x

sumber foto: sindonews.com

Iklan

Meri Ana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 31 Juli 2020

Kamis, 11 Maret 2021 08:26 WIB

Benarkah Pengajuan Peminjaman Modal untuk Pengusaha Lokal Sulit Didapatkan?

Apakah benar pengajuan peminjaman modal untuk pengusaha lokal sulit didapatkan? Belum lama ini, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia membuka suaranya untuk pihak perbankan. Apakah itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membuka suaranya untuk pihak bank. Dikutip dari Bisnis.com pada acara Rakernas Hipmi pada hari Sabtu (6/3/2021) lalu, sindiran halus yang diungkapkan oleh Bahlil adalah tentang persyaratan pengajuan peminjaman modal belum berpihak kepada pengusaha lokal yang bergerak di sektor pertambangan.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ternyata, pihak perbankan masih memiliki rasa tidak percaya dalam memberikan pinjaman modal untuk sektor pertambangan. Mengejutkannya lagi, bank meminta ekuitas sebesar 30 persen kepada pengusaha. 

"Satu smelter untuk satu tungku skala besar butuh Rp1 triliun, lebih efisien bisa tiga sampai empat tungku, minta equity 30 persen, boro-boro 30 persen, 10 persen saja (pengusaha) harus patungan dulu," kata Bahlil. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari persyaratan ini justru membuat mengakibatkan pengusaha lokal menjadi kurang kompetitif jika dibandingkan dengan eksplorasi yang dilakukan pengusaha asing. 

Mari melihat realisasi investasi di tahun 2020 lalu. Dari data BKPM, realisasi investasi mencapai Rp826,3 triliun dimana penyerapan tenaga kerjanya sebesar 1.156.360 orang yang bekerja di 153.349 proyek. 

Rincinya, investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp413,5 triliun atau setara dengan 50,1 persen dari total investasi, sementara investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu Rp412,8 triliun atau setara dengan 49,9 persen dari total investasi. 

Bahlil menyebutkan bahwa Sulawesi Tenggara dan Maluku menjadi target tujuan PMA dikarenakan di wilayah tersebut sedang dibangun smelter nikel saat ini. 

Adanya tembok besar yang seolah menjadi penghalang untuk pengusaha lokal tentunya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sektor pertambangan sendiri khususnya nikel sedang naik daun.

Pada pertambangan nikel, untuk membangun smelter nikel membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh karenanya, demi mendapatkan dana untuk mewujudkan pabriknya pemerintah gencar untuk menarik investor bahkan dari luar negeri. 

Dua perusahaan global yang diketahui sudah menanamkan modalnya di sektor pertambangan nikel Tanah Air untuk membangun pabrik baterai listrik yakni LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology atau CATL. 

Bila dari dalam negeri saja sudah “dihadang”, cara apa lagi yang harus dilakukan pengusaha lokal agar dapat berkembang dan melanjutkan perjalanannya demi mewujudkan mimpi Indonesia sebagai salah satu pemain besar serta supply global chain di era kendaraan listrik?

Ikuti tulisan menarik Meri Ana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler