Impian bagi segenap pengusaha kecil adalah dapat meningkat lebih baik di masa depan. Meskipun banyak di antara mereka yang untuk bertahan saja sudah sangat kesulitan. Apalagi di tengah kondisi perekonomian yang masih lesu akibat pandemi. Para pengusaha kecil itu bersyukur jika usaha mereka masih bisa terus berjalan. Sebab banyak juga di antara mereka yang telah gulung tikar.
Untuk mewujudkan impian itu, diperlukan uluran tangan dari pihak lain, misalnya pemerintah atau korporasi besar dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimilikinya. Bukan hanya mengenai permodalan yang jadi permasalahan, tapi lebih jauh sebenarnya adalah terkait pembinaan. Banyak dari pengusaha kecil itu yang membuka usaha secara otodidak. Mereka tidak benar-benar menguasai teknik marketing yang baik. Cara berbisnis secara tradisional semacam itu hanya mengandalkan kemujuran dan keuletan.
Padahal untuk sukses, keuletan saja tidak cukup. Harus ada skill marketing yang andal guna menembus pasar baru, atau bahkan naik ke tingkat internasional. Semua itu membutuhkan langkah panjang. Tidak mudah dilakukan. Apalagi jika mengandalkan kekuatan sendiri. Di sinilah peranan para dermawan itu dibutuhkan.
Pertamina adalah salah satu korporasi yang secara konsisten melakukan pembinaan terhadap para pengusaha kecil itu. Tidak hanya mengucurkan modal, Pertamina juga melakukan pembinaan secara intensif. Berbeda dengan kebanyakan CSR dari korporasi lain, pembinaan yang dilakukan Pertamina memiliki struktur operasi yang rinci dan terukur. Peserta binaan mendapatkan penilaian dalam pengamatan yang kontinyu. Mereka yang telah melampaui nilai minimum dapat segera naik kelas ke jenjang yang lebih tinggi.
Salah satu bentuk pembinaan itu baru saja dilakukan untuk sektor perikanan. Melalui Program Pendanaan usaha mikro dan kecil (UMK), Pertamina turut memanfaatkan potensi ini dengan cara membantu para pelaku UMK yang bergerak di sektor perikanan agar dapat naik kelas. Peran nyata ini sudah dibuktikan dengan banyaknya UMK sektor perikanan yang menjadi binaan Pertamina. Tercatat, sekitar 3.400 binaan sektor perikanan yang sudah didampingi Pertamina sejak tahun 1993 hingga saat ini.
“Pembinaan sektor ini menyasar para nelayan, petambak, dan pelaku usaha di bidang perikanan lainnya. Mereka didampingi hingga mampu meningkatkan hasil produksinya dan terserap oleh pasar,” kata Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, Minggu 27 Juni 2021.
Selain pemberian modal usaha, Pertamina juga turut andil dalam proses pendampingan teknis. Seperti pemberian pelatihan budidaya, hingga proses pemasaran. Dengan begitu, pelaku usaha sektor perikanan ini diharapkan mampu menjadi UMK yang tangguh dan mandiri.
Salah satu mitra binaan Pertamina di sektor perikanan itu adalah Budiono. Ia adalah petambak dari wilayah Timur Indonesia, yakni Kabupaten Sorong. Sudah cukup lama ia bergerak di bidang ini. Tidak hanya di bidang budidaya saja, melainkan juga mengolahnya sebagai produk jadi.
“Seluruhnya saya jalani. Mulai dari pembenihan, pembesaran, pengolahan, pemasaran hingga menjual produk jadi melalui usaha Rumah Makan,” paparnya.
Di bawah binaan Pertamina, Budiono dapat mengembangkan jaringan pemasarannya. Ia mendapatkan wawasan lebih luas mengenai teknik marketing dan mental berjualan. Selain itu, Budiono juga memiliki gairah lebih besar untuk melakukan ekspansi.
“Menjadi binaan Pertamina, saya ingin meningkatkan volume produksi dan memenuhi kebutuhan pangan lokal di wilayah timur Indonesia ini,” katanya.
Bantuan pendanaan dan pembinaan yang dilakukan oleh Pertamina adalah energi untuk terus bertumbuh. Orang-orang yang awalnya terbatas dengan keadaan yang menghimpit mereka telah mendapatkan jalan keluar. Mereka memperoleh inspirasi untuk maju dan melampaui keterbatasan. Melalui Program Pendanaan UMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan.
Ikuti tulisan menarik Puji Handoko lainnya di sini.
