x

Ilustrasi siswa belajar di rumah. Foto: Tulus Wijanarko

Iklan

Daniel

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 Desember 2020

Selasa, 22 Desember 2020 12:00 WIB

Dampak Online Learning Terhadap Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi

Pores belajar jarak jauh (PJJ) yang digelar akhirnya berpengaruh secara psikologis pada anak dan remaja. Mereka dengan cepat tercerabut dari dunia pergaulan sosial sesama karena wabah Covid-19. Belum lagi ditabah rasa stres akibat tugas yang menumpuk dari sekolah. Bagaimanakah menyelamatkan (masa depan) mereka?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Musibah pandemi Covid-19 ini telah benar-benar mengubah semua kegiatan dalam kehidupan saat ini. Covid-19 sangat menumbuhkan rasa takut dan kekhawatiran di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak pertama diumumkan kasus pertama kali di bulan Maret lalu, semua kegiatan benar-benar berubah. Termasuk dalam bidang pendidikan. Pemerintah terpaksa menutup semua sekolah agar siswa tidak menjadi korban virus Covid-19.

Pemerintah menetapkan kebijakan pembatasan sosial yang dilaksanakan di bidang pendidikan dengan menggelar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kadang disebut juga online learning. PJJ ini lalu menimbulkan polemik atau pro-kontra dari para siswa dan orang tua.vPenerapan PJJ menimbulkan perubahan sangat amat jauh dibanding saat siswa belajar di sekolah. Para siswa kaget ketika belajar di rumah secara daring.

Seemstinya sekolah merupakan sarana untuk belajar dan bermain bagi anak-anak dan remaja. Jadi semenjak diberlakukannya belajar daring para siswa hanya menghabiskan aktivitas sehari-harinya dengan belajar dan bermain bersama orang tua dan anggota keluarganya. Anak-anak kehilangan waktu belajar dan bermain bersama teman-temannya. Tentu hal merupakan pengalaman atau hal yang sulit bagi masa anak-anak dan remaja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keadaan ini mmebuat psikologis anak terganggu oleh perubahan yang cepat ini. Anak-anak dan remaja tidak mudah beradaptasi terhadap perubahan tersebut . Untuk beradaptasi dengan perubahan ini pun, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, seperti usia, maupun perkembangan anak.

Sebagai contoh, untuk anak usia dini dan taman kanak-kanak, mungkin merupakan kesempatan yang baik bagi mereka untuk meluangkan waktunya bersama orang tua di rumah. Mungkin sebagian orang tua pun ada yang memanfaatkan sebaik-baiknya momen seperti ini karena orang tua memiliki rasa kecemasan dan kekhawatiran yang tinggi ketika anaknya masih berusia dini. Dengan demikian, perlu kita ketahui bahwa anak usia dini tentunya masih ingin selalu bersama orang tuanya.

Namun, ketika anak sudah mulai memasuki usia sekolah dasar dan remaja, tentunya mereka pun ingin sekali melakukan aktivitas-aktivitas sosial di luar rumah. Mereka mulai ingin bermain dan belajar bersama teman-temannya. Jadi ketika semua aktivitas itu dibatasi, ini akan menimbulkan gangguan psikologis dan tekanan mental terhadap anak.

Belum lagi, semenjak belajar daring ini dilaksanakan, banyak anak yang menjadi stres karena sulitnya memahami materi-materi pelajaran yang diberikan secara online. Memang iya guru-guru pun juga sambil menerangkan atau menjelaskan lewat zoom ataupun google meet, tetapi akan sangat berbeda apa yang ditangkap oleh otak anak ketika mendengar langsung di sekolah dan hanya melihat di zoom atau google meet. Tentunya ketika belajar langsung di sekolah anak akan mudah memahaminya karena berinteraksi langsung dengan guru dan juga waktu yang banyak.

Tetapi akan berbeda ketika belajar daring di rumah, mengingat juga adanya keterbatasan waktu. Apalagi ada juga guru yang memberikan tugas dalam jumlah banyak, tetapi siswa sendiripun tidak memahami materi pelajaran tersebut. Bahkan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan banyak siswa yang mengalami tekanan secara psikologis hingga putus sekolah karena adanya berbagai masalah yang muncul selama mengikuti belajar jarak jauh atau belajar online yang dilakukan selama pandemi Covid-19 ini.

Dan lebih parahnya lagi, ada siswa SMP dan SMA yang sampai bunuh diri karena stresnya selama belajar online ini selalu diberikan tugas-tugas oleh gurunya. Akibat belajar daring ini pun juga banyak orang tua yang mengeluh karena harus mendampingi dan mengajari anaknya belajar di rumah setiap hari.

Tentunya hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kemendikbud sendiri telah diminta untuk melakukan evaluasi-evaluasi terhadap pelaksanaan PJJ ini. Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama harus segera mengevaluasi pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang ternyata masih membebani siswa dengan belajar memberikan tugas semata. 

KPAI juga meminta para guru Bimbingan Konseling (BK) untuk lebih aktif menangani psikologis siswa yang terlalu banyak dibebani tugas selama pandemi. Sekolah pun juga seharusnya memberikan layanan psikologis bagi para siswanya yang merasa stres dan cemas terhadap belajar daring ini. Pada intinya, dengan dilaksanakannya PJJ ini tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah, kemendikbud, sekolah, dan orang tua agar bagaimana anak bisa menjalankan dan mengikuti PJJ ini dengan baik dan lancar tanpa mengganggu psikologis dan kesehatan mental anak tersebut.

Ikuti tulisan menarik Daniel lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler