Makna Tersimpan dalam Puisi Jarak

Jumat, 19 November 2021 06:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Makna yang tersimpan dalam salah satu puisi karya Bapak Sapardi Djoko Damono yang berjudul Jarak, menceritakan sepasang sahabat yang memiliki jarak berjauhan membuat mereka terhalang untuk berjumpa.

dan Adam turun di hutan-hutan/mengabur dalam dongengan

dan kita tiba-tiba disini/tengadah ke langit; kosong sepi

Karya Bapak Sapardi Djoko Damono yang terkenal hingga saat ini, salah satunya seperti puisi dengan judul jarak. Puisinya sering kita jumpai hingga saat ini pada buku Hujan Bulan Juni. Bapak Sapardi Djoko Damono atau yang kerap disapa SDD, merupakan putra pertama dari pasangan Bapak Sadyoko dan Ibu Saparian. Beliau juga termasuk sebagai seorang pujangga, penyair, dosen, pengamat sastra dan kritikus sastra yang terkenal pada saat itu. Dan juga terkenal melalui berbagai macam puisi yang telah dibuat olehnya. Beberapa puisi diantaranya telah populer hingga sekarang, dan tentunya banyak anak muda sekarang yang menikmati puisi Bapak Sapardi Djoko damono. Bapak Sapardi lahir di Kota Surakarta tepat pada tanggal 20 Maret 1940, dan memiliki seorang istri yang bernama Ibu Wardiningsih.

Pada salah satu puisi karya Bapak Sapardi yang berjudul jarak, terdapat sebuah inti cerita yang menceritakan tentang sepasang sahabat atau kekasih, berawal dengan kalimat dan Adam turun di hutan-hutan. Pada kalimat dan yang terdapat pada puisi dengan judul Jarak ini menunjukkan sebuah makna bahwa pada kisah nyata yang telah lampau seperti pada zaman ketika Nabi Adam yang diciptakan sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi. Yang tidak diketahui lebih jelasnya dimana tempatnya ketika ia diturunkan ke bumi. Pada Puisi dengan judul Jarak ini juga bisa kita ketahui bahwa jarak antara zaman kita dengan zaman Nabi Adam yang telah lampau tentu sangatlah jauh.

Pada puisi bagian dan Adam turun di hutan-hutan/mengabur dalam dongengan. Memiliki makna bahwa kita tidak mengetahui yang lebih jelasnya perihal bapak kita (Adam) turun dari syurga kemana. Dan kemudian dalam puisi tersebut dijawab dengan jawaban di hutan-hutan. Kemudian muncul beberapa pendapat, ada orang yang berpendapat bahwa Adam turun ke bumi dibagian hutan dan sebagainya. Dan pada akhirnya cerita bapak kita (Adam) ini banyak orang yang berpendapat antara yang benar dengan yang salah. Dan pada puisi bagian dan kita tiba-tiba disini/tengadah ke langit kosong; sepi. Memiliki makna yang menerangkan bahwa keberedaan kita sekarang di bumi seakan-akan hanya muncul dalam sekejap, dan ketika kita melihat ke langit ternyata tidak ada apapun.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Syaniba Khuzaifah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Interaksi Sosial di Lingkungan Masyarakat

Minggu, 2 Januari 2022 21:56 WIB
img-content

Kondisi Ekonomi Indonesia di Era Pandemi

Senin, 27 Desember 2021 14:24 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua