x

Timnas U-19

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 2 September 2020 11:37 WIB

Catatan Proses Pembentukan Timnas ala Shin Tae-yong

Catatan pembelajaran STy untuk sepak bola Indonesia. STy menempatkan kecerdasan, karakter, dan mental dalam diri setiap pemain, baru membentuk teknik dan fisik. Bila pondasi kuat, maka di bangun apapun di atasnya sesuai ukuran dan kapasitas, maka pondasi dan bangunan akan kokoh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kehadiran Shin Tae-yong (STy) untuk sepak bola Indonesia, jangan hanya dimaknai dengan raihan kemenangan dan apakah nanti berhasil membawa Timnas U-19 atau Timnas Senior mampu meraih tropi atau tidak. Namun, publik sepak bola nasional mulai dari pengurus PSSI, para pelatih, para pemain sepak bola, para pembina sepak bola, dan masyarakat luas harus dapat melihat pembelajaran secara khusus dari seorang STy.

Pasalnya, STy juga manusia biasa yang bisa jadi akan mampu menyulap penggawa Garuda menjadi tim yang hebat atau sebaliknya, penggawa Garuda akan tetap biasanya melempem meski sudah ditangani dengan berbeda oleh STy.

Kini, di tengah pandemi corona, khususnya Timnas -19 sedang dalam proses pembentukan penggawa Garuda yang sesuai harapan. Bila tolok ukur keberhasilan STy adalah kemenangan tim dan raihan tropi, STy juga masih jauh dari harapan.

Namun, demikian sejak STy membesut duo Timnas sekaligus di Jakarta (Senior dan U-19), dan kini sedang konsentrasi khusus untuk U-19 di Kroasia, sejatinya publik sepak bola nasional sudah menerima ilmu dan karakter sepak bola modern yang diusung STy ke Indonesia.

Semua ilmu yang tanpa disadari telah berpandemi seperti corona, artinya kini telah dipahami oleh publik sepak bola nasional adalah STy telah mengajarkan bahwa sepak bola bukan sekadar teknik dan fisik serta bukan pula karena bakat seorang pemain seperti paradigma sepak bola nasional yang mengakar kuat pada para pembina/pelatih/orangtua khususnya di sepak bola di akar rumput Indonesia selama ini.

Bahkan saat saya menyebut dalam artikel para pembina/pelatih/orangtua di sepak bola akar rumput hanya mementingkan teknik dan fisik, Nursaelan Santoso (Asisten pelatih fisik Timnas di bawah Indra Sjafri), bertanya kepada saya. "Apa benar, fisik diperhatikan?"

Artinya, menurut Nursaelan, sepak bola Indonesia pun kurang peduli kepada urusan fisik. Dan faktanya, Timnas senior pun selalu lemah fisik dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia dan jadi bulan-bulanan lawan karena fisik yang lemah.

Kini, publik sepak bola nasional harus bersyukur, meski STy belum memberikan bukti prestasi kemenangan dan raihan tropi untuk sepak bola Indonesia, saya mencatat, STy sudah memberikan bukti prestasi pembelajaran yang dapat diadopsi oleh seluruh publik sepak bola nasional, lebih khusus untuk para pemilik klub, pemilik SSB dan Akademi, serta para pembina, pelatih, orangtua, dan pemain di sepak bola akar rumput.

Pelajaran yang saya catat itu adalah
Pertama, Sty membangun pondasi karakter pemain Timnas Indonesia di ranah intelegensi dan personaliti pemain.
Indikatornya, saat STy memanggil pemain masuk Timnas, sudah tidak lagi melihat siapa pemain itu, apakah langganan Timnas atau bukan? Tapi dilihat secara utuh dan tentunya juga dengan berbagai pertimbangan dan masukan.

Saat pemain sudah dalam TC di bawah pengawasaannya, gabungan intelegensi dan personalti yang berujud satu dalam sikap kehidupan bernama mental pemain, menjadi perhatian utama.

Pemain yang bermental adalah pemain yang cerdas dan mampu mengendalikan dirinya sendiri dan mampu santun dan menghargai setiap aturan yang diterapkan. Sehingga, bagi pemain yang terbiasa tak taat aturan dan "sombong" akan sangat mudah teridentifikasi meski hanya dalam sikap dan perbuatan di luar lapangan.

Jadi jangan heran, beberapa pemain yang dianggap bintang dan langganan Timnas, tak dipanggil ke TC. Begitu pun pemain dalam TC, dicoret dan dipulangkan pun tanpa harus melihat situasi di lapangan.

Pelajaran yang paling menarik adalah, hanya selang beberapa jam sebelum Timnas terbang ke Kroasia, dua pemain yang terlambat hadir latihan pagi karena ketiduran, lantas tanpa ampun dicoret dari skuat yang siap terbang.

Saat saya diskusi dengan Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri menyoal pemain yang dipanggil masuk Timnas, Indra bilang, STy punya standar tinggi untuk merekrut pemain menjadi pasukannya. Jadi, jangan kawatir, bila ada pemain yang tak layak meski dalam satu aspek pun, pasti akan dicoret.

Apa yang disampaikan Indra pun sudah terbukti. Jadi, hanya dari aspek intelegensi dan personaliti saja, pemain yang tak memiliki mental dan attitude baik, maka pasti terbaca. Artinya peman bersangkutan pun tak cerdas dan belum tahu apa itu karakter.

Kedua, catatan saya, STy tidak kawatir dengan persoalan teknik dan fisik pemain. Sebab, saat nama-nama pemain Timnas yang dipanggil TC terpublikasi di media massa, dan publik membanding-bandingkan pemain yang dipanggil dengan pemain yang tak dipanggil, STy tetap yakin dengan pilihannya.

Lebih dari itu, STy adalah sosok yang sangat percaya kepada sebuah proses. Meski terbatas waktu memproses pemain Timnas dalam TC, namun dengan kepercayaan dirinya serta dengan program yang disusun, STy sangat percaya diri bahwa pemain Timnas akan mampu mencapai teknik dan fisik sesuai level yang ditargetkan.

STy tak peduli dalam laga uji coba Timnas kalah, karena disitulah proses, dan publik juga kawatir akan mental pemain karena kekalahan.

Namun, STy telah menjadikan karakter, mental, dan kecerdasan pemain adalah pondasi, sehingga kekalahan dalam uji coba atau laga tak sebenarnya masih dalam kategori proses.

Kepada awak media pun, STy tak pelit berbagi mengenai kondisi pemain yang ditanganinya. Semisal STy yang mengapresiasi perkembangan timnya yang sudah tiga hari berlatih di Kroasia sejak tiba pada, Minggu (30/9/2020).

Sebab, Timnas U-19 langsung digembleng materi latihan sejak mendarat di Kroasia. Pada hari Minggu misalnya, Witan Sulaeman cs langsung berlatih pada sore hari meski baru tiba pada pagi harinya. Meski begitu, pemain diberikan kesempatan untuk recovery setelah menempuh perjalanan panjang selama 20 jam dari Jakarta ke Zagreb, Ibu Kota Kroasia.

Atas hasil gemblengan teknik dan fisik STy kepada penggawa Garuda, media asing pun menyoroti kebugaran pemain Timnas U-19 yang kini berbeda.

Itulah dua catatan pembelajaran STy untuk sepak bola Indonesia. STy menempatkan kecerdasan, karakter, dan mental dalam diri setiap pemain, baru membentuk teknik dan fisik. Bila pondasi kuat, maka di bangun apapun di atasnya sesuai ukuran dan kapasitas, maka pondasi dan bangunan akan kokoh.

Nah, kira-kira pondasi dan bangunan yang kokoh dalam diri Timnas U-19 racikan STy akankah dapat langsung memetik hasilnya dalam laga uji coba Timnas U-19 dengan tiga negara dalam turnamen International U-19 Friendly Tournament?

Bagaimana saat penggawa muda meladeni  Bulgaria, Sabtu (5/9). Lalu, Kroasia, Selasa (8/9) dan Arab Saudi, Jumat (11/9)?

Seharusnya Timnas U-19 akan memulai pertandingan 2 September, namun federasi sepak bola Kroasia melakukan perubahan jadwal menjadi 5 September.

Selain itu Timnas U-19 juga mengagendakan uji coba melawan tiga tim lainnya. Mereka adalah Qatar, Bosnia dan Herzegovina, dan Dinamo Zagreb, sebelum terjun ke Piala Asia 2020 yang kemungkinan juga akan ada pergeseran jadwal.

Kita tunggu, agenda laga-laga Timnas U-19 dalam laga uji coba setelah diproses oleh STy. Namun, sekali lagi, STy tetap menjadikan laga uji coba menjadi bagian dalam proses, sebab tolok ukur keberhasilan Timnas tetap pada laga resmi.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB