x

Jendela di malam hari

Iklan

Arif Wibowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Kamis, 2 Desember 2021 15:29 WIB

Kebebasan Menghadirkan Daya Bayang

Merdeka belajar dalam pembelajaran karya sastra

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Entah mengapa sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya tidak terlalu antusias ketika belajar Bahasa Indonesia, apalagi materi yang dibahas tentang puisi. Padahal, sebagian orang merasakan kegembiraan dan keasyikan jika belajar tentang puisi. Namun perasaan sebagian orang itu tidak saya alami. Sebaliknya, saya selalu merasa kesulitan jika belajar puisi, terutama pada bagian submateri menulis puisi. Tentu saja hal tersebut membuat antusias saya berkurang untuk belajar Bahasa Indonesia pada umumnya. Dan ini berakibat kepada nilai Bahasa Indonesia saya cenderung tidak lebih baik dari pelajaran lainnya.

Keadaan di atas terus berlanjut, hingga saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), nilai Bahasa Indonesia saya tak kunjung lebih baik dari nilai-nilai pelajaran lainnya, bahkan dari nilai pelajaran ekonomi/akuntansi sekalipun. Padahal jika dipikir-pikir, belajar Bahasa Indonesia khususnya puisi itu terbilang mudah, karena tidak melibatkan angka atau rumus di dalamnya. Sebetulnya apa yang menyebabkan hal ini bisa tejadi? Pertanyaan tersebut tidak terjawab sampai saya lulus SMA.

Singkat cerita, saya diterima di sebuah perguruan tinggi negeri dan kuliah di program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat kuliah tersebut saya mendapatkan jawaban dari permasalahan di masa lalu, yaitu tentang sulitnya menerima materi Bahasa Indonesia terutama submateri puisi. Saya menerima materi yang menurut saya antimainstream atau out of the book terkait metode dan teknik pembelajaran puisi. Para dosen mengajarkan kebebasan berekspresi dalam proses menulis puisi, memberikan kebebasan memilih simbol atau lambang yang ada di sekitar untuk dijadikan inspirasi dalam puisi yang akan di buat, bahkan memberikan kebebasan memilih tempat belajar (di luar ruang kelas) untuk menulis puisi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bisa kita bayangkan, ketika kita diberi kebebasan untuk berekspresi, memilih simbol di sekitar, dan memilih di luar kelas untuk belajar, maka seketika itu pula banyak inspirasi yang muncul. Entah itu dari angin yang berhembus, dari hijaunya pepohonan, dari birunya langit yang membentang, bahkan dari riuh ramainya orang-orang yang berlalu-lalang di hadapan kita. Semuanya membawa inspirasi bahkan menghadirkan imaji yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya saat kita belajar di dalam ruang kelas.

Dari kebebasan tersebut, seolah tangan ini ada yang menuntun untuk merangkai kata sehingga menjadi untaian puisi yang menurut saya indah dan mewakili perasaan. Dari proses itu, sampai sekarang, antusias saya meningkat untuk belajar puisi terutama menulis puisi. Metode dan Teknik pembelajaran ini ternyata mampu menjawab pertanyaan di masa lalu, tentang antusias yang kurang saat belajar puisi.

Dengan tidak menyalahkan proses pembelajaran di sekolah saat itu, bahwa ternyata terjadi miskonsepsi terhadap paradigma pembelajaran puisi. Hal bisa terjadi karena banyak faktor, dan menjadi hal yang lumrah atau wajar, karena pada dasarnya bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang sesuai perkembangan zaman.

Saat ini saya menjadi guru di sebuah Sekolah Menengah Pertama yang lokasinya di sekitar Desa Adat Baduy, Lebak, Banten. Sekolah ini berada di tengah perbukitan dan gunung-gungung serta pemandangan hutan yang asri, indah, dan hijau.

Saya mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Saat materi menulis puisi, saya memberi kebebasan kepada siswa untuk keluar kelas dan memilih duduk-duduk di halaman sekolah sambil menatap pemandangan yang asri, indah, dan hijau tadi.. Hal ini dilakukan agar para siswa mendapatkan inspirasi dari alam sekitar sehingga mampu menghadirkan daya bayang atau pengimajian yang begitu kuat dan nyata bagi siswa. Ketika imaji siswa sudah kuat dan nyata, maka mereka akan dengan mudahnya menuangkan diksi-diksi yang indah ke dalam bait puisi yang mereka tulis.

Saya meyakini bahwa dengan memberikan kebebasan ruang kepada siswa saat belajar menulis puisi, maka saat itu pula siswa merasa bebas menangkap ide, gagasan, dan simbol-simbol inspirasi yang hadir di hadapan mereka. Yang mana hal ini tidak akan mereka dapatkan saat belajar dan duduk di dalam kelas. Selain itu, kebebasan ini pula mampu meningkatkan potensi imaji siswa dan pada akhirnya siswa mampu menulis puisi dengan inspirasi yang mereka dapatkan dari apa yang mereka alami dan rasakan sendiri.

Selain itu kebebasan ruang ini bisa menambah rasa ketertarikan dan motivasi siswa saat belajar di sekolah, karena selama ini pada umumnya, siswa belajar di dalam kelas yang bisa saja menimbulkan rasa jenuh dan monoton. Semoga apa yang saya lakukan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk rekan-rekan guru.

Ikuti tulisan menarik Arif Wibowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu