x

Iklan

Asri Juli

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Desember 2021

Jumat, 3 Desember 2021 04:56 WIB

Berguru pada Tetanggaku

Artikel ini merupakan pengalaman penulis dalam menerapkan konsep merdeka belajar pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di lingkungan masyarakat pra sejahtera.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untuk memiliki keterampilan hidup seseorang memerlukan sebuah proses belajar yang berlangsung seumur hidupnya. Romo Mangun menyebutnya “belajar sejati” yang berarti belajar sebagai bentuk kesadaran yang tidak akan berhenti meskipun sekolah telah usai. Untuk bisa mengantar anak pada belajar sejati diperlukan suasana hati merdeka dimana belajar bisa tanpa tekanan dan paksaan. (Yosef Dedy Pradipto)


Sekelumit kebingungan yang saya hadapi ketika tiba-tiba saja salah seorang kerabat menawari saya untuk memimpin sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di sebuah daerah pinggiran Kota Bandung. Tak banyak yang dimiliki lembaga ini, sebuah ruangan berukuran 3 x 8 meter yang menempel pada bangunan masjid dan sedikit halaman yang digunakan untuk menyimpan APE luar seperti ayunan dan perosotan yang terletak di dalam gang di kawasan padat penduduk. 
Tidak hanya itu, kondisi masyarakat sekitar umumnya berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Umumnya, masyarakat bekerja sebagai buruh pabrik, buruh harian, kuli bangunan, pedagang kecil, pengemudi ojek dan angkutan umum serta asisten rumah tangga. 
Tawaran tersebut tentu saja tidak disertai iming-iming gaji besar dan kesejahteraan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi saya untuk menolak. Dengan besar hati saya mencoba menetapkan hati untuk berkontribusi secara positif pada dunia pendidikan.
Sebuah optimisme dalam pikiran saya saat memutuskan menerima tantangan ini bahwa di tengah segala keterbatasan saat ini, kami tetap bisa memberikan layanan terbaik bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk masyarakat sekitar.


Kelasku seluas alam
Keterbatasan ruangan untuk melayani puluhan siswa dengan tiga jenjang layanan anak usia dini memaksa saya memutar otak untuk mencari solusi dari hal tersebut. Hanya ada satu ruangan yang disekat oleh rak kayu yang tentu saja saat belajar secara bersamaan suara anak saling bersahutan dan menghasilkan kebisingan. Belum lagi aktifitas anak di usianya bermain sangat aktif, terkadang mereka berlari, meloncat, berguling-guling dan berbagai kegiatan yang seyogyanya itu adalah bagian dari tugas perkembangan anak yang tidak bisa dibatasi oleh ruangan dan larangan guru.
Karena itulah, muncul gagasan untuk memindahkan kelas ke lingkungan sekitar dengan prinsip belajar bisa dimana saja. Sejak saat itulah, pembelajaran anak usia dini tidak lagi hanya dilakukan di dalam kelas. Melalui program “Kuliring Lembur” yang telah kami susun pada saat rapat tahun ajaran baru, pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan berbagai ruang yang ada di sekitar sekolah seperti lapangan, balai RW, masjid, kolam ikan, kebun, sawah, kantor polisi, teras rumah tetangga, puskesmas, poskamling, lapangan parkir, villa milik tetangga dan lain sebagainya.
Para pendidik di satuan PAUD telah memahami dampak positif dari pemindahan ruang belajar ke lingkungan sekitar bagi pembelajaran anak usia dini. Pendidik juga telah mengganti kebiasaan perencanaan pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam ruangan tertutup kini dialihkan ke ruangan terbuka dengan ragam kegiatan main yang dilaksanakan pun dilakukan di ruang terbuka tersebut. Awalnya, para pendidik cukup sulit untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru yang diterapkan. Namun seiring dengan proses pendidik menjadi semakin terbiasa dan memahami esensi dari pemanfaatan ruang/tempat di lingkungan sekitar tersebut bagi anak-anak.
Pembelajaran yang tadinya hanya dilakukan di dalam kelas, kini menjadi semakin bervariasi. Hampir setiap hari kami berganti-ganti tempat belajar. Terkadang, pembelajaran dilakukan di tempat pengumpulan sampah saat jadwal penarikan sampah. Anak-anak diajak mengamati para petugas yang sedang bekerja memilah sampah, mengajak mereka berkomunikasi dengan para petugas, dan mengajak anak untuk turut serta mengumpulkan sampah. Adakalanya pembelajaran dengan tema tertentu seperti tema profesi dilaksanakan di kantor polisi terdekat yang tentu saja sebelumnya pihak sekolah sudah berkoordinasi dengan pihak terkait dan mengurus administrasinya terlebih dahulu. 
Pembelajaran di kolam, sawah, kebun dan hutan selalu memiliki daya tarik bagi anak-anak. Mereka selalu antusias dan semangat walaupun harus berjalan ratusan hingga ribuan meter. Selalu ada keceriaan saat mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi alam. Tak jarang, mereka pulang dengan pakaian yang basah dan kotor serta berbekal banyak cerita yang siap ditumpahkan pada ayah dan bundanya di rumah. Lelahnya berjalan dan bermain menjadi sebuah cerita indah untuk dibahas kepada orang tua saat pertemuan orang tua nanti. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Masyarakat adalah guruku
Keterbatasan sarana dan prasarana juga disertai dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh lembaga. Bergantung pada dana Bantuan Operasional Pendidik (BOP) dari pemerintah tentu belum mencukupi semua kebutuhan operasional sekolah terutama honor pendidik dan tenaga kependidikan. Baik pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan PAUD merupakan tenaga relawan yang mengabdikan waktu dan tenaganya untuk mendidik anak usia dini.
Dalam melayani 30 sampai 40 orang anak, satuan PAUD hanya memiliki 3 orang pendidik dengan kualifikasi pendidikan SMA/Sederajat dan seorang tenaga kependidikan dengan kualifikasi pendidikan S2. Namun, hal tersebut tidak menjadi halangan bagi satuan paud untuk tetap memberikan layanan terbaik. Melalui program “Natangga” yang telah dirancang sebelumnya, satuan PAUD berusaha memfasilitasi pembelajaran dengan memanfaatkan potensi masyarakat sekitar sebagai sumber belajar anak. 
Potensi masyarakat di sekitar lingkungan PAUD adalah sebuah aset bagi pembelajaran PAUD yang bermakna. Program “Natangga” dirancang agar anak dapat belajar sesuatu dari tetangga di sekitar lingkungan sekolah sesuai dengan potensinya masing. Setiap anggota masyarakat pasti memiliki keterampilan tertentu yang bisa diajarkan kepada anak. Maka, hal itulah yang coba dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Semua masyarakat di sekitar lingkungan PAUD dapat menjadi pendidik bagi anak-anak dengan memberikan keterampilan positif bagi anak-anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat usia.
Saat program “Natangga” ini dimulai, kami mengajak anak-anak mengunjungi penjual ikan air tawar di dekat sekolah. Disana anak mengamati ikan-ikan di dalam kolam, mengamati proses bertransaksi dan bertanya jawab bersama penjual ikan seputar ikan dan penjualannya. Kami pulang dengan membawa sekantong penuh ikan hidup di dalam plastik yang kemudian kami gunakan untuk bermain lomba tangkap ikan pada pembelajaran tema binatang. Setelah permainan selesai, ikan-ikan tersebut dibersihkan dan dimasak oleh guru serta dimakan bersama-sama oleh anak-anak dan guru. 
Suatu hari, kami pernah berkunjung ke rumah penjahit dekat sekolah. Disana, penjahit memberikan penjelasan tentang macam-macam pakaian dan memperkenalkan cara menjahit pada anak. Beberapa anak melontarkan pertanyaan dan celoteh-celoteh lucu saat kegiatan berlangsung sehingga mengundang gelak tawa dari anak-anak lain dan pendidik.
Anak-anak juga pernah belajar tentang sayuran dan mata uang dengan memanfaatkan warung yang dekat dengan sekolah. Pada saat itu guru memberikan penugasan kepada setiap anak untuk membeli sayuran yang sudah ditentukan dengan dibekali sejumlah uang. Anak-anak aktif berkomunikasi dengan pemilik warung bertanya ini dan itu tentang sayuran. Tak jarang, anak tergoda untuk membeli jajanan kesukaannya di warung tersebut namun pemilik warung tidak memberikannya karena telah memahami saat itu ada dalam konteks pembelajaran.
Berbagai cerita belajar dari tetangga selalu tak pernah habis diceritakan. Melalui program ini, diharapkan anak dapat mengeksplorasi pembelajaran dari lingkungan terdekatnya terlebih dahulu. Banyak hal yang bisa didapat bahkan dari tetangga kita sendiri namun terkadang kita tidak banyak menyadarinya. Melalui program ini juga diharapkan anak mampu bersosialisasi dan mengenal lingkungan tempat tinggalnya dengan baik.


Merdeka bermimpi
Membiasakan anak belajar dari lingkungan dan masyarakat di sekitarnya akan memperkaya wawasan anak tentang kehidupan. Banyak pengetahuan baru yang menarik dan bermakna bagi anak. Hal tersebut akan membangun perspektif baru bagi anak dalam memaknai kehidupan. Setiap inspirasi yang didapatkan anak akan mempengaruhi bagaimana anak berpikir dan berperilaku. Maka dari itu, program-program tersebut harus senantiasa mengutamakan hubungan kerja sama yang baik antara satuan PAUD dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang baik bagi stimulasi perkembangan anak secara optimal.
Dengan mengetahui berbagai profesi yang digeluti oleh masyarakat sekitar dan berbagai pengetahuan yang diajarakan oleh masyarakat. Anak-anak diberi kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuan tersebut secara lebih mendalam. Berbagai inspirasi yang didapatkan anak dari masyarakat yang beragam diharapkan menjadi referensi bagi anak untuk bermimpi dan berimajinasi.
Berbagai referensi yang didapat anak dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan memicu rasa ingin tahu dan jiwa meneliti pada anak. Disanalah akan tumbuh minat-minat anak yang beragam. Anak di usia dini memiliki kecerdasan dalam berimajinasi yang besar sehingga setiap stimulasi yang diberikan harus memberikan ruang bagi kebebasan anak untuk berimajinasi. Imajinasi anak akan menentukan mimpi-mimpi mereka di masa depan. Tidak semua anak harus menjadi guru, dokter, polisi atau pegawai negeri sipil di masa depan. Setiap anak memiliki cita-cita unik sendiri sesuai dengan imajinasinya. Maka dari itu, tugas pendidik dan orang tua adalah memberikan stimulasi, dorongan dan kebebasan kepada anak untuk berimajinasi dan bermimpi secara merdeka.
Salah satunya adalah dengan mendekatkan kehidupan anak dengan masyarakat. Melalui hal tersebut, anak-anak akan menangkap inspirasi dan pengetahuan dari lingkungan yang paling dekat. Dan di usia keemasan semua informasi, inspirasi dan pengalaman yang didapat anak akan sangat bermakna bagi kehidupan anak di masa-masa selanjutnya.


Siap bermasyarakat
Salah satu tujuan dengan diselenggarakannya pembelajaran dengan memanfaatkan ruang/tempat di lingkungan sekitar dan menjadikan masyarakat sebagai guru adalah menyiapkan anak untuk siap bermasyarakat. Dengan seringnya anak berhubungan dengan masyarakat dan berkegiatan di tengah masyarakat maka anak akan tumbuh keterampilan sosial pada diri anak.
Dengan tumbuhnya keterampilan sosial pada diri anak, diharapkan anak memiliki wawasan untuk hidup bermasyarakat baik dalam masyarakat yang sesungguhnya maupun masyarakat di dunia digital. Karena pada kenyataannya, masyarakat dunia digital seolah tidak mengenal kecakapan sosial saat berinteraksi di sosial media. Padahal, kecakapan sosial tetap diperlukan baik dalam kehidupan bermasyarakat di dunia nyata maupun kehidupan masyakat di dunia digital.
Untuk itulah, anak-anak perlu memahami esensi kehidupan bermasyarakat sejak dini agar mereka siap untuk hidup di berbagai situasi kehidupan yang dinamis. Mendekatkan anak melalui pembelajaran dengan kehidupan nyata di masyarakat adalah upaya untuk mengembangkan keterampilan hidup, membangun karakter dan memerdekakan anak untuk mengeksplorasi pengetahuan dan imajinasi.

Ikuti tulisan menarik Asri Juli lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler