x

Semiloka keberhasialan guru dalam pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus

Iklan

Rusi Untari TV

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Selasa, 30 November 2021 23:14 WIB

Sejuta Potensi dan Prestasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus yang Belum Kita Ketahui

Artikel ini mengenai anak berekebutuhan khusus bahwa mereka memiliki segudang prestasi dan potensi hanya saja kita yang belum mengetahuinya. Terkadang banyak orang yang hanya memandang anak tersebut sebelah mata. Pada artikel ini mematahkan sudut pandang mengenai Anak Berekebutuhan Khusus tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal jika kita ketahui mereka memiliki potensi yang begitu besar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anak adalah sebuah anugerah dan amanah yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap insan manusia mengingankan  anak yang terlahir dengan sempurna. Padahal Tuhan menciptakan bayi yang baru lahir dengan sempurna. Hanya saja kita amanah atau tidak menjaganya. Terkadang manusia hanya bisa menilai dan menjudge saja, Ia lupa yang berhak menilai adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Berbicara mengenai Anak disini akan membahas mengenai Anak Berkebutuhan Khusus.  Seperti halnya pengertian Anak Berkebutuhan Khusus menurut ahli Frieda Mangunsong (2009) bahwa :"Anak yang menyimpang dari rata - rata anak normal dalam hal; ciri - ciri mental,kemampuan; kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial danemosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal - hal diatas;  sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas - tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.

Oleh sebab itu Anak Berkebutuhan Khusus berhak mendapatkan pendidikan. Mengenai pendidikan khusus telah dipayungi hukum seperti halnya pada pasal 5 ayat (2) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi  “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Artinya Anak Berekebutuhan Khusus itu memiliki hak untuk dapat memperoleh pendidikan. Dan pendidikan tersebut dinamakan pendidikan khusus. Dan  pendidikan  khusus itu sendiri ada 6 jenis yaitu:

  1. SLB A untuk anak tuna netera yang mengalami hambatan penglihatan dalam hal ini biasanya guru mengajarkannya dengan huruf braille,huruf timbul ,rekaman suara, orientasi mobilitas dll.
  2. SLB B untuk anak tuna rungu yang mengalami hambatan pendengaran dalam hal ini biasanya guru mengajarkannya berkomunikasi dengan Isyarat tangan dll  atau dalam hal ini untuk mempelajari bahasa menggunakan Metode Maternal Reflektif yang disingkat dengan sebutan MMR. MMR itu ada 3 jenis yaitu : Percakapan dari hati ke hati (Perdati), Percakapan membaca ideovisual (Percami), dan Percakapan linguistik (Percali). Selain itu anak tuna rungu mengikuti program layanan untuk menditeksi, mengidentifikasi bunyi dan lain – lain. Program itu disebut dengan Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama yang disingkat dengan (PKPBI).
  3. SLB C untuk anak tuna grahita yang mengalami hambatan intelektual biasanya anak tunagrahita diajarkan bina diri bagaimana ia bisa merawat dirinya sendiri. Hal ini diperuntukan melatih kemandiriannya.
  4. SLB D untuk anak tuna daksa yang mengalami gangguan gerak sepertihalnya kelainan pada tubuh yang dimana bawaan dari lahir, kecelakaan dan lain-lain. Hal ini tugas guru untuk  mengembangkan potensi anak tersebut. Selain itu guru memberikan pembelajaran menegnai ia merawat diri secara mandiri dan menumbuhkan kepercayaan pada dirinya dengan kondisi yang dialaminya.
  5. SLB E untuk anak tuna laras yang mengalami hambatan dalam pengendalian emosi sehingga mereka tingkahlakunya tidak sesuai norma atau aturan. Misalnya mereka mudah marah, mudah tersinggung dan bertingkah tidak sesuai aturan karena sering membuat masalah. Hal ini guru melakukannya agar anak tersebut sesuai norma tingkah lakunya dan dapat mengendalikan emosi. Menurut keterangan Dr. Shawna Charles, yang mendapatkan gelar PhD nya di bidang Psikologi dari Walden University beliau mengungkapkan bahwa keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental yang baik. Olahraga dapat mengurangi stress, kecemasan, gejala depresi dan lain-lain. Artinya anak tuna laras bisa dikendalikan emosinya dengan berolahraga.
  6. SLB G untuk anak tuna Ganda  yang mengalami kelainan lebih dari satu. Misalnya seorang anak mengalami tuna rungu dan ia juga tuna grahita dan sebagainya. Dalam hal pembelajaran anak tersebut dapat disesuaikan dengan kelainan yang dialaminya.

Dari pernyataan diatas kita dapat memahami berbagai jenis pendidikan dan kekhususan pada anak berkebutuhan khusus. Mungkin terkadang orang berpikir bahwa anak berkebutuhan khusus ia monoton tidak bisa melakukan apa – apa padahal jika kita mengetahuinya bahwa mereka  sebenarnya memiliki potensi yang begitu besar yang belum tentu kita bisa melakukannya. Karena sering sekali orang mengukur kecerdasan seseorang dari akademiknya di lupa bahwa kecerdasan seseorang berbeda –beda sehingga ia mengabaikan kecerdasan lainnya. Bisa saja anak tersebut menonjol di akademik tapi belum tentu ia menonjol di bidang seni, dan sebaliknya anak tersebut menonjol dibidang senin namun tidak bisa di bidang akademik. Ataukah anak terseut mampu mengikuti beberapa aspek seperti seni, olahraga dan akademik. Oleh sebab itu tugas kita sebagai pendidik adalah bagaimana kita dapat mengasah otak kiri dan otak kanan pada peserta didik kita. Karena mereka memiliki potensi yang begitu besar terkadang kita lupa, sehingga kefokussan kita hanya di akademik saja padahal  kecerdasan mereka bisa saja di non akademik.

otak neuroseince

Jika kita melihat pada gambar diatas  begitu banyak ruang pada otak manusia ada akademik dan non akademik. Dari gambar tersebut akademik pada warna hijau (memory), sebenarnya jika kita melihat gambar tersebut masih banyak ruang pada otak kita. Ruang yang paling besar adalah pada warna kuning (vision) yang memiliki jiwa usaha atau pengusaha dan sebagainya. Seperti halnya pada anak tunagrahita yang bermasalah di akademiknya namun mereka bisa mengembangkan potensinya seperti olahraga, seni dan lain-lain. Dan begitu pula pada anak tuna rungu,daksa,netera meskipun mereka tidak bermasalah di akademiknya namun mereka bisa diasah kemampuannya atau potensinya sesuai dengan bidangnya. Serta juga dengan anak pada  tuna ganda dan laras mereka juga bisa diasah potensinya. Seperti halnya yang diterangkan oleh Dr. Shawna Charles, yang mendapatkan gelar PhD nya di bidang Psikologi dari Walden University beliau mengungkapkan bahwa keterkaitan antara kesehatan fisik dan mental yang baik. Olahraga dapat mengurangi stress, kecemasan, gejala depresi dan lain-lain. Artinya anak tuna laras bisa dikendalikan emosinya dengan berolahraga. Jika dilatih atau diasah terus berolahraga maka anak tersebut bisa menjadi atlet. Sebenarnya anak berkebutuhan khusus memiliki segudang potensi yang menjadikannya berperstasi. Hanya saja kita belum mengetahuinya dan mengasahkannya dengan maksmimal. Dan itulah tugas kita semua sebagai pendidik bagaimana kita bisa mengembangkan potensi pada peserta didik. Seperti halnya tokoh – tokoh dunia yang begitu hebat  seperti Albert Einstein dan petinju Muhammad Ali mengalami disleksia, serta Nick Vujicic mengalami Tetra-amelia Syndrome sehingga tubuhnya tidak bisa membesar. Meskipun demikian tokoh –tokoh tersebut membuktikan kepada dunia bahwa setiap manusia memiliki potensi dan keterbatasan bukanlah menjadi penghalang. Dan ini adalah salah satu foto pada saat kegiatan SEMILOKA Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Mereka membuktikan memiliki potensi yang begitu besar. Seperti halnya pada Avi cenna down syndrom namun ia memiliki potensi bermain biola. dan pada kakak wanita yang satu ini meskipun ia tunarungu tetapi ia memiliki potensi dalam mendesign dan membatik baju.

Sejuta Potensi Dan Prestasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus Yang Belum Kitaketahui

Untuk mengajar pada anak berekebutuhan khusus hal yang utama adalah niat dari hati yang tulus. Banyak bergelar pendidik tapi belum tentu jiwanya pendidik. Ketika kita menemui anak berkebutuhan khusus di lingkungan kita maka hal yang utama adalah niat dari hati. Dan rasa ketika kita menggunakan perasaan maka mereka akan tersentuh dalam belajar dan mengimajinasikannya didalam kelas. Lalu maksimalkanlah jaringan saraf dan panca indra untuk mendapatkan  memory jangka panjang. Seperti media yang konkret. Setelah itu lihatlah potensi pesreta didik kita ada dimana maka disitulah kita akan mengasahnya. Dan dalam pembelajaran berilah apresiasi dengan mengatakan kamu hebat dan pintar. Maka pembelajaran akan jauh lebih maksimal.

Ikuti tulisan menarik Rusi Untari TV lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler