x

Ketika masyarakat berlari untuk menyelamatkan diri, ternyata pekarangan rumah mereka telah dipadati aliran pasir dan lumpur dari letusan gunung Semeru. Foto dok EPA.

Iklan

Djohan Chaniago

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Desember 2020

Kamis, 9 Desember 2021 09:06 WIB

Pasca Meletusnya Gunung Semeru, 3.697 Orang Diungsikan

Pemerintah perlu memperhatikan peralatan Peringatan Dini, atas kemungkinan terjadinya Gempa Bumi dan Meletusnya Gunung Api, serta datangnya Sunami. Demi menyelamatkan nyawa bangsa Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Akibat dari meletusnya Gunung Semeru, di desa Supiturang Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Minggu sore kemarin (4/12/2021), sekitar pukul 15.30 WIB, tidak kurang dari 3.697 jiwa warga penduduk yang berasal dari 7 kecamatan dalam Kabupaten Lumajang yang berhasil selamat, terpaksa diungsikan oleh emerintah ke tempat yang lebih aman.

Warga masyarakat yang diungsikan itu berasal dari Kabupaten Malang, 24 jiwa, Kecamatan Pronojiwo 382 jiwa, Kecamatan Candipuro 1.136 jiwa, Kecamatan Pasirian 563 jiwa, Kecamatan Lumajang 188 jiwa, Kecamatan Tempeh 290 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 45 jiwa. Rumahnya mengalami rusak dan hancur, karena tertimbun abu vulkanik, dari luncuran lafah (Lumpur) panas, letusan gunung Semeru.   

Selain warga yang selamat dan diungsikan itu, juga terdapat 34 orang dinyatakan tewas, 27 orang dikhabarkan hilang, serta 56 orang mengalami luka bakar, dan 38 unit fasilitas belajar, serta 2.970 buah rumah penduduk mengalami rusak, terkena timbunan material abu vulkanik, dan sebuah jembatan Gladak Perak terputus menjadi tiga bagian, kata Abdul Muhari, Ph.D. Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), saat jumpa Pers. Selasa sore (7/12) di Jakarta.   

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak terputusnya akses jembatan Gladak Perak di Desa Sumberwuluh, hubungan masyarakat dari Kecamatan Candipuro, menuju Desa Turen menjadi terhalang, harus mutar, melintas Kabupaten Malang, dengan jarak tempuh mencapai 5 jam, lamanya. Sebelum jembatan Gladak Perak putus, jarak tempuh antara Candipuro dan Desa Turen, bisa ditempuh dengan beberapa menit, bisa ditempuh dengan berjalan kaki, roda dua dan roda empat.

Pada hari Senin (6/12/2021), Presiden Jokowi bersama aparat terkait, diantaranya Mentri PUPR, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa berkunjung dan melihat dari dekat, jembatan Gladak Perak yang terpotong tiga itu, karena terjangan lapah pijar gunung Semeru. Dalam kesempatan itu Presiden meminta, agar pengganti Jembatan  Gladak Perak itu segra dibangun, demi kelancaran transportasi masyarakat Dua Kecamatan Candipuro yang terpisah itu.   

Terkait dengan pesan Presiden itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, kepada wartawan, mengatakan. “ Kemungkinan akan kita bangun Jembatan Gantung terlebih dahulu, biar penduduk dikawasan itu bisa beraktifitas, baik menggunakan Sepeda Motor dan aktifitas warga Masyarakat bisa menempuhnya dengan berjalan kaki, hal ini bisa dibangun dalam waktu singkat,” lanjut Khofifah.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian, untuk biaya pembangunan jematan Gladak Perak seperti semula, diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp100 miliar. Sedangkan untuk membangun jembatan seperti Gladak Perak semula, membutuhkan waktu lebih dari satu tahun. Mengingat panjang Jembatan Gladak Perak 129 meter, dengan lebar 9,6 meter. Jembatan ini berada di ruas jalan nasional antara Turen, Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Jembatan ini dibangun pada tahun 1997.

Selain itu. Presiden Jokowi juga meminta Kepada Mentri PUPR dan Gubernur Jawa Timur, agar membuatkan bangunan rumah sebanyak 2.000 Yunit, untuk tempat pemukiman para korban letusan gunung Semeru, karena lahan tempat tinggalnya tidak mungkin untuk dapat dihuni lagi, karena rumahnya telah tertimbun lapah (Pasir dan batu) dari lumpur gunung Semeru, dengan ketinggian 2 hingga 3 meter.  

Terkait dengan tempat penampungan pengungsi dari korban gunung Semeru itu, dibuat Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Level “ Siaga” II. Dengan melibatkan berbagai unsur aparat TNI, Polri dan dari Dinas Instansi lainnya, termasuk dari Swadaya Masyarakat. Posko Tanggap Darurat Level “ Siaga” II ini dinyatakan oleh Presiden Jokowi, berlaku mulai dari tanggal 04 Desember 2021, hingga tanggal 03 Januari 2022.  

Sementara itu, para pengungsi yang sempat diwawancarai wartawan mengaku, untuk makan minumnya tidak ada kekurangan, demikian dengan parasarana lainnya. Seperti kain selimut dan makanan anak dan bayi cukup tersedia, dari bantuan para Dermawan dan Dinas Instansi sosial lainnya. Seperti dapur umum. Namun demikian keberadaannya di kem pengungsian, para korban bencana ini masih sering berkunjung kerumah bekas kedimannya, untuk mengambil benda yang masih tersisa dan bisa digunakan.

Namun demikian adanya, ruang gerak para korban bencana alam ini selalu mendapat kawalan, dan pengawasan aparat TNI dan Polri, agar masyarakat ini tidak terjebak pada era wilayah yang berbahaya dan dapat mengancam keselamatannya. Dari itu maka aparat TNI dan Polri yang bertugas pada wilayah Eks bencana gunung Semeru itu selalu bergantian, melakukan patroli, demi keselamatan warga masyarakat yang dibawah pengawasannya (Djohan Chaniago).   

Ikuti tulisan menarik Djohan Chaniago lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler