x

(Sumber: http://kumpulan-pelajaran-by-arfa99.blogspot.com)

Iklan

Yuha Nuzula

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 November 2021

Selasa, 9 November 2021 12:44 WIB

Menebak Masa Depan Kebudayaan Lokal Indonesia

Era globalisasi dan serba digital ini telah menimbulkan dilema tersendiri bagi orang Indonesia. Kita ketahui bahwa disatu sisi manusia tidak bisa stagnan selalu hidup dalam keadaan yang tradisional atau hidup serba manual. Tetapi disisi lain, ternyata modernisasi dan globalisasi menimbulkan dampak yang luar biasa pada tergerusnya nilai-nilai budaya Indonesia yang merupakan ciri khas suatu bangsa. Terlihat sekarang ini, tren budaya Korea atau Amerika lebih digemari warga Indonesia. Mengapa kita terkesan meninggalkan kebudayaan lokal kita? Padahal kita memiliki kebudayaan lokal yang berwarna. Seharusnya generasi muda dan seluruh warga Indonesia dapat mengemas kebudayaan lokal secara modern dengan nilai kultural sehingga mendorong keunggulan budaya Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga keanekaragaman budaya lokalnya dan peninggalan sejarahnya  juga memikat perhatian dunia. Hal tersebut karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas berbagai suku dan subsuku bangsa, berbagai macam dialek, adat, tradisi, maupun nilai-nilai luhur budaya. Semua kekayaan itu menjadi aset bangsa yang harus dijaga, dilestarikan, dan dipelihara dengan baik. Selain itu, kebudayaan Indonesia juga menjadi sumber inspirasi karya seni, sumber nilai kehidupan, dan bagian dari pengembangan perekonomian Indonesia.

Namun, di era globalisasi dan serba digital ini telah menimbulkan dilema tersendiri bagi orang Indonesia. Kita ketahui bahwa disatu sisi manusia tidak bisa stagnan selalu hidup dalam keadaan yang tradisional atau hidup serba manual. Tetapi disisi lain, ternyata modernisasi dan globalisasi menimbulkan dampak yang luar biasa pada tergerusnya nilai-nilai budaya Indonesia yang merupakan ciri khas suatu bangsa. Terlihat sekarang ini, tren budaya Korea atau Amerika lebih digemari warga Indonesia. Mengapa kita terkesan meninggalkan kebudayaan lokal kita? Padahal kita memiliki kebudayaan lokal yang berwarna. Seharusnya generasi muda dan seluruh warga Indonesia dapat mengemas kebudayaan lokal secara modern dengan nilai kultural sehingga mendorong keunggulan budaya Indonesia.

Menurut Koentjaraningrat (1996: 73) kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan belajar. Selaras dengan pernyataan Edward Burnett Tylor (dalam Saifuddin, 2005: 82) bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut penulis dari pendapat tersebut, kebudayaan berarti hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dimana perspektif kebudayaan tidak hanya dilihat sebagai suatu bentuk karya secara fisik semata, tetapi juga berupa ide-ide dan pemahaman dalam jiwa manusia dan dijalankan sebagai suatu kebiasaan bersamaan dengan interaksi antar manusia. Oleh karenanya kebudayaan bersifat dipelajari, artinya kebudayaan perlu terus dilestarikan, digaungkan, dan diajarkan oleh masyarakat kepada generasi berikutnya. Apabila tidak, mungkin suatu kebudayaan akan punah secara perlahan dan tergantikan oleh kebudayaan lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dapat dilihat fenomena akhir-akhir ini, budaya Korea yang berkembang pesat dan meluas secara global termasuk di Indonesia yang keberadaannya diterima oleh berbagai kalangan ini disebut sebagai fenomena Korean Wave atau Hallyu. Di Indonesia, fenomena ini sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari pada generasi milenial. Twitter mengumumkan Indonesia berada pada peringkat ketiga setelah Thailand dan Korea Selatan dengan negara yang paling banyak men-tweet terkait artis K-pop sepanjang tahun 2019. Sedangkan untuk menampilkan video K-pop di Youtube berdasarkan negara, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan persentase 9,9% (Won So, 2020). Keberadaan artis K-pop saat ini banyak mempengaruhi selera para milenial dalam beberapa hal. Misalnya, semakin maraknya penggunaan make up Korea, style Korea, konsumsi makanan Korea, lagu Korea, dan lainnya. Selain itu, mereka juga sering menyelipkan kata-kata dengan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari seperti annyeong, saranghae, hyung, dan hwaiting. Fenomena tersebut menunjukkan selain westernisasi kebudayaan Barat, Hallyu atau Korean Wave adalah fenomena baru bentuk globalisasi budaya versi Asia.

Di samping itu, mengutip dari Independent survei menunjukkan kegemaran anak-anak untuk memainkan permainan tradisional kini sudah tergantikan dengan teknologi modern, yaitu bermain gawai atau menonton televisi. Anak-anak berusia 7-12 tahun didapati semakin tak mengenal ragam permainan tradisional. Mobile Legend dan PUBG adalah beberapa contoh game online yang kini sedang digandrungi oleh anak-anak bahkan orang dewasa. Hal tersebut selaras dengan temuan pada survei di kawasan Asia Tenggara (the Asianparent Insights, 2014) yang menunjukkan bahwa 98% responden anak- anak usia 3-8 tahun merupakan pengguna gadget. Hasil survei juga menunjukkan bahwa sebanyak 98% responden anak-anak di Asia Tenggara tersebut menggunakan perangkat seluler sebagai media alat bermain atau aplikasi permainan.

Selain itu, sumber informasi terhadap budaya dan kesenian Indonesia masih kalah banyak dengan sumber informasi budaya negara luar. Hal tersebut kemudian berpengaruh pada ketidaktahuan generasi muda terhadap budaya dan kesenian lokal Indonesia. Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas untuk melestarikan budaya, hanya saja semua pengetahuan masih tersimpan rapi di generasi pendahulu. Tidak ada lagi sumber informasi budaya yang bisa menjadi referensi kaum muda.

Untuk itu, dalam upaya mempertahankan eksistensi kebudayaan lokal dari ancaman globalisasi dan perkembangan teknologi, generasi muda harus didorong agar berpartisipasi dan berkolaborasi secara aktif dalam melakukan berbagai upaya pelestarian budaya. Alasannya karena generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa Indonesia di masa mendatang yang mampu menjadi agen perubahan dan pengawas sosial sehingga diharapkan masa depan budaya Indonesia dapat terjaga, terlestarikan, dan bahkan terkenal di kancah dunia.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh generasi muda untuk melestarikan kebudayaan lokal, antara lain.

  1. Menanamkan kecintaan dan fondasi yang kuat dalam hal tata nilai budaya lokal tanpa harus menutup diri dengan kebudayaan lain sehingga dapat menghadapi pertumbuhan global;
  2. berperan aktif dalam berbagai kegiatan kebudayaan seperti berkontribusi menghasilkan suatu karya atau hanya sekadar berpartisipasi sebagai peserta atau penonton dalam suatu pagelaran kebudayaan;
  3. bangga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai identitas diri; mempublikasikan kebudayaan lokal dan membuat konten kreatif tentang budaya lokal melalui platform media sosial, Youtube, dan media lainnya;
  4. mempelajari sejarah dan kebudayaan lokal melalui buku, karya sastra, film, dan lain-lain;
  5. dan mempraktekkan nilai-nilai luhur budaya, seperti tolong-menolong, santun, toleran, gotong-royong, saling sapa, ramah dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya anak muda, para orang tua pun tidak boleh terlalu banyak menuntut tetapi harus tanggung jawab dalam memberi keteladanan atau nilai-nilai luhur budaya yang baik terhadap generasi muda. Apabila generasi muda bahkan semua warga Indonesia berhasil mempraktikkan upaya tersebut, niscaya kebudayaan lokal nusantara perlahan tapi pasti akan lestari, berkembang, dan menjadi kebanggaan masyarakarat Indonesia. Tidak hanya itu, apabila para pemuda memiliki fondasi yang kuat terhadap nilai-nilai luhur budaya lokal serta memiliki rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan nusantara tanpa harus menutup diri dengan kebudayaan lain maka akan membuat para generasi tidak gagap ketika menghadapi sebuah era yang memiliki tantangan secara global. Maka, ketika mereka menyerap budaya dari barat (nilai positif) dengan dibersamai fondasi budaya nusantara secara utuh akan menjadi sinergi yang kuat untuk membangun sebuah generasi yang tahan dalam setiap gempuran dan ancaman globalisasi. Bisa jadi pula berkat usaha generasi muda  bekerja sama dengan pemerintah dalam menggaungkan budaya lokal nusantara dapat menjadikan budaya lokal menjadi budaya global.

Ikuti tulisan menarik Yuha Nuzula lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu