x

Pembelajaran selama tatap muka

Iklan

Agus Oloan Naibaho

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 1 Desember 2021

Minggu, 5 Desember 2021 05:41 WIB

Langkah Kecil Terapkan Merdeka Belajar di Masa Pandemi

Artikel ini membatas tentang pendidikan selama pandemi dan pembelajaran tatap muka terbatas walau masih masa pandemi. Guru memanfaatkan aplikasi dan sebagai guru Informatika memberikan pembelajaran di masa pandemi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak tantangan dan kendala harus dihadapi Pendidik dan peserta didik kala harus belajar dari rumah akibat pagebluk Covid-19 yang tiba-tiba menyerang hampir seluruh dunia ini. Ya, pandemi global mengharuskan guru mengajar muridnya dari rumah saja.

Rutinitas selama ini, dimana Guru datang ke sekolah memberikan pembelajaran langsung, tatap muka, tiba-tiba harus membiasakan diri mengajar dari rumah saja manfaatkan perangkat teknologi agar proses pembelajaran tetap berlangsung walau disadari banyak kekurangan dan tidak maksimal karena harus diakui bahwa tidak semua Pendidik siap dengan dunia teknologi dan bahkan tidak semua peserta didik memiliki perangkat teknologi seperti smartphone maupun laptop yang mumpuni untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh alias daring atau dalam jaringan internet.

Di awal Maret 2020 Pemerintah mengharuskan semuanya berkegiatan dari rumah saja, termasuk belajar dan mengajar dari rumah saja, alias Work From Home untuk menghindari dan menekan kasus penyebaran pagebluk Covid-19. Tidak hanya dunia pendidikan, kantor-kantor juga mengharuskan karyawannya bekerja dari rumah saja membuat suasana dan perilaku kerja juga berubah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dampak Covid-19 sangat terasa dalam dunia pendidikan bukan? Ya, banyak kendala ketika pembelajaran jarak jauh diterapkan. Saat mengajar secara daring atau dalam jaringan, dengan mengadakan zoom meeting memanfaatkan aplikasi Microsoft Teams, peserta didik banyak tidak hadir dengan alasan yang memang masuk akal.

Ada karena faktor ekonomi, dimana tidak sanggup beli smartphone yang support dengan aplikasi, ada dengan alasan satu handphone dipake oleh adeknya yang juga dalam waktu bersamaan sedang mengikuti pembelajaran daring, dan masih banyak alasan lainnya.

Tak dapat dipungkiri memang mengajar dari rumah memanfaatkan teknologi memiliki suka dan duka tersendiri. Bisa dikatakan, selama proses pembelajaran selama daring (dalam jaringan) Guru dituntut untuk lebih banyak berkreasi memanfaatkan fasilitas aplikasi dan metode pembelajaran agar materi tersampaikan dan peserta didik tetap bisa belajar walau jarak jauh.

Beberapa metode dan model pembelajaran yang penulis lakukan ataupun langkah-langkah dan strategi dalam pembelajaran jarak jauh (distance learning), adalah:

  1. Membuat presentasi pembelajaran memanfaatkan aplikasi yang gampang dan familiar bagi peserta didik, Ms. Power Point.
  2. Presentasi penulis buat se-interaktif dan atraktif mungkin, gampang dicerna dan tidak banyak slide-slidenya, tapi menarik dibaca peserta didik.
  3. Presentasi materi pembelajaran saya share ke Classroom ataupun grup-grup Whatsapp kelas yang telah dibentuk.
  4. Tugas dan segala bentuk pertanyaan bisa dikirim lewat Whatsapp Group maupun lewat Classroom.

Bersyukur rasanya, setelah setahun lebih penerapan pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan ketakutan akan learning loss serta setelah gencarnya vaksinasi massal untuk tenaga pendidik dan kependidikan, tenaga kesehatan, serta warga sekolah dari tingkat SMP sampai perguruan tinggi pun untuk masyarakat umum, maka saya mengapresiasi keberanian pemerintah pusat dan daerah yang berkolaborasi kembali membuka Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sehingga semua tampak senang dan bahagia ketika kembali menjalani rutinitas dengan kembali belajar tatap muka walau masih terbatas.

Tidak dapat dipungkiri, walau sudah kembali kelihatan normal dengan aktivitas tatap muka di sekolah, namun tetap memiliki rasa was-was dan khawatir akan penyebaran pandemi yang belum tuntas tentunya.

Ketakutan akan serangan gelombang berikutnya membuat kita semua waspada tentunya. Penerapan Protokol Kesehatan dengan ketat dan tidak kendor adalah syarat mutlak agar pembelajaran tatap muka terbatas tetap terlaksana dengan baik.

Langkah-langkah yang diterapkan di sekolah dan di kelas agar tatap muka terbatas ini bagi pendidik bisa terlaksana dengan baik sehingga upaya penyampaian materi pembelajaran lebih optimal dan meminimalisir penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah, tentunya dengan penerapan langkah-langkah berikut:

Pertama, disiplin dalam penerapan 5M, tidak cukup hanya 3M, di sekolah-sekolah Tenaga Pendidik dan Kependidikan harus ketat dalam menerapkan protokol kesehatan.

Meski angka Covid-19 di tanah air mulai melandai dan turunnya level PPKM di tiap daerah, namun pembiasaan dan kebiasaan baru penerapan 5M tidak boleh kendor tentunya.

Dimana 5M itu adalah Menggunakan Masker. Setiap tenaga pendidik dan kependidikan dan peserta didik, meliputi Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, dan pastinya peserta didik sejak dari rumah sudah harus sarapan alias mengisi perut, memakai masker dan sesampainya di sekolah petugas pengecek suhu melakukan tugasnya dan menyemprotkan handsanitizer ke tangan siswa atau siswa memilih untuk mencuci tangan sebelum masuk ke kelas.

Dengan sistem ganjil-genap dan dua gelombang, satu gelombang tiga jam pelajaran dengan durasi 45 menit memang tidak maksimal, namun setidaknya komunikasi dua arah (two ways communications) berjalan dengan baik, dalam penyampaian materi tidak ada gangguan sinyal serta pendidik bisa melanjutkan pendampingan pembelajaran menggunakan media berbasis Information and Communication Technology (ICT).

Selain tidak kendor menggunakan masker selama di linkungan sekolah dan saat pulang ke rumah, juga wajib menjaga jarak antara 1 sampai 1,5 meter.

Memang hal ini masih sangat sulit diterapkan, namun dengan pembiasaan dan sering diingatkan maka tradisi menjaga jarak ini semoga bisa menjadi kebiasaan.

Saat bel berbunyi, tidak berkerumun dan rajin mencuci tangan juga disiplin harus diterapkan. Guru yang masuk di les terakhir wajib memastikan saat pulang peserta didik tidak berdesak-desakan di pintu tetapi keluar satu per satu dengan protokol kesehatan dan tentunya memastikan di lingkugan sekolah maupun sekitar sekolah tidak membuka kantin atau melarang berjualan, sehingga peserta didik fokus langsung pulang ke rumah dan dapat mengurangi aktivitas tidak perlu di luar jam sekolah.

Kedua, sebagai guru mapel Informatika yang tentunya mengajarkan tidak hanya berpikir komputasional, tapi juga sekaligus praktek pemecahan masalah memanfaatkan berbagai aplikasi, membuat saya harus banyak berinteraksi dan melihat serta memperbaiki hasil praktek peserta didik di Lab. Komputer.

Tidak hanya itu, dikarenakan selama pembelajaran jarak jauh dalam jaringan, banyak peserta didik yang tidak memiliki smartphone, maka kebijakan sekolah adalah menghadirkan mereka untuk belajar di Lab. Komputer, sehingga saya tetap datang ke sekolah dan membuka ruangan lab, menyediakan tempat bagi peserta didik yang tidak memiliki akses untuk pembelajaran jarak jauh tersebut.

Merangkum dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, hasil survei UNICEF tanggal 18-29 Mei 2020 dan 5-8 Juni 2020, UNICEF menerima lebih dari 4.000 tanggapan dari peserta didik di 34 provinsi Indonesia melalui kanal U-Report yang terdiri dari SMS, WhatsApp, dan Messanget terkait pengalaman siswa belajar dari rumah selama masa pandemi Covid-19, menyebutkan sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 propinsi mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19.

Dari jumlah tersebut, 87 persen siswa ingin segera kembali belajar di sekolah, 88 persen siswa juga bersedia mengenakan masker di sekolah dan 90 persen mengatakan pentingnya jarak fisik jika mereka melanjutkan pembelajaran di kelas.

Meski begitu, siswa telah menyadari dampak Covid-19 bila mereka kembali ke sekolah, sehingga sehingga menurut mereka akan lebih baik untuk menunggu sampai jumlah kasus Covid-19 berkurang.

Dan setelah dua minggu lebih pembelajaran tatap muka terbatas terwujud, maka semuanya senang kala kembali ke bangku sekolah, semoga pandemi ini bisa berubah jadi endemi sehingga semuanya kembali normal, sebab Tugas Utama Guru Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2005 Tugas Guru mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik di sekolah.

Semoga kolaborasi pembelajaran tatap muka terbatas dan dalam jaringan memanfaatkan ICT mampu menjadi solusi bagi Guru dan Peserta Didik dalam mewujudkan Pendidikan yang Humanis, Ceria, dan benar-benar sesuai dengan filosofi Merdeka Belajar.

Ikuti tulisan menarik Agus Oloan Naibaho lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini