x

Iklan

Astria Sastra Dewi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 November 2021

Senin, 22 November 2021 19:30 WIB

Mawar Merah Klasik

Di suatu pagi yang penuh aroma bunga, pria itu datang bersama keindahan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jajaran bunga beragam warna selalu mengawali pemandangan paginya, pun tiada aroma tanpa wangi bunga yang berembus ke hidungnya. Kupu-kupu senantiasa berkunjung tiap gerai itu dibuka, sebuah toko di sudut kota yang penuh dengan bunga. Toko itu bernama Rosa Florist.

Si gadis baru saja menyimpan pot terakhir yang dia jajarkan di luar tokonya. Hari ini pun cuacanya bersahaja, pikirnya. Tetapi nyatanya cuaca apapun yang ditunjukan gumpalan putih di atasnya akan selalu dia sambut suka cita.

Mata indahnya melihat ke seberang jalan, pada sesosok pria berjas putih yang melenggang ke arahnya. Dan seketika dia ingin mengutuk otaknya, berani sekali tiba-tiba membayangkan menjadi putri negeri dongeng yang dinikahi pangeran berkuda putih untuk kemudian hidup bahagia selamanya. Ah, tapi dia berpikir dia tidak salah-salah juga, karena keanggunan seseorang kadang memang bisa menjadi sesuatu yang membuat terlena.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dan gadis itu benar-benar berhenti bernapas saat pria itu berhenti di hadapannya.

“Rosa ... Florist? Apa itu diambil dari nama pemiliknya?” pria itu bersuara, suara yang dalam, bariton yang maskulin, yang berusaha dibalas sambil mengatur napas oleh gadis di depannya.

“Ah, uhm ... iya,” gadis itu mendadak tak yakin dengan kemampuannya berbicara, “itu nama saya,” cepat-cepat dia menambahkan, “ah, apakah Anda sedang mencari bunga?”

“Hm, sepertinya begitu. Menurutmu mana bunga yang paling cantik?”

“Uhm ... bagi saya semuanya cantik, kalau Anda berkenan, boleh saya tahu untuk siapa bunganya? Mungkin saya bisa membantu memilihnya.”

“Untuk seorang wanita.”

Tentu saja, pikir gadis itu. Pria tampan yang berdandan rapi di Sabtu pagi semacam ini memang kemungkinan besar akan menemui wanitanya! Kenapa dia tiba-tiba berharap bunga itu untuk ibunya, atau adiknya, atau untuk kumbang peliharaannya?

Gadis itu melirik bunga-bunganya, membelai salah satu di antaranya lalu menjelaskan hal-hal semacam makna bunga dengan kalimat lancar tanpa jeda, lebih dari fasih, seolah bunga-bunga itu adalah sahabat sejati yang sudah sehidup semati dengannya. Si pria serius memperhatikan, alisnya sedikit mengernyit saat dilihatnya ekspresi gadis itu tampak lebih berwarna saat menjelaskan bunga-bunga tertentu.

Bunga klasik mawar merah dengan baby’s breath di sekelilingnya, adalah yang gadis itu rangkaikan untuk si pria. Dia selalu bahagia merangkai bunga, namun saat ini ada sesuatu semacam duri kecil yang mengganggu kebahagiannya. Hanya sebuah duri kecil, tidak sakit dan tidak terlalu mengganggu tapi bagian runcingnya mampu menimbulkan gelenyar rasa tusuk yang menyebalkan. Apa dia sedang iri pada siapapun wanita beruntung yang akan mendapatkan bunga ini? Jika itu benar maka dia harus lebih banyak belajar lagi sebagai seorang florist.

“Sudah selesai ... silakan ....” Pria itu mengambilnya, dengan perlahan mencium aromanya lalu meletakan bunga itu ke meja di depannya untuk mengambil dompet dan memilah bayaran bagi sang florist.

“Terima kasih ... silakan berkunjung lagi ...” ucap ramah si gadis yang menerima bayaran, lalu ketika laki-laki itu sudah beberapa langkah menjauh dia tertegun menyadari sesuatu.

“Ah, Tuan ... bunganya ...” Cepat-cepat dia mengambil bunganya dengan hati-hati dan menyusul si pelanggan, tapi-

“Itu untukmu.”

Eh?

Belum ada yang bergerak dari posisinya, namun si gadis berusaha berkata-kata untuk menguncapkan, “Tapi ... bunga ini-“ yang langsung mendapat balasan berupa, “’Mawar merah yang merupakan lambang cinta paling sempurna dan sangat cocok untuk diberikan pada wanita yang penuh keanggunan, jika digabung dengan kemurnian baby’s breath akan menjadi hadiah paling istimewa untuk wanita yang juga istimewa', aku sudah mendengarnya tadi.”

Menanggapi si gadis yang masih termenung, si pria sekilas menyunggingkan senyum dan berkata sebelum berlalu, “Aku akan berkunjung lagi besok.”

 

Ikuti tulisan menarik Astria Sastra Dewi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu