x

Ferdian Paleka, Youtuber yang membuat konten prank transpuan. Youtube

Iklan

Anjuma Has

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Mei 2020

Senin, 1 Juni 2020 12:56 WIB

Prank Sensasional Muncul Karena Ada Kesempatan

Video prank yang tak bertanggung jawab semakin marak di media sosial. Apa penyebabnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Beberapa waktu yang lalu, dunia maya dihebohkan dengan aksi prank dari seorang Youtuber Namanya Ferdian Paleka, dengan aksi pranknya membagikan kardus isi sampah ke para waria di Bandung. Aksi tersebut sukses membuat dia terkenal dan juga sukses menyulut emosi para netizen Indonesia. Endingnya sang influencer  dijebloskan ke penjara karena aksi tololnya.

            Sebelum Ferdian Paleeka, netizen juga sempat dibuat geger dengan aksi prank dari akun Youtube hasanjr11. Bayangkan, dihari pertama bulan puasa si Hasan berani menggoda orang untuk batal puasa dengan imbalan Rp 10 juta. Tentu saja si Hasan ini kena caci maki dari para netizen. Untungnya dia membuat video permintaan maaf sehingga nasibnya tidak naas seperti Ferdian Paleka

             Prank sepertinya memang masih digandrungi untuk konten di sosmed. Para Youtuber yang  kondang pun banyak menggunakan prank dalam konten mereka untuk mendongkrak popularitas. Sebut saja Atta Halilintar dan Ria Ricis, video prank mereka memiliki jumlah view sampai jutaan. Video prank mereka pun sempat trending walaupun kontennya tak berfaedah dan mendapat banyak kritikan dari netizen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Melihat fakta bahwa banyaknya video prank yang viral di sosmed, ini berarti pada dasarnya masyarakat kita memang suka dengan konten seperti ini. Prank memang sudah bukan hal yang baru di Indonesia. Herannya, konten seperti ini tidak ada basi-basinya. Selalu saja ada video-video prank yang go viral entah itu prank tolol seperti contoh di atas atau prank setinggan. Intinya, konten prank masih akan laris untuk waktu yang lama.

            Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan oleh para content creator. Bagi para content creator, terlebih yang sudah berhasil dapat duit dari adsense, perkara konten bukanlah hal yang sepele. Membuat konten harus melihat peluang pasar, kira-kira video seperti apa yang akan laku. Dari pada membuat sesuatu yang belum tentu dilirik, lebih baik membuat video prank yang kemungkinan besar bakal ditonton.

            Disamping prank banyak diminati, netizen kita juga memiliki sifat yang reaktif. Kita semua tahu betapa ngototnya netizen kita dalam berkomentar yang sering kali berkembang menjadi perdebatan antara kubu pro dan kontra. Topik yang diperdebatkan pun sering hanya hal-hal sepele alias ecek-ecek. Jangan salah loh! Topik ecek-ecek tadi bisa mejadi trending topic karena masifnya komentar netizen untuk topik tersebut.

Sifat reaktif ini tentu akan dieksploitasi oleh para content creator disosmed. Para content creator merespon dengan membuat konten yang kontroversial. Cara paling mudah tentu saja dengan memanfaatkan sensasi. Saya pribadi tidak masalah dengan sensasi selama berbanding lurus dengan kualitas konten. Sayangnya, banyak para content creator yang mengabaikan kualitas konten demi mengejar sensasi.

            Tentu saja menambahkan sensasi ke video prank bukanlah hal yang sulit. Jujur saja, sensasi itu lebih mudah diciptakan daripada memikirkan kualitas konten itu sendiri. Untuk alasan praktis, video prank pun sering mengabaikan kualitas kontennya. Selama bisa menciptakan prank yang sensasional, dijamin video tersebut bakal mendapat perhatian netizen.

            Harus saya akui, saya pun sering terpancing oleh postingan-postingan sensasional. Ambil saja contoh video prank bagi sampah Ferdian Paleka. Kontroversi yang dihasilkan video tersebut itu cukup mengusik rasa penasaran saya. Walaupun saya bukan follower Ferdian (amit-amit), juga bukan penggemar prank, saya pun akhirnya mencari video tersebut walaupun ujung-ujungnya saya juga ikutan emosi nonton video tersebut.

            Dari segi eksekusi pun, video prank cukup mudah dibuat. Coba bandingkan konten prank dengan konten horror yang sempat trending beberapa waktu lalu. Konten horror biasanya melakukan shooting di tempat-tempat angker. Waktu shooting-nya pun sering dilakukan dimalam hari (kalo siang nggak ada setan). Tentu saja faktor keamanan harus diperhatikan jika melakukan shooting di lokasi-lokasi rawan terebut.

            Di lain sisi, prank bisa dilakukan di berbagai lokasi. Waktu shooting-nya pun bebas, bisa pagi, siang ataupun malam sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Prank pun tidak butuh keahlian khusus, semua orang bisa melakukannya. Cukup dengan elaborasi konsep, video prank pun siap dieksekusi tanpa perlu persiapan yang bertele-tele. Yang terpenting, biaya pembuatan video prank itu aslinya murah ibarat modal kamera doang.

            Murah, mudah, dan banyak peminatnya, maka wajar saja jika banyak orang yang ikut-ikutan membuat video prank. Video prank adalah salah satu solusi untuk para content creator untuk cepat terkenal tanpa modal banyak. Cukup memadukan prank dengan sensasi maka popularitas instan bisa didapat. Cara ini pun masih sering digunakan oleh para content creator ternama untuk mempertahankan popularitas mereka.

            Selain itu, sosial media pun secara tidak langsung meng-encourage para content creator untuk membuat konten-konten sensasional seperti ini. Sebagai contoh, Platform Youtube mengevaluasi suatu konten dari jumlah views. Konten yang sukses dalam definisi Youtube adalah konten dengan jumlah views yang banyak. Konten bobrok pun dianggap sukses selama memiliki jumlah views yang banyak.

            Selama sistem ini diterapkan, wajar saja jika orientasi content creator adalah jumlah views yang bisa didapatkan dibandingkan kualitas konten. Apalagi jika sudah berkaitan dengan adsense, tentu saja lebih praktis dan realistis menggunakan sensasi untuk mencari banyak views dalam waktu singkat. Dan lagi, video prank sensasional sangat mendukung untuk tujuan ini.

             Pada akhirnya, kita sebenarnya cukup munafik dalam merespon video-video prank sensasional seperti ini. Menghujat habis-habisan video prank bersensasi, namun di sisi lain kita menyukai hal-hal yang sensasional. Sebagi netizen, kita tidak sadar bahwa kitalah yang memberikan ruang untuk konten-konten seperti ini untuk berkembang. Para content creator pun hanya memanfaatkan peluang yang ada.   

            Dari pada kita capek berkoar-koar untuk video prank seperti itu, lebih baik energi tersebut kita gunakan untuk mendukung konten-konten yang lebih berkualitas. Jika  netizen sudah lebih tertarik pada konten-konten yang berkualitas, dengan sendirinya video-video prank tersebut akan hilang. 

           

 

           

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Anjuma Has lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu