Bolehkah Penggunaan Bahasa Nonbaku dalam Judul Berita?

Minggu, 14 November 2021 16:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bahasa dalam dunia jurnalistik memiliki kekhasan tersendiri cenderung berbeda dengan bahasa-bahasa pada umunya. Bahasa yang digunakan pada judul berita misalnya. Pada judul berita cenderung menggunakan bahasa yang singkat namun menarik bagi pembacanya. Bahasa yang digunakan tersebut meskipun untuk menarik perhatian pembaca tentunya juga harus memerhatikan kebakuan kata yang digunakan. Namun, permasalahannya saat ini penggunaan bahasa nonbaku menjadi solusi yang digunakan jurnalis maupun redaktur untuk menarik perhatian pembaca akibat ketergesaan media online dalam menyampaikan informasi dan ketatnya persaingan untuk meraih perhatian pembaca. Padahal untuk membuat judul berita yang menarik tidak harus menggunakan bahasa nonbaku.

Bahasa dalam dunia jurnalistik memiliki kekhasan tersendiri cenderung berbeda dengan bahasa-bahasa pada umunya. Bahasa yang digunakan pada judul berita misalnya. Pada judul berita cenderung menggunakan bahasa yang singkat namun menarik bagi pembacanya. Bahasa yang digunakan tersebut meskipun untuk menarik perhatian pembaca tentunya juga harus memerhatikan kebakuan kata yang digunakan. Namun, permasalahannya saat ini penggunaan bahasa nonbaku menjadi solusi yang digunakan jurnalis maupun redaktur untuk menarik perhatian pembaca akibat ketergesaan media online dalam menyampaikan informasi dan ketatnya persaingan untuk meraih perhatian pembaca. Padahal untuk membuat judul berita yang menarik tidak harus menggunakan bahasa nonbaku.

Bahasa dalam bidang jurnalistik berbeda dengan bahasa pada artikel ilmiah, jurnal, tesis, dan sebagainya karena bahasa dalam jurnalistik ini memiliki kekhasannya tersendiri. Bahasa pada sebuah judul berita misalnya. Pada judul berita menggunakan prinsip bahasa yang singkat namun relevan dengan isi berita juga bersifat menarik bagi pembacanya. Bahasa yang digunakan tersebut meskipun untuk menarik perhatian pembaca tentunya juga harus memperhatikan kebakuan kata yang digunakan.

Namun permasalahan yang terjadi sekarang ini, karena ketergesaan dalam menyebarkan informasi serta persaingan yang ketat antar media online dalam menarik perhatian pembaca untuk memperoleh banyaknya jumlah klik per halaman berita pada media mereka sehingga menuntut redaktur atau jurnalis menjadikan bahasa nonbaku sebagai pilihan untuk membuat judul yang menarik. Padahal sebenarnya, kemenarikan judul berita tidak harus kata yang digunakan tidak baku agar pembaca meng-klik berita tersebut. Untuk itu, diperlukan upaya sebagai solusi menghindari penulisan bahasa nonbaku pada judul berita dalam media online.

Judul berita merupakan bagian penting dalam sebuah berita karena judul berita bekerja sebagai pemicu daya tarik pembaca, pengantar berita atau gerbang awal bagi calon pembaca untuk membaca keseluruhan berita yang akan diuraikan. Judul berita menjadi perhatian utama untuk menangkap perhatian pembaca online yang umumnya dari kalangan muda dengan melalui gawai ataupun alat seluler lainnya. Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Poynter Institute (2006). Riset menunjukkan bahwa berita utama ( headline ) yang dominan menarik perhatian ketika masuk ke dalam halaman, terutama ketika headline tersebut berada di daerah kiri atas dan teks bukan foto yang membuat pembaca mau memasuki halaman utama ( home page ). Judul yang menjelaskan isi juga memotivasi pembaca untuk membuka laman suatu artikel. Hal tersebut menunjukkan minat yang menyajikan judul-judul berita yang menarik para pembaca online.

Judul berita sebagai suatu pengantar isi berita, harus memenuhi syarat-syarat judul yang baik. Sumadiria (2011) menjabarkan syarat-syarat judul yang baik, di antaranya 1) provokatif, 2) singkat dan padat, 3) relevan, 4) fungsional, 5) formal, 6) representatif, 7) Merujuk pada bahasa baku, dan 8) spesifik. Agar memenuhi syarat judul yang baik tersebut maka judul berita menggunakan gaya bahasa yang baku. Baku di sini, tidak menyimpang dari kaidah makna dan bahasa yang lazim. Judul berita tidak sepatutnya menjadi contoh buruk perilaku berbahasa masyarakat. Etika berbahasa juga perlu diperhatikan dalam membuat judul berita.

Alasan Pemilihan Kata Tidak Baku Pada Judul Berita Online

Pertama, tidak adanya unsur kesengajaan pada jurnalis atau wartawan dalam menggunakan kata tidak baku pada judul berita online guna menarik perhatian pembaca. Penggunaan kata tidak baku pada judul berita dilakukan sebagai alternatif pilihan lain apabila kata tersebut tidak populer dalam telinga masyarakat. Namun, dengan tidak meninggalkan etika kebahasaan. Kemudian, pada proses penyuntingan naskah berita oleh editor biasanya dilakukan penggantian judul sesuai kebutuhannya, apabila ada yang perlu diubah sedikit, ditambahkan, atau dikurangi beberapa kata yang sekiranya perlu untuk disunting.

Kedua, sebagai kata kunci di mesin pencarian. Penggunaan kata tidak baku pada berita online dapat memudahkan calon pembaca mencari berita dengan mengetik kata kunci di mesin pencarian. Biasanya, kata tidak baku yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari di mesin pencarian. Sesuai dengan karakteristik jurnalistik online yang dikemukakan James C Foust menyebutkan Audience Control , di mana pengunjung situs berita online atau pembaca bisa dengan bebas memilih berita yang diinginkan dengan mengetik suatu kata di mesin pencarian, maka mesin pencarian akan menunjukan portal berita mana yang memuat informasi sesuai kata yang diketik. Hal ini sesuai dengan prinsip jurnalistik online yang mampu dipindai dan menavigasi tautan berita.

Ketiga, penggunaan kata tidak baku yang digunakan bukan disebabkan tema berita yang telah diliput wartawan tetapi momen tertentu. Penulisan judul berita dengan memakai kata tidak baku biasanya karena kutipan langsung dari narasumber wawancara diikut sertakan atau biasa disebut narasumber opini. Cara penulisan judul berita apabila opini tersebut mengutip dari narasumber diberi tanda petik (“) yang menandakan opini tersebut dari narasumber bukan dari penulis atau wartawan. Contohnya, MUI Tetap Meskipun Ahmadiyah “Sesat”.

Di samping alasan tersebut penggunaan kata baku tetap penting dalam membuat judul berita. Dikarenakan kata baku memiliki fungsi sebagai pemersatu, sebagai identitas dari orang Indonesia, dan sebagai keinginan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, redaktur berperan besar dalam pemilihan kata yang dipakai untuk judul berita. Kata tidak baku dapat menjadi alternatif pilihan terakhir apabila kata baku tidak familiar atau populer di telinga masyarakat. Untuk itu diperlukan beberapa upaya dalam penerapan penghindaran penulisan kata tidak baku pada judul berita dalam media online.

Pertama, pembendaharaan kata yang dimiliki oleh wartawan maupun jajaran redaksi lainnya harus kaya. Hal lain yang berpengaruh yaitu kata yang disarankan oleh Google sebagai mesin pencarian utama yang digunakan oleh masyarakat untuk memberikan efek besar bagi dunia jurnalistik online.

Kedua, nilai kepatutan akan penggunaan kata tidak baku juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman. Sebab judul berita yang layak dan baik, adalah judul yang tidak menyesatkan, sehingga penulisan judul dimaksimalkan sebaik mungkin. Hal tersebut menjadi komitmen bagi jurnalis untuk tidak memunculkan berita yang menyesatkan.

Ketiga, mengambil substansi atau intisari isi berita, memverifikasi dalam KBBI atau menanyakannya secara langsung kepada redaktur guna meminimalkan penggunaan kata tidak baku.

Dengan beberapa upaya dalam penerapan penghindaran penulisan kata tidak baku pada judul berita dalam media online tersebut diharapkan redaktur atau jurnalis mempertimbangkan penggunaan bahasa nonbaku untuk membuat judul berita yang menarik karena judul yang menarik tidak harus nonbaku. contoh tingkat kepercayaan masyarakat kepada media Indonesia, termasuk media online judulnya berita tidak menjadi buruk perilaku berbahasa masyarakat Indonesia. Tanggung jawab media dalam menyampaikan berita yang benar dengan cara yang baik dapat memengaruhi perilaku bangsa Indonesia secara luas dan mendalam. Sehingga nantinya dunia jurnalistik juga dapat mengedukasi berbahasa Indonesia dengan baik dan benar pada khalayak masyarakat.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Yuha Nuzula

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler