, Jokowi ingin agar masyarakat tetap produktif meski virus corona masih mewabah di dalam negeri. "Bahwa Covid-19 itu ada, dan kita terus berusaha agar Covid segera hilang. Tapi kita tidak boleh menjadi tidak produktif, karena adanya Covid-19 menjadikan adanya penyesuaian dalam kehidupan," kata Bey kepada wartawan, Jumat (8/5/2020). 

Dijelaskan pula bahwa Covid-19 belum ada antivirusnya, karenanya masyarakat tetap diharapkan bisa mencegah tidak tertular dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak. Sebab itu, maksud lain dari Presiden dengan berdamai dengan corona adalah hidup normal dengan cara baru. 

Dari persoalan tersebut, mengapa setiap hal atau statemen dari Istana maupun para menterinya, hampir setiap kali membutuhkan penjelasan tambahan atau klarifikasi, karena selalu membikin masyarakat gaduh?

Bila Presiden atau menteri bicara ini atau itu, lalu timbul polemik. Berikutnya akan muncul informasi susulan berupa klarifikasi atau pembelaan. Selalu begitu. Maaf, ini kan pemerintah, ya? Bagaimana rakyat jadi tidak resah? 

Sementara berbagai kebijakan mencla-mencle terus lahir, dan seolah tidak memperhatikan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Semua dibikin "seenak udel"-nya sendiri hingga Majelis Ulama Indonesia 32 provinsi se-Indoonesia pun membuat 5 pernyataan sikap yang ditujukan langsung kepada Presiden seperti menyoal PSBB, moda transportasi, dan TKI China. 

Belum reda semua itu, masyarakat juga dihebohkan lagi oleh bocoran foto pemulihan ekonomi Indonesia yang berisi 5 fase, meski pandemi corona belum diketahui akan sampai kapan. Ini apa-apaan? 

Lagi-lagi ekonomi, bukan nyawa yang dipikirin. Meski Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral pada Sabtu (9/5/2020) kepada media meluruskan informasi soal rencana pemerintah untuk kembali membuka mal, pasar, dan sekolah pada Juni mendatang, sesuai fase pemulihan ekonomi, dan menegaskan, hal tersebut merupakan rencana yang baru direalisasikan jika ada kemajuan signifikan dalam penanganan pandemi virus corona (Covid-19), tetap saja rencana yang bocor tetap menyiratkan dan semakin memberikan bukti bahwa pemerintahan Jokowi lebih memilih ekonomi dari pada menyelamatkan nyawa rakyat. 

Menyoal 5 fase foto skenario pemulihan ekonomi yang sudah bocor, masyarakat dapat membacanya di berbagai media yang telah menayangkan. 

Memang, sepertinya di tengah pandemi corona yang terus menyerang, masyarakat jadi semakin asyik dengan langkahnya sendiri-sendiri, karena pemerintah juga tetap asyik membela kepentingan mereka sendiri. Semakin tidak amanah! 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler