x

Iklan

Ratih Diah Ristiana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 27 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 12:13 WIB

Merdeka Belajar melalui Gerakan Praliterasi di TK Pertiwi 01 Pati

Pentingnya literasi dikenalkan sejak usia dini, agar membuka wawasan secara lebih kritis serta menumbuhkan minat baca dan mencintai buku sejak dini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pendidik Abad 21 harus mengetahui tentang kemampuan apa saja yang di perlukan  di Abad 21 “The 4Cs”. Yaitu terdiri dari Komunikasi, Kolaborasi, Berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan Kretaivitas. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pembelajaran yang mampu menguatkan karakter anak di Abad 21. Karakter anak di abad 21 antara lain : Keingintahuan, inisiatif, ketekunan, penyesuaian diri, kepemimpinan, kepekaan sosial dan budaya. Untuk itu Kemendikbud menggulirkan Gerakan Literasi Sekolah yang bertujuan menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran berbudaya literasi dan membentuk warga sekolah yang literat dalam hal : 1) Baca Tulis; 2) Numerasi : 3) Sains; 4) Digital;5)  Finansial; 6) Budaya dan kewargaan. Sesuai dengan Regulasi dari Permendikbud No.27 Tahun tentang Rencana Strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, yang berbunyi arah kebijakan : peningkatan literasi. Inovasi dan kreativitas.Maka dibuat gerakan penguatan praliterasi pada anak usia dini. Gerakan untuk mendukung inisiatif dan peran pendidik dan keluarga dalam meningkatkan minat baca anak melalui pembiasaan di rumah, di satuan PAUD, dan di masyarakat. Pihak-pihak yang terlibat dalam gerakan praliterasi anak usia dini yaitu orang tua, anak, pendidik dan masyarakat. Prinsip penguatan praliterasi pada anak usia dini dapat dilakukan melalui kegiatan membiasakan orang tua membaca buku bersama anak, mempererat hubungan sosial emosional antara anak dan orang tua, menumbuhkan minat baca anak sejak dini.

            Literasi  adalah kemampuan membaca, menganalisis suatu bacaan, memahami konsep di balik tersebut. (Kemendikbud, 2021). Praliterasi adalah kemampuan untuk memahami konsep di balik tulisan tersebut. Praliterasi merupakan tatanan fondasi untuk menguasai kemampuan membaca dan menulis serta berhitung yang menyenangkan. Kegiatan literasi awal membangun ketrampilan bahasa yang kosakata, ekspresi diri, dan pemahaman. Ketrampilan ini membantu anak-anak memahami kata-kata yang dicetak ketika mereka mulai membaca. Terdapat beberapa komponen  literasi untuk anak prasekolah : 1) Literasi sebagai sumber yang menyenangkan. 2) Meningkatkan kosakata dan bahasa anak. 3) Kepekaan/ kesadaran tentang bunyi. 4) Pengetahuan terhadap bahan cetak. 5) Mengenalkan huruf dan kata. 6) Membangun pemahaman (pengetahuan dan kosakata, memahami apa yang didengar, dan memahami cerita). 7) Pemahaman terhadap buku dan teks lainnya.

Gerakan praliterasi pada anak usia dini adalah gerakan untuk mendukung inisiatif dan peran pendidik dan keluarga dalam meningkatkan minat baca anak melalui pembaiasaan di rumah, di satuan PAUD, dan di masyarakat. Dalam mewujudkan gerakan praliterasi anak usia dini membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Yaitu orang tua, anak, pendidik ddam masyarakat. Terdapat beberapa prinsip-prinsip penguatan pralitrasi apa anak usia dini yaitu membiasakan orang tua membaca buku bersama anak, mempererat hubungan sosial emosional antara anak dan orang tua, menumbuhkan minat baca anak sejak dini. Beberapa penguatan praliterasi anak usia dini ada beberapa bentuk kegiatan, yaitu : praliterasi berbasis bermain, praliterasi diekmbangkan sesuai kondisi lingkungan, praliterasi dibangun dari minat anak, pengembangan praliterasi melalui budaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana cara menumbuhkan minat baca  sejak dini? Ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Sebagai upaya pengembangan literasi di TK Pertiwi 01 Pati, maka Gerakan praliterasi  dilakukan di TK Pertiwi 01 Pati. Gerakan praliterasi ada beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain dengan kegiatan kunjungan di Arpusda sebagai mengenalkan kecintaan anak pada buku. Penulis sebagai pendamping dalam kegiatan kunjungan di Arpusda. Gerakan praliterasi selanjutnya yaitu setiap awal pembelajaran penulis melakukan  kegiatan mendongeng bersama anak, melalui kegiatan Fun Reading. Jadi kegiatan Fun Reading ini, tidak hanya guru sebagai pembaca cerita, tapi melibatkan siswa dalam membaca dongeng, melalui kegiatan interaksi tanya jawab. Dalam sesi mendongeng anak diberi kesempatan untuk menebak isi cerita selanjutnya, anak diberi kesempatan untuk menggungkapkan pesan moral yang didengarnya. Sehingga memancing anak untuk bernalar kritis melalui sesi tanya jawab dan diskusi atau kegiatan menebak cerita selanjutnya. Kegiatan mendongeng  dilakukan dengan menggunakan buku cerita bergambar. Gerakan literasi selanjutnya yaitu, penulis membuat buku bernam Comic Digital, yang bisa dibaca langung untuk bercerita maupun di akses secara online. Penulis membuat Comic Digital menggunakan aplikasi App Toon, aplikasi Comic Life dan aplikasi flipbook. Dalam Comic Digital,  siswa menjadi tokoh dalam cerita dan dalam buku comic digital disediakan halaman-halaman yang kosong untuk tetap siswa berkreasi melanjutkan cerita yang mereka inginkan. Anak-anak diberi kebebasan dalam berkreasi dengan buku mereka, ada yang suka menggambar, ada suka mewarnai, ada yang suka menulis huruf-huruf. Melalui comic digital ini, anak memperoleh kebebasan belajar dan kebebasan menuangkan ide sesuai minat dan kemampuan siswa masing-masing. Siswa sangat antusias sekali melihat buku comic digital berisi gambar mereka. Gerakan praliterasi lainnya yaitu melalui kegiatan Fun Reading di Taman Baca Sekolah yang tempatnya disetting dan dihias menarik agar para siswa tertarik dan nyaman berada di Taman Baca. Siswa diberikan kebebasan dalam memilih buku-buku yang mereka sukai

Ternyata melalui gerakan praliterasi tersebut ternyata mampu memberikan kebebasan belajar terhadap siswa. Sehingga memberikan banyak dampak positif. Beberapa dampak positif tersebut antara lain : anak dapat bereksplorasi dengan buku, menstimulasi imajinasi dengan bermain, memancing rasa ingin tahu dan diskusi, memberikan wawasan, pengetahuan, inspirasi dan pemikiran, menambah kosa kata dan mempertajam pemahaman, mengembangkan ketrampilan melek huruf, membangun kesadaran terhadap konsep bahasa cetak. Begitu besar peran pendidik, orang tua, dan lingkungan dalam berkolaborasi  untuk mewujudkan pembelajaran yang merdeka dan pembelajaran yang berpihak pada anak.

Ikuti tulisan menarik Ratih Diah Ristiana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler