CISDI mempresentasikan dokumen kebijakan kesehatan Health Outlook 2021 di hadapan pakar-pakar kesehatan dan kebijakan pada Jumat, 18 Desember 2020. (Sumber gambar: CISDI)
Pada Jumat (18/10) lalu, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) meluncurkan laporan tahunan rekomendasi kebijakan kesehatan Health Outlook 2021 (HO 2021) dalam rangkaian acara Lokapala. Terdapat dua rangkaian acara besar dalam Lokapala tahun ini, yaitu diskusi pakar menanggapi dokumen HO 2021 serta penayangan film perdana produksi mandiri CISDI berjudul Denting, sebuah fiksi ilmiah alegori penanganan wabah di Indonesia.
Melalui dokumen rekomendasi kebijakan berjudul COVID-19: Disrupsi pada Layanan Kesehatan Esensial, Dampak yang Ditimbulkan dan Jalan Membangun Kembali Sektor Kesehatan Indonesia, CISDI mengangkat kilas balik penanganan wabah COVID-19 di Indonesia beserta dampaknya terhadap berbagai sektor pembangunan masyarakat. Menurut CISDI, pemerintah Indonesia menyia-nyiakan periode emas (golden period) penanganan wabah.
Empat Skenario
CISDI memprediksi empat skenario kesehatan 2021 berdasarkan dua faktor utama, yaitu ketersediaan vaksin dan pemulihan ekonomi. Skenario pertama sekaligus paling baik bernama ‘negeri impian’ di mana vaksin dengan efikasi tinggi segera tersedia dan diiringi pemulihan ekonomi yang juga cepat. Skenario kedua bernama ‘menggantang asap’, menggambarkan kondisi ketika vaksin tersedia, namun beredar terbatas, dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik.
Skenario ketiga, ‘mungkinkah kembali’ menjelaskan situasi ketika vaksin belum tersedia, tetapi pemerintah memiliki anggaran untuk menyediakan obat terapi COVID-19 dan bantuan sosial. Sementara skenario terakhir mimpi buruk, merupakan kondisi ketika vaksin tidak tersedia dan ekonomi mengalami resesi. CISDI menyatakan skenario ketiga merupakan skenario yang sedang berlangsung saat ini.
Pandangan Pakar
Kegiatan Diskusi Pakar diawali dengan presentasi dokumen kebijakan HO 2021 oleh Direktur Kebijakan CISDI Olivia Herlinda. “Kami mendorong transformasi layanan kesehatan primer untuk berperan strategis dalam penanganan wabah. Transformasi ini harus didukung dengan regulasi dan prioritas kebijakan,” tegas Olivia dalam presentasinya.
Ada beberapa poin utama yang dibahas pada diskusi ini. Pertama, komitmen pemerintah Indonesia. Olivia, Akmal Taher, dan Faisal Basri sama-sama menyoroti turunnya anggaran sektor kesehatan menjadi 169,7 triliun pada 2021, terpaur jauh dari 2020 sebesar 212,5 triliun.
Anggaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun hanya naik 7,4 persen menjadi 84,3 triliun. Sebagai perbandingan, anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) naik 98,1 persen ke angka 149,8 triliun. Rancanan anggaran 2021 menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah dalam menyelesaikan pandemi dan membangun kembali sistem kesehatan.
Kedua, kepemimpinan selama pandemi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan secara langsung memimpin dan bergerak cepat dengan membentuk Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) dan Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN).
Di sisi lain, Budi Gunadi Sadikin, Ketua PEN, menyayangkan absennya kepemimpinan Kemenkes sebagai pihak yang paling berkompetensi menyusun respons kebijakan pandemi. Lebih jauh, Budi menyebut penurunan anggaran kesehatan seharusnya bisa dicegah melalui inisiatif Kementerian Kesehatan.
Ketiga, terkait program vaksinasi. Giovanni van Empel, perwakilan KawalCOVID-19 mempertanyakan efektivitas vaksinasi untuk kelompok usia produktif. Sementara itu, CEO Lipotek Ines Atmosukarto menegaskan pentingnya ketepatgunaan vaksin dalam suatu negara. Pada skala makro, negara sebaiknya menggunakan vaksin yang efikasinya lebih rendah, namun lebih mudah didistribusikan ke seluruh masyarakat.
Dalam diskusi ini, dr. Siti Nadia ikut menjelaskan program vaksinasi akan dilaksanakan gratis tanpa memperhitungkan keanggotaan BPJS. Infrastruktur berupa cold storage juga sudah tersedia di seluruh Indonesia dengan kapasitas penyimpanan total vaksin sebanyak 32 juta dosis.
Bagian kedua dari rangkaian kegiatan Lokapala adalah penayangan perdana film Denting. Film fiksi ilmiah dengan metafora penanganan wabah COVID-19 di Indonesia ini ditayangkan melalui kanal YouTube CISDI TV sejak Jumat, 18 Desember 2020 pukul 19:00 WIB. Hingga catatan ini ditulis, film berdurasi 24 menit ini sudah ditonton lebih dari 1.200 kali.
Tentang CISDI
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah think tank yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.
Penulis
Ardiani Hanifa Audwina
Ikuti tulisan menarik CISDI ID lainnya di sini.