x

wawancara sasaran (saudari Larasati) terkait permasalahan selama pandemi

Iklan

1095_ Alfin Drajatiana Wajdi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 September 2021

Jumat, 3 September 2021 08:27 WIB

Mahasiswa KKN Unej Bantu Pelaku Usaha Cilok di Desa Kolor dengan Pelatihan Pengemasan Vacuum

Mahasiswa KKN Back to Village periode ke-3 Kelompok 70 Universitas Jember terjun langsung ke masyarakat untuk membantu sasaran yang terkena dampak PPKM Covid-19. Sasaran yang dituju merupakan pelaku usaha cilok pedas di Desa Kolor Kecamatan Kota Sumenep yang menjadi salah satu lokasi penerjunan mahasiswa KKN. Permasalahan yang diutarakan sasaran akan diidentifikasi oleh mahasiswa KKN. Tak hanya itu mahasiswa KKN juga melakukan beberapa pelatihan kepada pelaku usaha dan masyarakat di Desa Kolor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghambat bagi mahasiswa Universitas Jember untuk terus mengulurkan tangan pada masyarakat. Program KKN Back to Village III merupakan bentuk program pengabdian mahasiswa untuk berkontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan KKN Universitas Jember dengan istilah Back to Village karena kegiatan dilakukan setiap mahasiswa di desa masing-masing. Output yang ingin dicapai yaitu agar setiap mahasiswa berkesempatan untuk mengembangkan potensi desa dan dapat membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19.

Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep menjadi salah satu lokasi penerjunan mahasiswa KKN BTV III. Tepatnya di Desa Kolor mahasiswa KKN Alfin Drajatiana Wajdi (DPL: Nurul Dwi Novikarumsari, S.P, M.Si) mengidentifikasi pelaku usaha muda yang terdampak Covid-19. Pelaku usaha cilok yang berhasil diidentifikasi yaitu saudari Larasati menyebutkan bahwa terdampak Covid-19 karena PPKM yang tak kunjung usai. Salah satu tematik KKN BTV III yang dapat dipilih mahasiwa yaitu Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19. Melalui tematik tersebut mahasiswa KKN diharap mampu membantu pelaku usaha cilok secara maksimal agar dapat bangkit dari pandemi ini.

Saudari Larasati mengatakan bahwa ciloknya merupakan makanan yang kebanyakan digemari kawula muda khususnya perempuan. Cilok yang menggunakan kuah pedas dalam penyajiannya menjadikan produk cilok ini memiliki ciri khas tersendiri. Namun, saudari Larasati menyampaikan adanya situasi pandemi telah membuatnya tak berjualan selama satu bulan lamanya dikarenakan kebijakan PPKM dan tidak menentunya hasil penjualan akibat keterbatasan mobilitas masyarakat selama pandemi Covid-19. Saudari Larasati mengatakan terdapat minat konsumen diluar daerah akan tetapi pasar tersebut belum dapat dijangkau karena adanya keterbatasan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keluhan-keluhan yang didengar tersebut menghasilkan program-program yang disusun mahasiswa KKN agar lebih maksimal dalam membantu saudari Larasati sehingga dapat terus berjuang di kala pandemi yang berkepanjangan. Program yang telah disusun yaitu mengikuti proses produksi, memberikan materi/pelatihan mengenai kemasan plastik maupun kemasan secara umum dan memberikan pengetahuan mengenai penggunaan alat pengemas vacuum sealer untuk produk frozen food.

Pemberian materi oleh mahasiswa KKN dilakukan secara offline maupun online menggunakan Zoom meeting untuk memberikan pemahaman kepada pelaku usaha ataupun masyarakat di Desa Kolor. Terdapat empat kali pemberian materi/pelatihan yang diberikan selama mahasiswa melakukan KKN yaitu peran kemasan pada produk pangan, plastik sebagai kemasan makanan, teknologi pengemasan pangan dan penggunaan vacuum sealer.

Pemberian Materi Kelas KKN Secara Offline dengan mematuhi protokol kesehatan

Awalnya cilok pedas dikemas menggunakan sterofoam dengan bahan tambahan lain seperti kuah dan pangsit yang di masukkan kedalam plastik. Mahasiswa KKN berencana membantu dalam hal branding kemasan cilok agar produk dapat didistribusikan secara luas dan dapat merlebarkan pangsa pasar cilok pedas. Sebelum melaksanakan hal tersebut mahasiswa KKN dan saudari Larasati melakukan uji coba yaitu dengan mengemas cilok pedas dan memodifikasi beberapa komposisi agar produk tetap aman selama proses penyimpanan. Selanjutnya, produk uji coba didiamkan di suhu ruang selama  satu hari berada di lemari pendingin dan dua hari berada di suhu ruang. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui daya simpan yang baik untuk produk. Pada hari ketiga mahasiswa KKN mencoba menyajikan cilok yang telah dikemas selama tiga hari dan produk yang dihasilkan cukup baik. 

Produk cilok  ketika dipasarkan(kiri) Produk cilok dalam kemasan setelah di vacuum/frozen food (kanan)

Kemasan cilok menggunakan plastik vacuum bertujuan agar produk saat proses penyimpanan dapat bertahan lama di suhu ruang atau lemari pendingin (frozen food) sehingga produk cilok pedas dapat dipasarkan secara luas.  Target pasar frozen food pun sudah tidak diragukan karena gaya hidup saat ini yang serba praktis dan efisien. Selain itu, mahasiswa KKN juga melihat peluang dari adanya pembatasan mobilitas masyarakat sehingga akan mengandalkan frozen food. Harapan yang diinginkan mahasiswa KKN yaitu agar pelaku usaha dapat bangkit dan bersaing serta dapat lebih mudah menjangkau pasar yang lebih luas tanpa terhambat oleh adanya pandemi ini.

Ikuti tulisan menarik 1095_ Alfin Drajatiana Wajdi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu