x

Iklan

Puji Handoko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 November 2020

Jumat, 7 Mei 2021 12:57 WIB

Genjot Cofiring, PLN Fokus Tingkatkan Bauran EBT di Masa Depan

Pembangkit EBT menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Gas rumah kaca dan polutan seperti SO2, NOx, particulate matter, serta merkuri yang dihasilkan energi baru terbarukan lebih kecil dibandingkan energi fosil. Dengan demikian, masa depan bumi akan lebih baik jika peningkatan bauran EBT terus di lakukan di masa mendatang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 23 persen (GW) pada tahun 2025. PLN sebagai perusahaan negara telah membuat beberapa terobosan. Di antaranya menetapkan rancang-bangun pembangkitan energi pada energi yang ramah lingkungan di masa depan. Dalam waktu dekat, guna mencapai target tersebut, salah satu langkah yang dijalankan PLN adalah melakukan co-firing pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia.

Co-firing merupakan proses pengoperasian PLTU menggunakan campuran bahan bakar batu bara dengan 5-10 persen biomasa. Cara ini tidak bisa dilakukan sembarangan, tapi terlebih dahulu melalui penelitian dan uji coba. Setelah diketahui proses ini tidak memiliki pengaruh buruk pada pembangkit, baru kemudian diterapkan.

Sampai saat ini, PLN telah berhasil melakukan implementasi co-firing secara komersial pada 8 PLTU. Yaitu PLTU Paiton, Jeranjang, Ketapang, Sanggau, Pacitan, Suralaya dan Anggrek. PLTU yang dimaksud telah menerapkan co-firing, sementara PLTU lainnya sedang menunggu hasil uji coba.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Selain itu, PLN juga sedang melakukan uji coba pada 29 unit PLTU di seluruh Indonesia," kata  Executive Vice President Komunikasi Korporat & CSR PLN Agung Murdifi, Rabu 5 Mei 2021.

Tentu saja jumlah tersebut akan terus bertambah sesuai roadmap yang telah ditetapkan. Langkah yang diambil PLN telah melalui proses pengkajian mendalam. PLN berencana untuk dapat melakukan co-firing pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting milik PLN pada tahun 2024. Dengan jumlah itu, akan terjadi penurunan penggunaan batu bara yang signifikan.

Salah satu pengujian co-firing dilakukan di PLTU Pacitan dengan total energi Green yang dibangkitkan mencapai 14.776 Mega Watt (MW) atau rata-rata 1.685 MWh/bulan. Sedangkan kapasitas terpasang sebesar 315 MW. Bahan bakar biomassa yang digunakan untuk proses pengujian co-firing PLTU Pacitan adalah serbuk gergaji (sawdust).

"Serbuk gergaji tersebut diperoleh dari beberapa industri penggergaji kayu di sekitar daerah Pacitan," ujar Agung.

Dengan kerja sama yang baik itu, antara PLN dan pelaku industri di sektar pembangkit saling mendapatkan keuntungan. Pengujian co-firing yang telah dilakukan di sana dengan komposisi campuran sawdust 3 persen dan 5 persen menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.

"Setelah melihat hasil evaluasi pelaksanaan ujicoba co-firing ini, PLTU Pacitan telah melanjutkan co-firing ke tahap komersil pada tanggal 7 Desember 2020, sehingga dapat mendukung secara penuh Program Transformasi PLN dalam aspek Green,” ungkap Agung.

Pembangkit EBT menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Gas rumah kaca dan polutan seperti SO2, NOx, particulate matter, serta merkuri yang dihasilkan energi baru terbarukan lebih kecil dibandingkan energi fosil. Dengan demikian, masa depan bumi akan lebih baik jika peningkatan bauran EBT terus di lakukan di masa mendatang.

Sebab selama in gas rumah kaca menjadi salah satu penyebab pemanasan global dan perubahan iklim. Hal paling nyata dari bentuk pemanasan global adalah mencairnya gunung es di kutub utara. Sehingga dikhawatirkan, jika permukaan air laut terus naik, beberapa pulau akan tenggelam. Sedangkan polutan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Pengoperasian pembangkit EBT menjadi salah satu solusi dalam mengurangi dampak negatif tersebut.

Komitmen PLN untuk mewujudkan energi yang ramah lingkungan terus dilakukan. Perlahan, energi fosil mulai dikurangi prosinya. Dengan progres yang menjanjikan itu, di masa mendatang penggunaan energi fosil akan semakin kecil dan mungkin akan segera ditinggalkan. Kesadaran tentang pentingnya membuat gerakan perubahan ini menjadi perhatian serius masyarakat dunia. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia juga harus mengikutinya. Menjadi negara beradab dengan EBT sebagai energi penggeraknya.

 

 

Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler