x

Iklan

amanda widyadwiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 Maret 2021

Selasa, 16 Maret 2021 07:51 WIB

Menghargai Air

Artikel berisi opini pribadi terkait menghargai kehadiran air bersih

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

MENG(HARGA)I AIR

Air merupakan kebutuhan dasar yang seharusnya tidak kita anggap sepele, karena jumlahnya di negara kita yang dinilai masih melimpah. Anggapan ini didapatkan dari curah hujan yang tinggi dan kejadian banjir yang masih terjadi. Selain itu, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mendapatkan air bersih secara gratis melalui sumur air tanah atau sumber mata air. Di sisi lain, ada beberapa wilayah di Indonesia yang masih kesulitan air bersih dan mengalami kekeringan.

Kebutuhan air bersih domestik di Indonesia saat ini adalah 150 liter/per kapita/hari (Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR) yang digunakan untuk konsumsi, mandi, cuci dan kakus. Sedangkan kebutuhan air baku untuk industri bergantung pada jenis industrinya. Hasil studi Kananda tahun 2007 menyebutkan terdapat 5 (lima) jenis industri dengan kebutuhan air terbanyak yaitu industri pengolahan kertas, pengolahan metal, pengolahan kimia, industri minyak dan batu bara serta industri pangan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan penyediaan air baku atau air bersih sangatlah tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk sumber air baku sendiri bisa terbagi menjadi air permukaan, air tanah dan air laut yang didesalinasi. Berdasarkan studi Pusair Kementerian PUPR Tahun 2018 menyatakan bahwa jumlah ketersediaan air permukaan rata-rata di Indonesia adalah sebesar 88,3 ribu m3/s atau setara dengan 2,78 triliun m3/tahun. Angka ini menunjukkan potensi sumber air baku yang cukup besar, belum termasuk volume air tanah dan air laut yang tidak dapat diperkirakan secara pasti.

Negara Indonesia dikarunia sumber air baku yang cukup besar, selanjutnya harus diikuti dengan kemampuan mengolah yang cukup baik untuk menjamin ketersediaan, keberlanjutan dan kualitas airnya. Jika kita melihat ke negara tetangga, Singapura, yang mana merupakan negara kecil kaya raya namun tidak memiliki sumber air baku yang besar. Berdasarkan informasi dari International Water Association, Singapura mendapatkan air bersih melalui 2 (dua) cara yaitu collecting (mengumpulkan dari drainase, reservoir dan daur ulang air) dan mengimpor dari Malaysia. Karena tidak adanya sumber air bersih alami tersebut sehingga masyarakat menghargai air bersih yang ada. Sebagai contoh penghargaan yang tinggi terhadap air adalah dilihat harga air mineral kemasan, untuk sebotol air mineral kemasan 600 ml dijual seharga SG$1 atau setara dengan Rp 11.000. Sedangkan di Indonesia, air kemasan dijual berbagai varian harga mulai dari Rp 1.500 – Rp 8.000 per botol ukuran 600ml.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa sebagai warga negara Indonesia dengan jumlah air baku banyak, perlu lebih menghargai air bersih agar ketersediaan air terus berkelanjutan. Salah satu kewajiban pemerintah adalah menyediakan sumber air bersih dari sumbernya sampai layak dikonsumsi oleh masyarakat dengan memperhatikan kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Dari segi kuantitas, maka kebutuhan air masyarakat setiap hari harus terpenuhi. Segi kualitas, menjamin air yang dikonsumsi atau digunakan telah aman sesuai syarat kesehatan dan yang terakhir segi kontinuitas menjamin air akan tersedia secara terus menerus.

Selain bermanfaat, air juga dapat menyebabkan permasalahan seperti banjir. Oleh karena itu manajemen pengelolaan air juga berguna untuk mengendalikan daya rusak air agar tidak menimbulkan kerugian. Ada berbagai cara untuk dapat berpartisipasi dalam upaya pengelolaan air sebagai bentuk apresiasi kita terhadap air antara lain, menggunakan air dengan tepat dan hemat, tidak membuang sampah ke badan air dan mengunjungi sumber air baku yang menjadi tempat pariwisata.

Ikuti tulisan menarik amanda widyadwiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler