x

kejujuran masyarakat terhadap membantu tenaga kesehatan

Iklan

Pencerah Nusantara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Agustus 2020

Selasa, 18 Agustus 2020 17:04 WIB

Kejujuran Masyarakat Bukan Hanya Membantu Tenaga Kesehatan, tetapi Juga Menyelamatkan Banyak Nyawa

Kejujuran masyarakat terkait COVID-19 tidak hanya membantu tenaga kesehatan, tetapi juga bisa menyelamatkan banyak nyawa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kejujuran masyarakat terkait COVID-19 tidak hanya membantu tenaga kesehatan, tetapi juga bisa menyelamatkan banyak nyawa. Sumber gambar: Dok. Pencerah Nusantara

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia hari ini memang sedang tidak baik-baik saja. Hingga hari ini (15/08) angka positif Covid-19 mencapai 137.468 kasus dengan rincian 6.071 meninggal, 91.321 sembuh dan 76.327 suspek. Tidak hanya di ibukota, kejadian ini telah menyebar ke seluruh wilayah, terutama di Kecamatan Bandung Kulon, Jawa Barat. Kecamatan Bandung Kulon merupakan salah satu kecamatan dengan angka kejadian kasus positif tertinggi kedua setelah kecamatan Cicendo.

Sebagai salah satu wilayah yang menyumbang angka kejadian kasus tertinggi, semua sektor di kecamatan Bandung Kulon harus lebih tanggap merespon kehadiran Covid-19. Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk menekan laju penyebaran kasus ini sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknis penanganan kejadian Covid-19. Salah satunya dengan melakukan kontak tracing sebanyak-banyaknya untuk kurang lebih 10 hingga 90 kontak erat kurang dari 72 jam pada kasus konfirmasi dan orang-orang yang terduga menjadi kontak erat, baik itu keluarga, tetangga, hingga rekan kerja yang berkontak dengan pasien. Sayangnya, upaya-upaya menekan penyebaran tidak selalu disambut baik oleh masyarakat, terkhusus mereka yang telah dinyatakan positif Covid-19.

“Saya tidak pernah keluar rumah jadi tidak mungkin saya bisa terkena corona,” ujar salah seorang warga. Penolakan-penolakan semacam itu kerap kali diterima oleh petugas kesehatan saat melakukan contact tracing. Tidak hanya itu, tidak jarang pesan WhatsApp petugas kesehatan dibalas seadanya. Ada juga yang sengaja tidak membaca pesan tersebut, tidak mengangkat telepon dari petugas, hingga memblokir nomor WhatsApp petugas kesehatan.

Belum lagi, pada saat proses pemantauan harian pasien kerap merasa risih ketika ditanya status kesehatan serta gejala yang mungkin timbul pada saat isolasi. Bagi sebagian besar pasien, isolasi adalah momok yang sangat menyeramkan karena bisa menjauhkan mereka dari lingkungan sekitar. Alasan tersebut menjadikan sebagian besar pasien lebih memilih isolasi mandiri di rumah,  meski terkadang rumah pasien tidak selalu memenuhi standar untuk isolasi. 

Hal ini menjadi hambatan bagi petugas kesehatan memutus rantai penularan. Belum lagi pasien yang betul-betul tidak ingin memberikan nomor kontak erat yang bisa dihubungi untuk ditindaklanjuti oleh petugas kesehatan. Sejak pandemi Covid-19 melanda, warga Bandung kulon yang semula ramah dan terkenal jujur berubah menjadi tertutup. Integritas mulai melayang di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang menghadang. Jika sikap warga yang seperti ini terus berlangsung, dalam waktu yang lama bukan tidak mungkin angka penyebaran kasus sulit untuk ditekan dan dikendalikan.

Pasien-pasien isolasi mandiri juga kerap meresahkan warga. “Saya tidak pernah ke mana-mana hanya di rumah saja tidak bertemu orang-orang,” jawaban-jawaban tersebut tidak selaras sama sekali dengan laporan-laporan yang bersumber dari masyarakat. Ketidakjujuran pasien menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi petugas kesehatan. 

Wajar saja jika pada akhirnya kita jumpai tenaga-tenaga kesehatan yang merasa pesimis dengan ketidakpastian pandemi. Mereka lelah karena tidak pernah senada dengan perilaku masyarakat, ditambah dengan kenyataan bahwa banyak sejawat yang telah berguguran akibat ketidakjujuran penderita. Kejujuran menjadi satu hal yang mahal harganya. Banyak yang lupa bahwa kejujuran dan kepatuhan mereka dapat menyelamatkan banyak nyawa tidak hanya keluarga, namun juga tetangga hingga rekan kerja. 

Di sisi lain, alasan penolakan sangat sederhana, bukan karena merasa terganggu ketika dimintai keterangan oleh petugas kesehatan, namun karena mereka tidak ingin di-labeling ketika kontak erat mengetahui identitas mereka. Kebanyakan pasien khawatir dengan stigma yang sering dilayangkan oleh masyarakat bahwa mereka adalah pembawa virus, seolah penyakit ini adalah aib. Padahal, penderitanya sendiri tidak tahu ia terkena di mana dan mendapatkan transfer virus dari siapa. Sungguh tindak jujur dan kooperatif dari masyarakat bukan hanya meringankan tugas tenaga kesehatan, tetapi juga menyelamatkan banyak nyawa.


Tentang Pencerah Nusantara COVID-19

Pencerah Nusantara adalah inovasi untuk mengurangi kesenjangan pelayanan publik di bidang kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat dan sejahtera. Pencerah Nusantara adalah gerakan penguatan pelayanan kesehatan primer (puskesmas) yang terdiri dari tim pemuda multi-profesi kesehatan yang ditempatkan di puskesmas dengan masalah kesehatan untuk bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan. Pencerah Nusantara COVID-19 hadir membantu puskesmas di wilayah Jakarta dan Bandung dan menguatkan puskesmas menghadapi pandemi COVID-19 selama periode enam bulan penempatan. Sejak tahun 2015, model intervensi puskesmas berbasis Tim Pencerah Nusantara diadopsi Kementerian Kesehatan sebagai Nusantara Sehat. 

 

Penulis

Murti Utami Putri (Sarjana Kesehatan Masyarakat)

Pencerah Nusantara COVID-19 Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung

 

Ikuti tulisan menarik Pencerah Nusantara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

12 jam lalu

Terpopuler