x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Kamis, 26 November 2020 06:03 WIB

Mengokohkan Kedaulatan dengan Pasokan Listrik 24 Jam di Natuna

Dalam kasus perebutan Sipadan dan Ligitan yang dulu dimenangkan Malaysia, salah satu kelalaian kita adalah lupa membangun peradaban di sana. Enggan memberikan nuansa Indonesia pada pulau-pulau sengketa. Indonesia terlalu lunak, lalai, sehingga membiarkan pulau itu dicaplok negara lain karena tak terurus.  

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Laut Cina Selatan, pergolakan politik terus memanas. Saling klaim batas perairan menjadi begitu sengit. Cina sebagai negara super power baru terus berupaya mengokohkan dominasinya di wilayah itu. Apalagi ketika provokasi yang dilakukan telah menyeret Indonesia ke dalam pusaran. Demi menguatkan posisi kepemilikan Indonesia atas perairan di sekitar Natuna, nama Laut Cina Selatan diganti menjadi Laut Natuna Utara.

Positioning semacam itu penting, selain menguatkan rasa percaya diri, hal itu juga menjadi peringatan keras bagi pihak luar yang hendak mengganggu kedaulatan Indonesia. Selain hal-hal politik, yang juga perlu dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana.

Dalam kasus perebutan Sipadan dan Ligitan yang dulu dimenangkan Malaysia, salah satu kelalaian kita adalah lupa membangun peradaban di sana. Enggan memberikan nuansa Indonesia pada pulau-pulau sengketa. Indonesia terlalu lunak, lalai, sehingga membiarkan pulau-pulau itu dicaplok negara lain karena tak terurus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesalahan yang sama tidak boleh terulang. Untuk itu sarana dan prasarana di daerah perbatasan mesti terus ditingkatkan. Apa yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi sudah tepat. Daerah pinggiran adalah etalase negara. Mereka harus tampil cantik dan penuh daya tarik. Maka pembangunan di sana menjadi prioritas utama.

Dalam rangka menjalankan amanat yang sama, daerah-daerah pinggiran juga mendapat pasokan listrik yang stabil. Jika dulu elektrifikasi dilakukan dengan cara mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), sekarang dilakukan penguatan. Karena PLTD memiliki jam nyala yang terbatas.

PLN baru saja melaksanakan amanat itu. Proses menguatkan daerah pinggiran dengan aliran listrik yang bisa diandalkan telah dan akan terus dilakukan. Misalnya di daerah Kecamatan Tiga Barat, Kabupaten Natuna telah menikmati aliran listrik 24 jam sehari sejak September 2020.

Bagi orang-orang yang mukim di perkotaan besar di Pulau Jawa, listrik 24 jam adalah hal biasa. Tidak istimewa. Tapi bagi mereka yang ada di perbatasan, kadang-kadang untuk menikmati listrik saja merupakan sebuah keajaiban. Karena situasi dan kondisi yang mereka jalani sangat berat.

Sebelumnya, masyarakat di Kecamatan Pulau Tiga Barat hanya menikmati listrik selama 14 jam. Dalam kondisi seperti itu mereka harus menyiasati penggunaan listrik. Terutama dalam menggunakan peralatan elektronik. Mereka harus bijak dan berhemat. Sebab listrik hanya bisa dinikmati saat malam hari.

“Sekarang kami dapat menggunakan listrik di siang hari, di mana pekerjaan kita ini semuanya memerlukan listrik. Sebelum nyala 24 jam, siang hari kami hanya menggunakan genset dengan banyak risiko, misalnya saja seperti minyak solarnya yang mahal dan sering rusak,” kata Bahrum, sebagaimana dikutip CNBCIndonesia.com, Rabu, 25 November 2020.

Bahrum adalah salah seorang Warga Kecamatan Pulau Tiga Barat, yang merasakan perbedaan sangat besar sekarang ini. Kenangan menggunakan genset pada saat siang hari itu berkelebat, manakala ia menyadari perubahan yang dialaminya. Sekarang Bahrum mengalami kenaikan keuntungan usaha perabot rumahan yang dikelolanya, sejak listrik mengalir selama 24 jam.

Bahkan menurut Idris, Camat Pulau Tiga Barat, perekonomian warga tercatat meningkat sebanyak 2,5%. Jumlah itu tentu sangat besar. Hal tersebut membuktikan, pasokan listrik PLN selama 24 jam itu telah menggerakkan roda perekonomian. Ia menjadi faktor penting dari meningkatnya kesejahteraan warga. Hal itu terjadi lantaran produktivitas warga menjadi lebih tinggi.

Di Pulau Tiga Barat yang penduduknya kebanyakan adalah nelayan itu, listrik memungkinkan masyarakat bergerak lebih dinamis. Mereka tidak lagi dibatasi pasokan listrik yang hanya 14 jam. Mereka bisa melaut dengan tenang. Kini segala sesuatu menjadi lebih mungkin untuk diwujudkan. Dengan listrik tak terbatas waktu itu pelaku UMKM, kerajinan, kios, pendidikan dan kesehatan bisa berjalan optimal.

Upaya untuk menumbuhkan kesejahteraan di seluruh wilayah Indonesia harus terus dilakukan. Terutama di daerah perbatasan. Pengalaman pahit lepasnya sebagian wilayah Indonesia karena tak terurus tidak boleh terulang lagi. Seluruh tumpah-darah Indonesia harus mendapatkan perhatian yang sama, seperti pasokan listrik yang ada terus-menerus ada setiap harinya. Itulah Indonesia, itulah makna merdeka yang sesungguhnya.

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler