Puisi, perjalanan, dan segala entah

Terima Kasih Sang Juara, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu

Senin, 2 Agustus 2021 11:17 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu telah menuliskan kisah pengorbanan luar biasa untuk menjangkau komitmen yang telah ditancapkan. Mereka tak pernah mengeluh atas pilihan tersebut. Seluruh konsekwensi telah mereka pikirkan dan tanggung untuk menjadi juara. Kini mereka sudah juara di Olimpiade Tokyo 2020, puncak reputasi dunia olah raga yang menjadi impian olahragawan sejagat.

Malam itu di sebuah kamar hotel di Spanyol, Greysia Polii sudah di pembaringan siap tidur. Ia hampir lelap, ketika tiba-tiba Apriyani bertanya setengah meminta. “Kak, jangan menikah dulu, ya, nemenin aku dulu,” kata Apri sambil mengaduk mi instannya. Apri memang masih segar.

Greysia tentu saja rada kaget ditodong begitu. Tapi ia benar-benar sedang ingin istirahat. Gresya memberi isyarat agar hal itu dibahas lain kali saja. Tadi, mereka baru saja memenangkan turnamen Barcelona Spain Master. Hari yang melelahkan, dan Greysia ingin istirahat.

Pencapaian di Barcelona itu adalah gelar kesekian dari pasangan yang memulai debut pada Mei 2017 silam. Tiga tahun berdampingan, mereka cukup cepat mencatat prestasi. Sebelum bersama Apri, Greysia berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari yang terpaksa pensiun karena cedera.

Greysia dan Apri adalah pasangan yang unik. Selisih usia mereka merentang 11 tahun. Dan pada 2020 itu umur kak Gres –demikian Apri menyapa-- mencapai 33. Usia yang sudah sangat matang untuk menikah. Sedangkan Apriyani, 21 tahun, sedang menggelegak semangatnya memburu prestasi.

Jadi inilah situasinya saat mereka mulai dipersandingkan untuk bersaing di arena ganda putri dunia. Yang senior sudah di senja karir bulu tangkis tapi masih saja mampu mencetak prestasi. Sedang pasangannya baru di etape awal persaingan elite dengan kinerja sangat menjanjikan. Terlihat, ada jurang kepentingan begitu dalam antara keduanya. Tapi ini celah alamiah saja karena perbedaan usia yang jauh. Bagaimana mesti mengatasi hal itu?

Greysia Polii sangat memahami situasi tersebut. Maka ia ajak bicara Apri di hari-hari awal berlatih bersama. Ia tahu, dalam soal teknis Apri memiliki modal istimewa. Tak perlu lagi diajari ini-itu. Jadi dia masuk ke wilayah pemikiran dan mental. Greysia ingin mensikronkan kondisi masing-masing.

Kala itu, saat istirahat disela latihan di ruang gim, mereka bicara dari hati ke hati. Ia jelentrehkan bahawa masa karir-nya tak lama lagi. Tapi ia masih bisa dan ingin mendampingi Apri agar bisa bicara banyak di persaingan internasional. Tapi tantangannya berat. “Kamu harus siap berdarah-darah (dalam latihan dan pertandingan),” demikian kira-kira pandangan Greysia. Dia juga ingin Apri cepat dewasa sebagai pemain.

Apriyani Rahayu, dulu merantau ke Jakarta dari Konawe (Sulawesi Tenggara) kala masih kecil. Sejak keluar dari pintu rumah tekadnya memang hanya satu: Menjadi Juara—dengan “M” dan “J” huruf kapital.

Tekadnya itu dipicu keinginan untuk mengubah kehidupan keluarganya. Dan, Juara, seolah hanya diksi itu yang ia kenal sewaktu kecil. Sejak ia mesti berjualan sayur keliling kampung untuk  sekadar mendapatkan sedikit uang.

“Saya siap menghadapi apa pun, kak!” kata Apri menjawab Greysia. Tak terbendung!

Sepertinya alam semesta menjadi saksi dan “merestui” ikatan janji dua anak manusia itu. Sebab, perjalanan mereka menembus rimba persilatan ganda puteri lumayan lancar. Hanya kurnag dua bulan sejak itu, mereka meraih gelar pertama di Thailand Open. Inilah pintu gerbang deretan prestasi mereka tahun-tahun berikutnya.

Greysia dan Apri juga semakin dekat dan saling memahami di dalam maupun luar lapangan. Mereka bisa saling memberi masukan, juga berbalas ledekan. “Kak Gres panutan saya,” kata Apri suatu saat.

Dan Apri yang masih berambisi melaju jauh di arena bulu tangkis menyadari usia Greysia pun ikut bertambah. Padahal ia sangat ingin mencapai banyak hal bersama Greysia. Mungkinkah hal itu bisa terwujud jika kak Gres berumah-tangga? Itulah sebabnya dia tiba-tiba mengajukan permintaan usai menang di Spanyol itu.

Tapi pada Desember 2020 Greysia tak bisa menungu lebih lama lagi takdirnya di luar lapangan. Dia menikahi Felix Djimin, seorang pengusaha jewelerry. Hanya saja, dia tak akan mengingkari komitmennya pada Apri dan bulu tangkis Indonesia. Dia tetap ingin bersama Apri menjadi juara. Setelah menikah, Greysia kembali ke palatnas meneruskan latihan spartannya.

Greysia dan Apriyani telah menuliskan kisah pengorbanan yang luar biasa untuk menjangkau komitmen yang telah ditancapkan. Mereka tak pernah mengeluh atas pilihan tersebut. Seluruh konsekwensi telah mereka pikirkan dan tanggung.

Kini mereka menuai hasil manis di Olimpiade Tokyo, puncak reputasi dunia olah raga yang menjadi impian olahragawan sejagat. Greysia dan Apri telah memenangkan medali emas, dan juga memenangkan sebuah kisah perjuangan anak manusia.

Mereka layak bangga dan berbahagia dengan semua pencapaian tersebut.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Tulus Wijanarko

Editor Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler