x

Kiriri-kanan): Menteri Agama 2019-2020 Fachrul Razi, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi di sela serah terima jabatan di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (23/12/2020). (ANTARA/Kementerian Agama)

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 27 Desember 2020 05:42 WIB

Mas Menteri Yaqut, Ajaklah Semua Pihak Ngobrol Dulu

Menag Yaqut perlu mulai hemat melontarkan pernyataan atau wacana yang berpotensi memancing reaksi yang beragam dari masyarakat, yang dapat memboroskan energi. Akan lebih produktif apabila menag bertamu dulu ke tiap-tiap organisasi keagamaan dan mendengarkan suara wakil-wakilnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Begitu dilantik menjadi Menteri Agama menggantikan Facrul Razi, Yaqut Cholil Qoumas langsung beraksi. Seperti dikutip tempo.co, pada Kamis 24 Desember 2020, Menag Yaqut mengatakan bahwa Kementerian Agama akan memfasilitasi dialog yang lebih intensif untuk menjembatani perbedaan di antara umat beragama. Lalu, ketika mengunjungi GPIB Immanuel Kota Semarang, Kamis malam, kepada jurnalis Menag mengatakan bahwa dirinya merupakan menteri agama untuk semua agama, bukan hanya untuk satu agama saja. Ia juga menyampaikan pesan kepada umat beragama, seperti dikutip tempo.co, untuk menjadikan agama sebagai sumber inspirasi, sumber kedamaian, dan menyebarkan kasih sayang. “Mari kita tinggalkan jauh-jauh anggapan bahwa agama itu jadi norma konflik bagi yang berbeda,” ujarnya.

Membangun kerukunan antar umat beragama memang harus diiktiarkan dan dipelihara terus-menerus. Ini bukan ikhtiar yang sekali jadi dan bukan proses yang sekali jalan langsung selesai. Sesuatu yang ujug-ujug, instan, dan memburu target biasanya akan rapuh dan mudah rubuh. Begitu pula dengan yang disebut kerukunan, bila bersifat artifisial akan mudah ambruk—yang artifisial lazim dibungkus sebagai ‘pernyataan bersama’ atau ‘kesepakatan bersama’ untuk mengesankan bahwa keadaan baik-baik saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan belajar dari pengalaman menteri agama yang digantikan, seyogyanya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memulai langkah pendekatan terlebih dahulu ke berbagai unsur masyarakat yang mewakili pemeluk agama-agama. Beberapa pernyataan yang sudah dilontarkan rasanya sudah cukup sebagai sinyal ke arah mana kebijakan yang akan ditempuh Menag Yaqut. Begitu pula, Menag Yaqut perlu menahan diri dari melontarkan peringatan tertentu yang berpotensi membuat sebagian pihak lantas bersikap defensif.

Menag Yaqut perlu mulai hemat melontarkan pernyataan atau wacana yang berpotensi memancing reaksi masyarakat yang dapat memboroskan energi. Akan lebih produktif apabila Menag mulai menjalin kontak dengan berbagai pihak sebagai isyarat kemauan untuk mendengarkan aspirasi mereka: menyerap apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan harapkan. Membuka telinga terlebih dahulu akan lebih bagus ketimbang membuka mulut terlebih dahulu.

Pernyataan yang ringkas dan sepotong-sepotong berpotensi ditafsirkan mungkin berbeda dengan yang dimaksudkan oleh menag. Karena itu Menag untuk sementara perlu berhemat diri dalam mengeluarkan pernyataan. Akan lebih produktif apabila menag bertamu dulu ke tiap-tiap organisasi keagamaan dan mendengarkan suara wakil-wakilnya.

Dalam posisi sebagai menteri, Yaqut perlu menajamkan pendengaran mengenai apa yang membuat terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama. Menag perlu mendengar langsung dari para wakil atau pemuka, bukan melalui pihak lain yang berpotensi memahami pesan secara berbeda.

Lewat penyerapan pikiran, perasaan, maupun harapan wakil-wakil umat itu, Menag mudah-mudahan bisa menyusun kerangka dialog yang tepat, yang jujur, adil, saling mendengarkan, saling menghargai, dan tidak bersikap merasa benar sendiri. Menag dapat memerankan diri sebagai katalisator yang mencairkan kebekuan di antara umat, meskipun tidak semua hal dapat dicairkan. Namun, dengan cara mendengarkan terlebih dahulu masing-masing pihak, Menag dapat menyerap apa yang menjadi keberatan pihak tertentu dan apa yang menjadi harapan mereka masing-masing.

Dengan cara itu, mudah-mudahan Menag dapat merangkul semua unsur tanpa memaksa, dan tidak memaksa semua unsur untuk saling merangkul dengan rasa terpaksa. Sekali lagi, membangun dialog yang jujur dan saling menghormati merupakan proses yang tidak bisa sekali jadi. Apabila dalam ikhtiar ini, ada masukan, saran, dan bahkan kritik, Menag perlu juga bersikap terbuka dan mendengar dengan hati lapang, sebab status Mas Yaqut kini merupakan menteri agama sebuah negara berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, bukan ketua umum organisasi pemuda semata—meskipun masih menjabat. Sebagai putra KH Muhammad Cholil Bisri, Mas Yaqut in syaa Allah punya kearifan yang dibutuhkan untuk berkontribusi merukunkan umat beragama. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu