x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 30 Agustus 2020 09:19 WIB

Kasus Joktjan, Covid-19, dan Mengapa Teori Konspirasi Selalu Dicibir

Ketika saluran media dibanjiri informasi yang berulang-ulang menyatakan bahwa teori konspirasi itu menyesatkan dan salah, maka manakala suatu peristiwa hasil konspirasi benar-benar terjadi, orang tidak percaya dan mencibirnya. Bagaimana dengan pelarian Joko Tjandra, apakah keterlibatan oknum polisi, jaksa, pengusaha, bahkan disebut-sebut politikus, tidak layak disebut perbuatan konspiratif?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Banyak orang mencibir, bahkan terbahak-bahak, ketika mendengar bahwa yang disebut-sebut sebagai pandemi Covid-19 itu tidak lebih dari konspirasi para elite global. Nama Bill Gates disebut sebagai salah satu elite global yang terlibat dalam konspirasi itu: duitnya berlimpah, pernah berbicara soal kemungkinan terjadinya wabah global, dan sibuk memikirkan soal vaksin.

Gambaran tentang Gates yang seperti itu cukup sebagai bahan baku untuk membangun konstruksi tentang adanya konspirasi di balik penyebaran virus Corona ke berbagai belahan bumi. Gates dituding tidak bekerja sendiri, namun bersekongkol dengan pihak-pihak lain. Kecurigaan kepada Gates bertambah sebab ia salah satu penyumbang terbesar untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat seperti terbelah antara yang percaya bahwa virus Corona memang ada, sedangkan sebagian lainnya menuding bahwa virus itu tidak ada. Kalaupun ada, virus itu tidak semenyeramkan yang dikabarkan di media televisi, cetak, maupun online. Bahkan, ada yang menuding media sudah berbohong, sebab rumah sakit di luar negeri sepi pasien, tidak ada orang dirawat karena terserang virus Corona.

Begitulah, teori konspirasi digunakan untuk menggambarkan tali-temali aktor di balik suatu peristiwa. Namun, sejak lama teori konspirasi mengenai suatu peristiwa dianggap hanya khayalan sebagian orang yang merasa telah melihat sejumlah hal terlihat berhubungan satu sama lain dengan peristiwa itu. Bahkan, sebagian penganut teori ini mengatakan bahwa ada rahasia tertentu, apakah itu tujuan, anggota, cara, atau markas, yang terkait dengan peristiwa itu. Misalnya, bagaimana Gates si empunya Microsoft itu bisa tahu banyak tentang virus dan vaksin? Apakah ia menyimpan rahasia tertentu bersama kelompoknya, yang tidak diketahui oleh penduduk bumi?

Orang yang mencoba menjelaskan suatu peristiwa dari sudut pandang konspiratif kerap dicibir dan ditertawakan, sebab dianggap aneh, dan terkadang sangat berlebihan. Tapi, apakah teoris konspirasi selalu salah dalam menjelaskan peristiwa apapun? Ataukah, pada peristiwa tertentu, tidakkah penjelasan konspiratif itu boleh jadi benar atau bahkan memang benar-benar terjadi?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa konspirasi adalah persekongkolan, yaitu tindakan berkomplot untuk melakukan sebuah kejahatan. Dalam kamus lain, Oxford, disebutkan bahwa konspirasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang bekerja sama untuk mengerjakan tindakan yang tidak sesuai hukum yang berlaku.

Jika mengikuti kedua pengertian tersebut, persekongkolan sejumlah orang untuk mengatur hasil pertandingan sepakbola juga bisa disebut konspirasi. Di dalamnya mungkin terlibat bandar, petaruh yang memasang uang besar, pemain sepakbola, dan wasit. Atau, contoh lainnya, perampokan di sebuah bank yang melibatkan perampok dan sejumlah orang dalam bank. Artinya, konspirasi tidak selalu hanya ada dalam imajinasi sebagian orang, tapi memang benar terjadi.

Persoalan muncul ketika imajinasi berjalan berlebihan sehingga berbagai hal dipadu-padankan agar menyambung dan terkait. Sayangnya, ikhtiar ini dilakukan tanpa disertai bukti-bukti faktual. Jadinya, konspirasi ini berhenti menjadi sekedar teori, sebab secara faktual tidak tersedia bukti-bukti yang mendukung. Karena tanpa disertai bukti konkret, atau buktinya cenderung mengada-ada, sebagian orang mencibir penggunaan teori konspirasi.

Pro dan kontra terhadap penjelasan dengan memakai teori konspirasi juga mewarnai pembunuhan John F. Kennedy di AS pada tahun 1963, bahkan hingga kini perdebatan mengenai siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan Kennedy belum usai. Lee Oswald dianggap tersangka utama pembunuhan ini, tapi banyak orang juga percaya bahwa ia tidak mungkin bekerja seorang diri. Jika bekerja sendiri, mengapa ia harus ditembak oleh Jack Ruby? Apa alasan Ruby, seorang pemilik klab malam, menghabisi nyawa Oswald? Ini tidak terungkap sebab Ruby keburu meninggal sebelum sidang pengadilan digelar. Teka-teki yang belum terjawab ini menambah apa yang dibayangkan oleh pendukung teori konspirasi bahwa Oswald hanyalah penarik pelatuk untuk kematian Kennedy. Di belakangnya Oswald, menurut mereka, terdapat sekian orang yang terlibat, termasuk CIA. Sayangnya, bukti-bukti mereka tidak cukup kuat.

Apakah penjelasan dengan teori konspirasi dalam kasus tersebut pasti salah? Tidakkah lebih tepat untuk mengatakan bahwa saat ini konspirasi tersebut belum terbukti? Bisa saja demikian, namun sepanjang anggapan konspirasi itu belum terbukti, ya akan dianggap sebagai teori belaka. Sebagaimana dengan wabah Covid-19, banyak orang percaya bahwa ada konspirasi elite global untuk menciptakan ketakutan, namun tanpa disertai bukti-bukti yang valid, publik tidak akan percaya.

Betapapun, apakah itu cukup untuk mengatakan bahwa teori konspirasi merupakan teori yang selalu gagal untuk menjelaskan peristiwa apapun? Bagaimana dengan begitu gampangnya Joko Tjandra masuk dan keluar Indonesia padahal para petinggi tahu bahwa ia buron kelas kakap? Tidak layakkah bahwa hal itu dapat terjadi lantaran ada konspirasi di antara orang-orang yang punya wewenang tertentu? Bukankah keterlibatan oknum polisi, oknum jaksa, maupun pengusaha—bahkan disebut-sebut juga melibatkan politikus—merupakan bukti-bukti adanya persekongkolan yang terencana? Bila persekongkolan memang terbukti, maka konspirasi itu bukan lagi sekedar teori.

Persoalannya, ketika saluran media dibanjiri informasi yang berulang-ulang menyatakan bahwa teori konspirasi itu menyesatkan dan salah, maka manakala suatu peristiwa hasil konspirasi benar-benar terjadi, orang tidak percaya. Inilah yang mungkin terjadi dalam kasus pembunuhan Kennedy. Orang-orang diyakinkan bahwa Oswald bekerja seorang diri. Karena itu, penjelasan dari sudut pandang konspirasi menjadi bahan tertawaan.

Lantaran sulitnya pembuktian, para pelaku konspirasi akan menikmati keuntungan dari hal ini. Mereka akan terus mengembuskan informasi kepada publik bahwa teori konspirasi hanya imajinasi belaka dan hanya ada dalam dongeng misteri belaka—seperti kisah-kisah Dan Brown. Sepanjang konspirasi itu tidak kunjung terbukti, para penentang teori konspirasi akan tetap mencibir, dan para pelaku persekongkolan akan tertawa terbahak-bahak untuk alasan yang berbeda. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler