x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Rabu, 16 Desember 2020 06:02 WIB

Sampah yang Membawa Berkah Bagi Warga Ende

Co-firing yang dilakukan PLN itu adalah salah satu solusi untuk menangani persoalan sampah di Ende. Dengan cara itu pula masyarakat diberdayakan. Dari sampah yang awalnya menjadi masalah itu, warga Ende mendapatkan manfaat baru. Sebab, selain ditujuan untuk co-firing, mereka juga bisa memanfaatkan pelet bio massa itu untuk keperluan dapur. Yaitu dengan menggeser penggunaan minyak tanah dan kayu bakar. Belum lagi hasil yang mereka peroleh dengan mengolah sampah itu menjadi kerajinan tangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Ende, Nusa Tenggara Timur, jumlah sampah yang dihasilkan terus meningkat dengan cepat setiap harinya. Pemkab Ende tengah menghadapi persoalan berat dalam menangani problem sampah itu. Maka untuk mencari solusi yang tepat, dibuatlah kerja sama dengan beberapa pihak, PLN salah satunya.

Gayung pun bersambut, PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur dan sejumlah pihak swasta telah sepakat bekerja sama dengan Pemkab Ende untuk mengelola sampah yang menumpuk itu. Kerja sama yang baik itu diwujudkan melalui program Teknologi Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS).

"Sinergi ini merupakan kunci mewujudkan progam co-firing di PLTU Ropa yang sebelumnya sudah diujicobakan," kata Manager PT PLN (Persero) Unit Proyek Ketenagalistrikan Flores Lambok Renaldo Siregar, sebagaimana dikutip Republika, Senin, 14 Desember 2020.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Realisasi TOSS akan menjadi solusi masalah sampah di Ende. Apalagi sampah di Ende didominasi sampah biomassa seperti daun, ranting, rumput limbah perkebunan, sampah organik dan lainnya. Hal itu tentu sangat cocok jika dijadikan subtitusi batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ropa. Proses pencampuran biomassa dengan batu bara itu disebut co-firing.

Selain untuk keperluan co-firing, hasil pengolahan sampah tersebut diharapkan juga dapat menyubtitusi penggunaan minyak tanah dan kayu bakar. Hal itu tentunya akan mengurangi pengeluaran masyarakat juga.

Proses kerja sama itu dilakukan oleh beberapa pihak dengan peran mereka masing-masing. Pertama sampah dikumpulkan oleh masyarakat di tempat yang dinamakan sebagai bank sampah. Proses ini dikelola oleh Organisasi Anak Cinta Lingkungan (ACIL). Di sanalah pemilahan sampah untuk bahan baku kerajinan dilakukan. Sisanya baru dibuat untuk pelet sampah, sebagai bahan subtitusi bahan bakar pembangkit dan keperluan lainnya.

Dalam hal ini, pihak kedua, yaitu PT Comnestoarra Bentara Noesantarra melakukan proses pembuatan pelet sampah. Comnestoarra adalah perusahaan rintisan yang berpengalaman dalam bidang pengolahan pelet biomassa dari sampah organik. Dengan keahliannya itu bahan baku yang diterima dari masyarakat tadi diolah jadi pelet biomassa.

Kemudian pelet yang sudah jadi itu baru diserahkan ke PLN untuk digunakan sebagai co-firing batu bara. Sebagai informasi, PT PLN (Persero) UPK Flores berhasil melakukan uji coba co-firing 10% Batu Bara Nabati (BBN) yang diproduksi dengan metode TOSS.

Program co-firing ini juga merupakan perwujudan dari komitmen PLN di bidang energi bersih. Sebab bahan bakar yang dihasilkan dari sampah organik itu ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan salah satu pilar transformasi PLN, yaitu “Green”. Dengan dasar itulah kerja sama yang baik itu akan terus dilanjutkan di masa mendatang.

Bahan baku dari BBN adalah sampah biomassa yang terdiri dari ranting pohon, daun, sekam padi, rumput, dan limbah kayu. Sampah organik ini melimpah di Ende. Proses yang diperlukan untuk membuat pelet biomassa adalah dengan menggunakan metode peuyeumisasi (biodrying), untuk selanjutnya diproses peletisasi.

Co-firing yang dilakukan PLN itu adalah salah satu solusi untuk menangani persoalan sampah di Ende. Dengan cara itu pula masyarakat diberdayakan. Dari sampah yang awalnya menjadi masalah itu, warga Ende mendapatkan manfaat baru. Sebab, selain ditujuan untuk co-firing, mereka juga bisa memanfaatkan pelet bio massa itu untuk keperluan dapur. Yaitu dengan menggeser penggunaan minyak tanah dan kayu bakar. Belum lagi hasil yang mereka peroleh dengan mengolah sampah itu menjadi kerajinan tangan.

PLN telah menjadi bagian dari masyarakat yang bergerak ke arah yang lebih baik. Masyarakat yang peduli dengan lingkungan dan masa depan anak-anak mereka. Contoh sinergi yang baik itu perlu dikembangkan secara luas di masa-masa mendatang. Tahniah!

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler