Air menjadi sumber kehidupan yang sangat penting bagi makhluk hidup, tidak hanya untuk manusia, tetapi juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kurangnya air di suatu tempat dapat menjadi permasalahan besar karena mampu membunuh kehidupan di sekitarnya, tak terlepas juga di Indonesia.
Indonesia yang dikenal dengan iklimnya yang tropis, mempengaruhi musim yang ada daerah ini, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan yang biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga bulan April, membuat kebutuhan air tercukupi.
Dari pernyataan di atas, menimbulkan tanggapan dari pihak luar bahwa air sangat mudah didapatkan di Indonesia, karena hujan selalu turun di setiap tahunnya. Sumber air pun tak hanya berasal dari air hujan, namun juga dari air sungai.
Tapi, pada kenyataannya kelangkaan air masih terjadi di Indonesia, salah satu contohnya adalah Kota Jakarta. Mengutip dari Indonesia.go.id, pada tahun 2018 cakupan air bersih di Jakarta baru mencapai 60%. Maka, masih ada 40% penduduk Jakarta yang belum mendapatkan akses air bersih.
Jika sekelas ibukota negara, seperti Kota Jakarta yang mumpuni dengan infrastukturnya, justru masih mengalami kelangkaan air bersih. Lalu bagaimana dengan kondisi daerah terpencil yang aksesnya sulit dijangkau?.
Mendukung pernyataan tersebut, BMKG menyatakan bahwa Indonesia pernah mengalami bencana kekeringan selama 30 tahun, sejak tahun 1979 hingga tahun 2009. Hal ini terjadi di Pulau Jawa, salah satu daerah sentral yang menjadi langganan bencana kekeringan di tahun tersebut dan diprediksi pada tahun 2040 hal serupa berupa kelangkaan air akan terjadi.
Sungguh ironi bukan? Kekeringan di daerah pusat atau sentral di Indonesia disebabkan oleh faktor mendasarnya yaitu perubahan iklim. Selain perubahan iklim, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kekeringan bertahan dan kersediaan air yang tak memadai, yakni berupa pertumbuhan penduduk yang signifikan, serta perubahan tata guna lahan, seperti kurangnya daerah resapan air dan dibangunnya rumah atau bangunan yang mengurangi cadangan air tanah di daerah tersebut.
Walau Indonesia memiliki cadangan sumber air berupa air sungai, namun berdasarkan data yang dilansir dari dari greeners.co pada bulan Desember 2018, sebanyak 550 sungai yang berada di Indonesia, 82% diantaranya dalam keadaan rusak atau tercemar.
Sumber air yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai cadangan saat kekeringan melanda, justru tak mampu dikonsumsi dan bahkan menjadi sumber penyakit.
Adapun solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi bencana ini agar tidak terjadi yaitu dengan :
- Melakukan reboisasi
Reboisasi adalah penanaman kembali hutan yang ditebang secara berlebihan. Karena dengan berkurangnya pohon maka akan membuat air sulit terserap ke tanah. Bukan itu saja, pohon pun merupakan penyaring alami untuk menjaga kualitas air bersih. Hal ini tidak hanya bagus untuk kualitas air tetapi juga membuat hutan memiliki air tanah yang nantinya dapat dimanfaatkan.
- Tidak boros dalam pengunaan air
Selalu biasakan untuk tidak membuang ataupun boros terhadap pengunaan air. Tanpa kita sadari hal inilah yang penyebab kelangkaan air. Dengan menghemat air hari ini kita dapat menyimpan air untuk di masa depan.
- Jangan membuang sampah sembarangan
Sampah tidak hanya mengangu di daratan, tapi juga sangat mengangu di perairan. Karena dapat mencemari dan menggangu ekosistem alami yang ada. Contohnya, pembuangan limbah pabrik dan rumah tangga secara sembarangan, baik itu limbah padat ataupun cair.
Oleh karena itu dengan banyaknya kasus kelangkaan air, sudah seharusnya kita melakukan penghematan dan lebih peduli pada lingkungan karena tentunya kita tidak mau kehabisan sumber daya alam yang sangat berharga ini untuk masa depan nanti.
#HariAirDuniaXXIX2021 #MengelolaAirUntukNegeri #SigapMembangunNegeri
Ikuti tulisan menarik Bunga Yunielda lainnya di sini.