Bagi sebagian orang proses untuk dapat mencapai keberhasilan dalam belajar tidak selalu melalui tahap yang panjang. Tapi bagi sebagisn yang lain, dibutuhkan perjalanan yang penuh tantangan. Kondisi ini tidak terlepas dari yang namanya takdir. Namun demikian, sebagai makhluk yang berakal, tentunya kita wajib untuk berusaha menemukan cara atau strategi yang tepat untuk mewujudkan keberhadilsn yang kita inginkan.
Dalam proses belajar disekolah pun demikian. Setiap anak memiliki kekhasan masing-masing, memiliki kekuatannya masing-masing, sebagai guru tentunya dapat memahami hal ini. Mengapa demikian? Sebab penting sekali untuk dapat mengenali karakteristik dari murid, supaya guru tidak terjebak pada miskonsepsi dalam mengajar.
Penanaman karakter menjadi kunci untuk dapat bekerjasama dengan murid, bersama-sama mewujudksn keberhasilan belajar. Salah satunya melalui pembiasaan disiplin diri, baik dari guru maupun murid.
Guru yang mampu memberikan teladan pada muridnya dalsm hal disiplin diri akan lebih mudah mengajak dan menuntun muridnya untuk membiasakan berdisiplin diri tanpa rasa tertekan ataupun terpaksa. Disiplin diri yang tumbuh karena motivasi dari dalam diri akan lebih mengakar kuat daripada yang muncul karena motivasi eksternal (ingin dipuji atau menghindari hukiman).
Keteladanan dari guru bisa diawali dari hal ysng sederhana, seperti hadir tepat waktu secara konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa guru mampu menghargai kehadiran murid, sehingga murid juga akan memberiksn umpan balik untuk menghargai guru.
Memulai dari yang sederhana, dari diri sendiri untuk merawat disiplin diri dalam perilaku sehari-hari sehingga tumbuh menjadi pembiasaan, niscaya akan mampu mendorong terwujudnya budaya positif belajar disekolah walau tidak secara instan. Segala sesuatu yang tumbuh dari kesadaran diri dan diyakini sepenuh hati, tentunya akan lebih bermakna dan terpatri dalam diri, tanpa perlu ditakut-takuti pasti berjalan sendiri.
Ikuti tulisan menarik Anita Rakhmi Shintasari lainnya di sini.