x

Iklan

Ade Gustiawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Desember 2021

Kamis, 2 Desember 2021 17:25 WIB

Penerapan Merdeka Belajar di SMAIT Al Ittihad Pekanbaru


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penerapan Merdeka Belajar di SMAIT Al Ittihad Pekanbaru

Oleh : Ade Gustiawan, S.Pd

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak covid-19 melanda di Indonesia pada bulan maret 2021, pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah mulai ditiadakan. Pemerintah Kota pekanbaru sebagai salah satu kota dengan status zona merah dengan terpaksa menghentikan atau membatasi aktivitas yang melibatkan kontak fisik, salah satunya yaitu proses belajar dan mengajar.

Karena kondisi tersebut, SMA IT Al-Ittihad tempat saya bekerja sebagai guru, harus menghentikan juga proses pembelajaran secara tatap muka. Sekolah berusaha mencari berbagai cara agar proses pembelajaran tetap berjalan karena merupakan kebutuhan penting bagi peserta didik.

Guru bersama kepala sekolah berusaha menemukan metode yang efektif untuk menghadapi situasi yang tidak kita duga ini. Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam berbagai pelatihan-pelatihan khususnya penggunaan teknologi sebagai media untuk melakukan proses pembelajaran.

Akhirnya, kami memilih metode menggunakan aplikasi tatap muka virtual/video konferensi dan penggunaan Learning Management System (LMS). Aplikasi tatap muka virtual dapat memfasilitasi guru dan peserta didik untuk tatap muka secara virtual secara audio visual sedangkan LMS dapat menjadi tempat guru untuk memberikan bahan ajar berupa video dan penilaian-penilaian yang interaktif. 

Metode menggunakan aplikasi tatap muka virtual dilakukan sebagai pengganti pertemuan seperti biasanya di kelas. Namun untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, kami memanfaatkan hari-hari besar nasional untuk anak-anak berkarya dan ditampilkan pada saat tatap muka virtual. 

Contohnya ketika hari sumpah pemuda di bulan oktober, peserta didik diminta untuk menampilkan bakatnya sebagai pemuda dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda. Peserta didik diminta secara berkelompok untuk menampilkan karyanya. Ada yang menampilkan karya seperti berkolaborasi membacakan kalimat sumpah pemuda dengan berbagai bahasa daerah, membuat pantun, puisi, syair, pidato dan lain sebagainya dengan tema sumpah pemuda. 

Aplikasi aplikasi tatap muka virtual memiliki fitur breakout room yang dapat membagi ruangan pertemuan virtual sehingga dapat dijadikan sarana peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompoknya. Para siswa diberikan waktu untuk menentukan peran dan berkolaborasi menampilkan bakatnya kemudian pada pertemuan yang lain diminta untuk menampilkan kreativitas mereka melalui tatap muka virtual.

Kemampuan aplikasi tatap muka virtual yang mampu menampung ratusan siswa sekali pertemuan dapat dijadikan wadah peserta didik yang lain untuk menjadi penonton dan penyemangat teman-temannya yang sedang menampilkan karyanya. Peserta didik juga bisa kita jadikan tim yang menilai hasil karya dari teman-temannya.

Aplikasi selanjutnya yaitu penggunaan LMS yang dapat dijadikan sarana bagi guru untuk menyimpan dan menampilkan bahan ajar kepada siswa. Di LMS juga dapat membuat presensi atau daftar hadir peserta didik. LMS yang digunakan SMA IT Al-Ittihad mempunya fitur membuat video interaktif yang bisa memuat pertanyaan ketika video berjalan, selain itu ada berbagai variasi penilaian yang bisa digunakan seperti membuat pertanyaan pilihan ganda, tebak kata, mencocokkan jawaban dan lain sebagainya.

Penggunaan aplikasi tatap muka virtual dan LMS dapat dikombinasikan dengan cara menginstruksikan siswa untuk belajar mandiri dengan bahan ajar yang disediakan oleh guru di LMS berupa video, modul dan latihan mandiri kemudian di ketika pertemuan di aplikasi tatap muka virtual guru dapat berdiskusi dengan siswa tentang materi yang belum dipahami atau sebagai media untuk mempresentasikan hasil diskusi dan karya peserta didik.

Tantangan dan kendala yang dihadapi dengan metode ini yaitu aplikasi tatap muka virtual sangat membutuhkan jaringan yang kuat dan stabil. Keadaan demografi siswa yang berbeda-beda tempat tinggalnya membuat kondisi jaringan antar siswa bervariatif. Komunikasi akan terputus ketika jaringan tidak stabil sehingga membuat proses pembelajaran yang telah direncanakan menjadi terganggu karena harus menunggu jaringan kembali stabil sehingga proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien.

Tantangan selanjutnya adalah keadaan peserta didik yang harus belajar sendiri dengan menatap perangkat membuat sebagian mereka kehilangan motivasi  belajar karena tidak adanya pengawasan atau tidak adanya teman belajar. Kondisi ini diperparah dengan kondisi mata sebagian siswa yang tidak kuat untuk menatap layar telepon genggam atau komputernya dengan durasi yang lama. 

Tantangan atau kendala yang terakhir yaitu kebutuhan terhadap biaya kuota yang cukup besar untuk penggunaan aplikasi-aplikasi belajar daring yang telah disebutkan. Sementara sebagian peserta didik secara ekonomi keluarganya terdampak pandemi covid-19 seperti usaha keluarga yang gulung tikar dan penurunan pendapatan.

Metode belajar secara daring dengan segala tantangan dan keterbatasannya  yang kami terapkan kami rasakan cukup efektif dengan keadaan tidak normal yang dihadapi dunia saat ini. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang tetap tinggi walaupun terjadi penurunan pada tingkat kehadiran siswa karena masalah jaringan atau kondisi perangkat rusak. Sebagian besar peserta didik tetap antusias mengikuti pembelajaran secara daring aplikasi tatap muka virtual yang dilihat dari keaktifan peserta didik melakukan diskusi dengan guru dan teman. 




Profil Penulis

Ade Gustiawan, S.Pd adalah seorang guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMAIT Al-Ittihad Pekanbaru. Motto hidupnya adalah “Pembelajar sepanjang hayat”.

Ikuti tulisan menarik Ade Gustiawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler